Aku serupa si buta, meraba-raba tanda hendak kemana.
Seperti kehilangan payung, ketika tanpa mendung hujan turun tiba-tiba.
Inginku berlindung, Â bersandar di bahunya seperti dulu kala. Atau membenamkan kepala dalam bidang dadanya.
Dengan sepenuh cinta Ia kan merengkuhku. Dengan lembut membelai hitam rambutku.
Meskipun aku salah, dengan bijak Ia berpetuah tanpa amarah.
Jernih berpikir menelaah setiap masalah.
Di akhir kata Ia kan berucap,"belajarlah dari kesalahan lalu  berbenah!"
Rasanya seketika resah gelisahku musnah, seakan semua kan menjadi mudah.
3/
Desember ini  dua puluh empat purnama sudah, kucoba berdamai dengan waktu.
Harus  kusadari, hidup kan terus berlanjut seperti apapun itu.Â