Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

Wiraswasta yang suka membaca dan menulis fiksi sesekali saja.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Asa yang Tersisa " ( 24 )

18 April 2016   04:57 Diperbarui: 18 April 2016   06:57 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Perahu sesaji diturunkan di pantai, di kelilingi oleh sesepuh nelayan dan warga yang hendak mengikuti larung sesaji. Sedangkan di tepian laut sudah stand bay berpuluh - puluh atau mungkin beratus perahu nelayan yang nampak indah dihias dengan kertas berwarna -warni. Para nelayan juga mengenakan busana atau pakaian adat. Celana panjang warna gelap, seikat sarung dililitkan di pinggang, berbaju hem warna putih dan ikat kepala khas atau disebut udheng. 

Sebelum diberangkatkan untuk dilarung, seorang kepala daerah atau Bupati, hukumnya wajib, memasang pancing emas di lidah kepala kambing.Karena seorang kepala daerah dianggap mewakili rakyatnya untuk memasangkan simbol permohonan berupa pancing emas agar nelayan diberi hasil ikan yang melimpah dalam setahun ke depan. 

Bersambung. 

Manado  18 April 2016. 

NB. 

Ritual Petik Laut akan dilanjut di bagian 25 

Trimakasih para sahabat yg telah mengikuti cerita saya. Anda semua adalah penyemangat saya untuk terus menulis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun