Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

Wiraswasta yang suka membaca dan menulis fiksi sesekali saja.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Asa yang Tersisa " ( 24 )

18 April 2016   04:57 Diperbarui: 18 April 2016   06:57 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita sedang menunggu arak -arakan sesaji Wul, yang semalam sudah disiapkan oleh sesepuh nelayan. Sesaji itu berisi berbagai jenis hasil bumi dan yang ditata dengan indah dalam perahu kecil yang disebut githik. hehehe. .sabar ya. ." 

Sambil menunggu, kujelaskan juga kepada Wulan bahwa, pada malam hari sebelum pelaksanaan Petik Laut, di tempat perahu sesaji dipersiapkan, dilakukan tirakatan. Di beberapa surau atau rumah nelayan juga diadakan pengajian atau sema'an. 

Tak lama kemudian, dari kejauhan tampak iring -iringan yang kami tunggu. 

"Naaah. . itu Wul lihatlah !"kutunjukkan tanganku mengarah ke rombongan yang akan menuju TPI, tempat kami berdiri .

Semakin dekat dan semakin mendekat.Kami melihat sebuah perahu kecil atau githik yang ditandu oleh 4 orang nelayan berbadan kekar, Perahunya dihias dengan hiasan kertas yang berwarna -warni. Berbagai hasil bumi juga ditata dengan apik. Dan yang tak. boleh ketinggalan adalah kepala seekor kambing. 

Ratusan nelayan berjalan mengiringi perahu sesaji yang di tandu tersebut.Hingga sampai di TPI, kedatangannya disambut oleh 6 penari gandrung.Perlahan-lahan dan dengan sangat berhati-hati,perahu sesaji itu.diletakkan di atas pentas.Setelah penari gandrung selesai menarikan tarian selamat datang,acara akan dimulai.

Pertama -tama, acara pembukaan, kemudian sambutan pejabat wilayah setempat. Yang utama tentu kata sambutan pak bupati. Terakhir, do'a. 

"Nah..Wul, setelah acara basa -basi tadi selesai, habis ini acara intinya, benar kan Lek Syaf? "  berkata begitu, aku menengok ke Lekku, yang berdiri dengan temannya di belakang kami. 

"Hussstt. . . ngawur kamu Yow, pidato orang -orang penting kamu bilang basa -basi, huuu. ."mukaku di raupi tangannya, Wulan dan mas Aang teman lek Syaf, senyum - senyum melihatku keki. 

"Kita ke pantai duluan aja yuk, sebentar lagi kan perahu sesaji itu akan dilarung, supaya kita nanti bisa melihat dari dekat " ujar Lekku kemudian, dan mendahului berjalan di depan, menyibak diantara ramainya penonton petik laut. 

Benar saja, setelah kami dapat tempat berdiri agak dekat laut, iringan sesaji itu datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun