WhatsApp kita mulai beralih fungsi menjadi lapak jualan, baik grup yang sudah lama ada maupun grup-grup baru yang bermunculan.
Disadari atau tidak, sejak era pandemi, sepertinya kita lebih sering menemukan bahwasanya isi dari grup–grupTidak hanya itu, status whatsapp dari kenalan-kenalan dan kolega kita pun rata-rata juga mengupload produk dan jasa yang dijual, tidak hanya satu atau dua produk saja, sampai-sampai bila kita lihat banyak sekali jumla notifikasi garis putus-putus di status WhatsApp yang menunjukkan bahwa yang punya akun sudah beberapa kali mengunggah status jualannya.
Awal mula fenomena jualan online di WhatsApp
Well, fenomena ini muncul karena memang era pandemi benar-benar merupakan pukulan besar bagi kita semua, terutama dalam hal finansial.
Di sini, jelas terlihat bahwa mayoritas masyarakat kita belum sepenuhnya paham tentang literasi keuangan, sehingga saat keuangan keluarga diporak-porandakan akibat lockdown dan pandemi, maka mau tidak mau kita harus berjuang bagaimanapun caranya untuk bertahan hidup, dan salah satu cara yang paling cepat bisa menghasilkan adalah dengan berjualan.
Itulah mengapa kita banyak melihat fenomena maraknya jualan di status maupun grup-grup WhatsApp sampai dengan masa pasca pandemi sekarang ini.
Menariknya, fenomena ini sebagian besar dimotori oleh para ibu-ibu, terutama ibu-ibu rumah tangga karena kegiatan berjualan ini bisa dilakukan dari rumah sambil multitasking melakukan pekerjaan rumah lainnya.
Selain itu, ibu-ibu juga biasanya mempunyai circle pertemanan dan perkumpulannya sendiri sehingga mereka menjadikan circle-nya itu sebagai target market untuk berjualan.
Hal yang sama pun dilakukan oleh anggota grup yang lainnya sehingga bisa kita lihat ekonomi berputar di area mikro dan menjangkau lingkungan terdekat para ibu-ibu ini.
Pros dan cons jualan online di WhatApp
Meksipun terdengar menarik dan terbukti menghasilkan walaupun bukan dalam skala yang besar, namun kegiatan ekonomi mikro yang diciptakan oleh para ibu-ibu ini sedikit banyak berhasil mengubah persepsi kita bahwasanya semua orang juga berkesempatan untuk bisa menghasilkan dan menciptakan arus perputaran ekomoninya sendiri.
Lalu, apakah kegiatan ini bukan berarti tanpa kendala?
Yuk, mari kita ulas lebih lanjut pros dan cons-nya berjualan di grup WhatsApp yang sedang tren akhir-akhir ini:
Pros
Berikut adala sisi positif dan nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan jualan online di WhatsApp yang sangat dekat dengan kehidupan keseharian kita :
1. Membantu ekonomi keluarga
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, kegiatan menjual barang dan jasa lewat grup-grup WhatsApp yang dimulai dari lingkungan terdekat kita tentu sangat membantu pereknomian rumah tangga, karena yang tadinya sumber pendapatan mungkin hanya berasal dari satu sumber saja, dengan adanya kegiatan ini maka bisa menjadi alternatif sumber pendapatan lain atau backup bila sumber ekonomi utama sedang terganggu.
2. Memberdayakan ibu-ibu rumah tangga
Bukan bermaksud ibu-ibu rumah tangga banyak waktu luangnya, No, karena pekerjaan ibu rumah tangga bisa dikatakan pekerjaan yang sangat berat karena tidak mengenal libur dan harus dijalankan setiap hari seumur hidup.
Namun, tentu ada kalanya seorang ibu rumah tangga juga memiliki waktu luang meksipun tidak banyak, terutama saat anak-anak sudah beranjak sekolah sehingga waktu-waktu luang tersebut bisa dimanfaatkan untuk fokus berjualan yang biasanya dilakukan di lingkungan sesama wali murid di sekolah ataupun di lingkungan tetangga sekitar.
3. Tidak terbatas ruang dan waktu
Berjualan online, apalagi di platform sosial media pribadi seperti WhatsApp tentu tidak ada batas waktu kapan jam buka dan tutupnya. Semua orang bisa meng upload status atau melakukan direct message kapan saja dan dari mana saja.
Itulah mengapa terkadang kita mendapati orang-orang yang aktif menjual barang dagangannya yang dalam sehari bisa berkali-kali posting.
4. Kontinuitas
Melanjutkan poin di atas, karena posting barang jualan bisa kapan saja, maka kontinuitas untuk berpromosi tidak ada batasnya sehingga membuka peluang orang yang melihat akan sedikit banyak terpengaruh (bila yang menjadi target juga rajin membuka satus WhatsApp, ya), dan akhirnya tertarik untuk membeli meksipun awalnya tidak tertarik atau tidak berniat membeli.
Di sini kita belajar bahwa bombardir iklan terkadang memang berhasil, hehe.
Cons
Berbicara tentang pros, maka tidak adil bila kita tidak membahas sisi gelapnya juga.
Meskipun kegiatan ini banyak memiliki manfaat dan sering dipuja-puji sebagai terobosan dan inovasi serta pemberdayaan masayarakat, nyatanya di lapangan kita sebagai konsumen atau target market juga tidak sedikit yang merasa terganggu. Apalagi bila menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Postingan status atau direct message yang tidak tahu waktu
Memang betul setiap pemilik WhatsApp bebas melakukan apa saja dengan akunnya.
Namun, terkadang orang-orang yang berjualan online lewat WhatsApp kurang memperhatikan waktu dalam berjualan. Kadangkala posting status atau direct message (DM) di jam-jam malam atau jam-jam kita beristirahat, tentu hal ini sangat menganggu waktu kita.
2. Direct selling yang terkesan memaksa
Pernah mengalami di DM promosi jualan dan si penjual terkesan memaksa untuk membeli barang jualannya?
Ya, hal-hal seperti ini biasanya umum terjadi, maklum karena yang berjualan dan yang ditarget untuk membeli adalah orang-orang dekat dan masih satu lingkup. Maka biasanya si penjual kurang aware terhadap cara menjual produk dan melupakan azas sopan santun dan etika dalam berjualan karena menganggap sudah kenal baik dan dekat dengan calon customer-nya. So, tidak ada masalah.
Well, bagaimanapun juga, meskipun target jualan kita adalah teman atau kolega sendiri, seharusya cara dan etika berjualan tetap harus diperhatikan karena pengalaman kita sebagai customer atau pembeli itu tidak memandang status pertemanan atau keluarga. It’s a fair play.
3. Product knowledge yang kurang
Mungkin banyak kita jumpai kasus di mana pembeli merasa kecewa dengan barang yang dibeli karena ternyata apa yang di upload di status WhatsApp atau DM tidak sesuai dengan kenyataan saat barang sudah berada di tangan. Entah karena informasi yang kurang lengkap atau memang penjual yang tidak begitu memahami barang yang dijual atau asal jual saja yang penting dapat cuan.
Hal-hal seperti ini bila dibiarkan lama-lama tentu akan mencederai reputasi si penjual itu sendiri.
Mengetahui detail dan kualitas barang adalah hal yang mutlak sebelum menjual ke pasaran agar konsumen tidak kecewa karena saat konsumen kecewa, bisanya mereka sudah tidak mau lagi membeli di orang atau lapak yang sama, karena pengalaman yang didapat kurang berkesan.
So, sah-sah saja berjualan online di WhatsApp. Namun bukan berarti kita melalaikan etika dan adab berjualan. Juallah barang yang memang layak dan patut dijual.
Jangan hanya karena ingin cepat-cepat cuan kita jadi melupakan bagian terpenting dari jualan itu sendiri, yakni kepuasan pelanggan karena meskipun pelanggan kita adalah kawan, keluarga dan kolega kita sendiri, bukan berarti kita bisa semaunya saja karena user experience itu tidak pandang status.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H