Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ternyata Office Politics Itu Real Ya!

10 Februari 2023   10:39 Diperbarui: 12 Februari 2023   02:16 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi office politics (Yan Krukov/Pexels.com)

Office politics, ternyata di dunia kerja juga ada yang namanya politik kantor ya, saya kira hanya ada di panggung politik Senayan saja, hehe. Itulah kurang lebih kesimpulan yang saya dapatkan saat di tahun kelima bekerja di suatu korporasi swasta.

Tiba-tiba General Manager (GM) memberitahu saya saat beliau berjalan melintas di area kerja saya bahwa saya akan dipindahkan ke Headquarter (HQ). Semua begitu mendadak, tidak ada desas-desus maupun kabar burung yang biasanya para rekan-rekan karyawan lain dapatkan entah dari mana saja, bahkan dari atasan langsung saya sendiri pun tidak. 

Awalnya saya kaget namun tidak terlalu mengambil pusing, ah mungkin hanya sekedar "wacana" saja, toh tidak ada konfirmasi maupun pemberitahuan apa-apa dari atasan saya. So, saya lanjutkan saja bekerja seperti biasa dan menjalani sisa hari sepulang kerja seperti hari-hari normal lainnya. 

Keesokan paginya atasan saya memanggil saya ke ruangannya dan memberitahukan bahwa minggu depan saya sudah harus pindah ke HQ dan memulai tugas baru di tim projek yang baru. 

Pertama-tama saya menanyakan apa urgensi saya dipindah dan mengapa saya yang dipindah mengingat pekerjaan yang sekarang sedang saya kerjakan belum selesai dan belum pula ada penggantinya, lantas apakah saya benar-benar harus meninggalkan pekerjaan saya begitu saja dan pindah ke tempat baru.

Dan seperti yang sudah bisa diduga, memang benar mau tidak mau saya harus pindah minggu depan dan handover pekerjaan bisa lah dilakukan paralel kata bos saya. Sebagai karyawan yang baik tentu saya mengikuti instruksi beliau, hehe.

Selama bekerja saya tidak pernah mengalami kendala yang berarti, bukan berarti tidak ada masalah sama sekali, masa-masa sulit itu pasti ada namun semua bisa terlewati dengan baik berkat dukungan dan solidaritas dari sesama rekan tim dan tangan dingin atasan yang memang metodenya berhasil membuat timnya kompak dan semua target bisa tercapai dengan baik. 

Namun, beda atasan dan tim, beda divisi, bisa berbeda pula pengalaman yang akan didapat meskipun masih di bawah payung korporasi yang sama dan inilah yang saya rasakan. 

Sejak malam terakhir pertemuan saya dengan GM itu, saya tidak menyangka bahwa dunia saya akan berubah total dalam hitungan hari.

Memulai hari baru di tempat baru

Singkat cerita, akhirnya di hari Senin saya sudah memulai hari pertama saya di tempati yang baru. Boleh dikatakan projek ini memang dari segi hierarki lebih di atas tempat saya sebelumnya, karena kalau di tempat saya dulu kami hanya mengerjakan projek dalam skala regional, sedangkan di tempat yang baru ini skalanya sudah nasional plus klien kami juga perusahaan plat merah sehingga kesannya lebih bonafit. 

Namun, sebelum saya berpindah ke tempat yang baru, saya ingat betul salah satu kawan sesama karyawan yang sudah senior dan lebih berpengalaman bertanya ke mana saya akan pindah. Dan saat saya bercerita dia hanya berpesan satu hal, "Hati-hati ya, di project itu politiknya keras".

Saya masih belum ngeh apa maksudnya karena pengalaman saya di tim lama tidak ada hal-hal seperti itu, kami bekerja sama secara profesional dan tidak ada kamus saling menjatuhkan.

Akhirnya saya sampai di tempa baru saya, nothing special, namun satu hal yang membuat saya sedikit surprise adalah atasan baru saya tidak ada di tempat di hari pertama saya join dan dengan santainya saat pembicaraan via telepon beliau hanya menginstruksikan saya untuk menemui si A dan bertanya-tanya saya perihal pekerjaan dan data-data projek, that's it. 

Tidak ada pembicaraan personal antar muka, jangankan welcoming hospitality, ketemu saja tidak, haha. Okelah saya tidak terlalu mengambil pusing, mungkin beliau super sibuk sehingga tidak menyemparkan diri bahkan untuk berbasa-basi saja. 

Minggu-minggu pertama saya jalani dengan berkenalan dan beradaptasi di tempat baru dan rekan kerja yang baru, namun saya heran mengapa mereka terkesan tidak peduli dan cuek-cuek saja, menjawab pertanyaan-pertanyaan saya seputar pekerjaan juga ala kadar nya saja, yang saya amati justru mereka ini lebih banyak waktu luang dan bercakap-cakapnya dibanding mengerjakan pekerjaannya, sebagian bahkan masih sempat bermain game online. Wah sepertinya ada yang tidak beres nih, pikir saya. 

Pengalaman tersebut memberikan kesan pertama yang kurang bagus di diri saya namun saya mencoba "positif thinking" saja daripada terus kepikiran.

Pertarungan baru dimulai

Ternyata, setelah akhirnya saya bisa bertemu dengan atasan saya langsung dan bicara empat mata, hal yang saya khawatirkan dan curigai benar adanya, tim ini sedang guncang dan celakanya bos saya yang ternyata juga baru masuk di tim tersebut, mendapat penolakan yang keras dari para bawahannya.

Dan yang lebih menantang lagi, tugas saya di sini adalah semacam menjadi orang yang akan semakin membuat keadaan makin panas dan berpotensi akan dibenci karena saya harus melakukan sedikit audit data yang selama ini selalu disimpan dan kurang terbuka sehingga berpengaruh terhadap pendapatan projek. 

Benar saja, akhirnya saya berhasil mendapatkan semua data yang dimaksud dan membuat rekapan yang menunjukkan bahwa potensi profit yang bisa dihasilkan sebenarnya jauh lebih besar dari yang selama ini dikerjakan, sehingga saat data ini naik ke level atas, alhasil target projek dinaikkan hingga beberapa kali lipat sehingga dari yang tadinya bisa santai-santai sekarang benar-benar harus kerja keras bagai kuda dan ini semua tentu tidak mengenakkan sebagian besar orang dan harus dibayar mahal terutama oleh saya, hehe.

Seperti yang sudah saya ceritakan, posisi saya di tempat baru ini akan berpotensi dibenci dan itu memang benar terjadi. 

Mereka semua tahu bahwa orang baru yang datang ini ada tujuannya dan saya menyadari itu, namun lagi-lagi atasan saya jarang ada di kantor sehingga saya harus berjuang sendirian di tempat ini. 

Pernah sampai ada peristiwa di mana saya ditinggal sendirian saat jam makan siang dan mereka semuanya makan bersama di suatu tempat hanya untuk membahas kedatangan saya dan apa yang terjadi di tim projek sekarang. Kok saya bisa tahu mereka membicarakan saya dan sengaja mengucilkan saya? Karena salah satu dari mereka yang mungkin merasa kasihan dengan saya menceritakan nya kepada saya dan meminta maaf, hehe. 

Singkat cerita selama hampir tiga tahun saya harus berjuang sendirian di lingkungan baru ini, penolakan yang saya terima, tudingan negatif dan tidak sesekali menjadi "tumbal" dalam setiap meeting, banyak bertemu orang bermuka dua dan beberapa berniat menjatuhkan yang lainnya bahkan menjatuhkan atasan sendiri, dan drama-drama lainnya yang membuat saya menyadari bahwa ternyata benar ya perkataan rekan saya di awal untuk "berhati-hati". Mungkin beberapa dari pembaca penasaran apa yang membuat saya bisa kuat bertahan? Mengapa tidak cabut saja?

Percayalah saya sudah mencobanya hehe, lowongan yang dibuka oleh divisi lain beberapa kali saya lamar, namun atasan saya tidak mengizinkan saya pergi, konsultasi empat mata dengan atasan langsung bahkan HRD juga sering saya lakoni namun lagi-lagi mereka menahan saya dengan alasan kehadiran saya dibutuhkan sehingga bila saya pergi mungkin mereka khawatir tidak ada transparansi lagi.

Namun efek sampingnya saya harus menanggung semuanya dan tidak pelak saya terkena stres dan depresi yang luar biasa hingga mengarah pada kecemasan berlebihan sampai saya harus berkonsultasi dengan psikolog karena saya merasa sendirian. 

Di sisi lain, bila mengikuti keinginan memang saya ingin cepat-cepat pergi saja, namun ada alasan lain di mana bila saya pergi saya akan merasa seperti looser karena saya merasa saya tidak melakukan kesalahan fatal apalagi fraud, saya hanya bekerja atas nama tanggung jawab dan profesionalitas. 

Selain itu saya merasa akan sia-sia bila saya keluar dengan sukarela karena saya tidak akan mendapatkan apa-apa dan justru malah rugi, sudahlah banyak drama, pergi dengan kesan yang tidak nyaman di hati dan tidak ada kompensasi apapun yang saya dapat selama hampir bertahun-tahun saya kerja hanya karena terjeba di situasi seperti ini.

Akhirnya fase slow down tiba

Alhasil, meksipun tertatih-tatih saya berusaha bertahan dan akhirnya semua pengorbanan itu membuahkan hasil. 

Dari sekian banyak orang yang mengucilkan dan memandang sebelah mata, beberapa justru menjadi teman dekat saya, hehe dan sisanya satu per satu mengeluarkan dirinya sendiri tanpa saya ataupun atasan saya harus melakukan tindakan pemecatan (meskipun bisa saja dilakukan, namun kami tidak mau mengambil jalan itu), sisanya ada yang dimutasi ke tempat lain oleh manajemen, kontrak dengan pihak ketiga berakhir dan lain-lain hingga akhirnya yang tadinya saya adalah orang pertama yang sangat menginginkan bisa keluar dari tempat ini justru saya yang paling lama bertahan, hehe , jadi ingat kata pepatah:

What doesn't kill you make you stronger

Akhirnya datanglah orang-orang baru yang mengisi kekosongan, belajar dari pengalaman yang sudah-sudah saya tidak mau mengulang drama yang serupa. 

Saya menyambut kedatangan orang-orang baru ini, memberikan mereka wawasan tentang apa yang kita akan kerjakan, meng-guide mereka, men-support mereka, mengajak mereka ngobrol karena biasanya orang baru masih kaku dan malu untuk memulai obrolan, tidak serta merta langsung memarahi saat membuat kesalahan, intinya saya menempatkan diri saya sendiri dan bagaimana saya ingin diperlakukan saat berada di posisi mereka.

Singkat cerita kami semua memiliki hubungan yang baik bahkan mereka memberikan saya cindera mata dan kenang-kenangan saat hari terakhir saya bekerja sebagai tanda terima kasih dalam bekerja sama selama ini. Saya lega karena saya pergi bukan sebagai looser tapi sebagai kawan dan bukannya lawan. 

Politik kantor itu nyata adanya dan pengalaman ini adalah pengalaman yang berat bagi saya karena menyerang saya secara mental maupun fisik sehingga saat saya off dari dunia kerja, saya benar-benar memanfaatkan waktu saya untuk sejenak membersihkan diri dari sisa-sisa pengalaman negatif sebelum nantinya kembali lagi, maybe? hehe. 

Semangat ya untuk yang sedang berada di posisi yang sama, kamu yang paling tahu apa yang terbaik untuk dirimu, take it or leave itu, it's your choice karena alasan di balik keputusan setiap orang itu berbeda-beda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun