Singkat cerita selama hampir tiga tahun saya harus berjuang sendirian di lingkungan baru ini, penolakan yang saya terima, tudingan negatif dan tidak sesekali menjadi "tumbal" dalam setiap meeting, banyak bertemu orang bermuka dua dan beberapa berniat menjatuhkan yang lainnya bahkan menjatuhkan atasan sendiri, dan drama-drama lainnya yang membuat saya menyadari bahwa ternyata benar ya perkataan rekan saya di awal untuk "berhati-hati". Mungkin beberapa dari pembaca penasaran apa yang membuat saya bisa kuat bertahan? Mengapa tidak cabut saja?
Percayalah saya sudah mencobanya hehe, lowongan yang dibuka oleh divisi lain beberapa kali saya lamar, namun atasan saya tidak mengizinkan saya pergi, konsultasi empat mata dengan atasan langsung bahkan HRD juga sering saya lakoni namun lagi-lagi mereka menahan saya dengan alasan kehadiran saya dibutuhkan sehingga bila saya pergi mungkin mereka khawatir tidak ada transparansi lagi.
Namun efek sampingnya saya harus menanggung semuanya dan tidak pelak saya terkena stres dan depresi yang luar biasa hingga mengarah pada kecemasan berlebihan sampai saya harus berkonsultasi dengan psikolog karena saya merasa sendirian.Â
Di sisi lain, bila mengikuti keinginan memang saya ingin cepat-cepat pergi saja, namun ada alasan lain di mana bila saya pergi saya akan merasa seperti looser karena saya merasa saya tidak melakukan kesalahan fatal apalagi fraud, saya hanya bekerja atas nama tanggung jawab dan profesionalitas.Â
Selain itu saya merasa akan sia-sia bila saya keluar dengan sukarela karena saya tidak akan mendapatkan apa-apa dan justru malah rugi, sudahlah banyak drama, pergi dengan kesan yang tidak nyaman di hati dan tidak ada kompensasi apapun yang saya dapat selama hampir bertahun-tahun saya kerja hanya karena terjeba di situasi seperti ini.
Akhirnya fase slow down tiba
Alhasil, meksipun tertatih-tatih saya berusaha bertahan dan akhirnya semua pengorbanan itu membuahkan hasil.Â
Dari sekian banyak orang yang mengucilkan dan memandang sebelah mata, beberapa justru menjadi teman dekat saya, hehe dan sisanya satu per satu mengeluarkan dirinya sendiri tanpa saya ataupun atasan saya harus melakukan tindakan pemecatan (meskipun bisa saja dilakukan, namun kami tidak mau mengambil jalan itu), sisanya ada yang dimutasi ke tempat lain oleh manajemen, kontrak dengan pihak ketiga berakhir dan lain-lain hingga akhirnya yang tadinya saya adalah orang pertama yang sangat menginginkan bisa keluar dari tempat ini justru saya yang paling lama bertahan, hehe , jadi ingat kata pepatah:
What doesn't kill you make you stronger
Akhirnya datanglah orang-orang baru yang mengisi kekosongan, belajar dari pengalaman yang sudah-sudah saya tidak mau mengulang drama yang serupa.Â
Saya menyambut kedatangan orang-orang baru ini, memberikan mereka wawasan tentang apa yang kita akan kerjakan, meng-guide mereka, men-support mereka, mengajak mereka ngobrol karena biasanya orang baru masih kaku dan malu untuk memulai obrolan, tidak serta merta langsung memarahi saat membuat kesalahan, intinya saya menempatkan diri saya sendiri dan bagaimana saya ingin diperlakukan saat berada di posisi mereka.
Singkat cerita kami semua memiliki hubungan yang baik bahkan mereka memberikan saya cindera mata dan kenang-kenangan saat hari terakhir saya bekerja sebagai tanda terima kasih dalam bekerja sama selama ini. Saya lega karena saya pergi bukan sebagai looser tapi sebagai kawan dan bukannya lawan.Â
Politik kantor itu nyata adanya dan pengalaman ini adalah pengalaman yang berat bagi saya karena menyerang saya secara mental maupun fisik sehingga saat saya off dari dunia kerja, saya benar-benar memanfaatkan waktu saya untuk sejenak membersihkan diri dari sisa-sisa pengalaman negatif sebelum nantinya kembali lagi, maybe? hehe.Â