Dan, begitu pula pihak yang tidak menghasilkan juga harus mendapat hak untuk berpendapat dan ikut ambil keputusan terkait keuangan keluarga supaya tujuan besar keuangan keluarga di masa depan tetap berada di jalur nya.
Kadang, buruknya komunikasi dan tidak adanya kompromi membuat salah satu pihak, terutama wanita memutuskan untuk ikut mengambil peran dalam hal earning income dengan tujuan semata-mata bukan untuk saling beradu ego, melainkan hanya ingin menyelamatkan dan memastikan keuangan keluarga benar-benar aman, terlebih lagi bila sudah ada anak di dalam keluarga.
Dalam hal keuangan, wanita selalu berpikir bagaimana menjaga keuangan keluarga aman dari ancaman, hal ini mungkin bentuk sisi primitif kita dalam hal mempertahankan harta benda untuk kelangsungan hidup keluarga dan anak turunan kita.Â
Wanita akan cenderung play it safe dan kurang nyaman saat apa yang sudah dia rencanakan, apa yang sudah dia tabung dan kumpulkan dalam hal ini terkait keuangan keluarga, tiba-tiba harus diusik dan bubar di tengah jalan hanya karena fakor-faktor eksternal  yang sulit untuk dikendalikan.
Itu terutama saat posisinya bukan sebagai pemegang keutusan utama atau bahkan tidak mempunyai peran dalam menghasilkan income, tentu hal ini akan berbuntut dilema yang panjang dalam dirinya.
Semua kembali ke komunikasi dan pemahaman kepribadian antara kedua belah pihak. Pembagian tugas dan hak pengambilan keputusan yang sama harus dijalankan dengan baik, saat income stream hanya datang dari salah satu pihak maka tidak berarti pihak lain tidak punya hak.
Demikian pula saat keduanya mempunyai earning power yang sama juga tidka bisa semerta-merta sesuka hati dan merasa bebas dalam menggunakan uang karena ada tujuan-tujuan besar yang harus dipersiapkan di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H