Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pengalaman Menyiapkan MPASI dan Dramanya

22 Agustus 2022   13:00 Diperbarui: 23 Agustus 2022   01:42 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memberikan MPASI pada anak by Pexels

Melihat judul topik pilihan yang di usung Kompasiana membuat saya tertarik untuk berbagi pengalaman perihal MPASI, tepatnya dua tahun lalu saat anak saya  memasuki usai 6 bulan, di mana usia ini adalah usai yang disarankan oleh dokter anak untuk memulai memberikan asupan lain selain ASI eksklusif, yakni MPASI (Makanan Pendamping ASI).

MPASI sendiri memang disarankan diberikan saat usia 6 bulan, namun tahukah parents kalau ternyata untuk kondisi tertentu seperti BB (berat badan) yang rendah dan kenaikan yang sangat lambat, MPASI juga bisa diberikan saat bayi berusia 4 bulan dengan syarat sang bayi harus sudah bisa menyangga kepalanya dan tentu saja harus berdasarkan arahan serta rekomendasi dari dokter anak, karena riskan juga saat bayi belum tegak kepala dan lehernya namun sudah harus diberikan MPASI, untuk yang satu ini memang benar - benar harus ditangani ahlinya. 

Saran yang paling mungkin adalah saat sebelum usia 6 bulan bayi kita menunjukkan gejala kurang BB, maka kita bisa menambah jumlah pemberian ASI yang lebih sering dari biasanya atau dengan tambahan susu formula.

Oke kembali ke topik MPASI, saya sudah banyak membaca dan mencari informasi jauh - jauh hari bahkan pada saat masih hamil mengenai MPASI ini karena saya tidak ingin kelabakan saat masa nya tiba dan saya ingin semuanya well prepared, pasti semua ibu - ibu di luar sana juga mengalami hal yang sama ya dan ingin semuanya berjalan sesuai rencana. 

Namun, ternyata kenyataan nya tidak bisa seperti itu juga karena bertepatan dengan kelahirna anak pertama saya yang juga cucu pertama di keluarga saya, otomatis peran serta orang tua terutama ibu  juga sedikit banyak mewarnai perjalanan memberikan MPASI ini, hehe.

Peran serta orang tua dan mertua dalam menyiapkan MPASI

Tidak bisa dipungkiri kita hidup dalam lingkup sosial budaya yang memegang teguh prinsip - prinsip kekeluargaan, begitu pula saat momen kelahiran anak, bukan saja kita sebagai orang tua yang bahagia bukan kepalang, kakek nenek nya bahkan bisa lebih euphoria dibanding kita orang tua nya. 

Mulai dari fase menyusui sampai dengan MPASI sedikit banyak kita pasti mendapatkan banyak wejangan dan nasehat - nasehat dari orang tua maupun mertua sebagai bentuk perhatian dan sebagai yang sudah "berpengalaman" dalam hal merawat dan membesarkan anak. 

Saat awal - awal MPASI memang sedikit diwarnai perbedaan pendapat di awal dengan orang tua, terutama ibu ya karena mertua jauh di luar kota sehingga tingkat intervensi tidak lebih banyak dari ibu saya sendiri yang juga cucu pertamanya ini, yah bisa dimaklumi ya kalau untuk yang satu ini.

Orang tua kita dahulu mendapatkan ilmu tentang MPASI mungkin dari ilmu turun temurun dari generasi sebelumnya sehingga apa yang mereka dapatkan, pahami dan jalankan sudah seperti default atau pakem dan ketergantungan dengan orang tua sangat tinggi karena sumber pengetahuan nya kala itu ya dari orang tua yang juga sebagai role model karena sudah menjalani nya , tidak seperti zaman sekarang yang semua informasi bisa diakses secara bebas dan bisa didapatkan dari berbagai macam sumber. 

Ilustrasi memberikan MPASI pada anak by Pexels
Ilustrasi memberikan MPASI pada anak by Pexels

Orang tua bersikukuh agar makanan pertama MPASI anak adalah pisang kepok merah, tipikal makanan pengenalan pertama yang sangat umum dalam budaya kami, namun saat itu sebagai ibu baru yang sudah banyak meyiapkkan ide ini dan itu untuk MPASI, saya ingin agar anak saya mengenal buah dan sayur yang dihaluskan sesuai petunjuk dan informasi dari buku - buku parenting yang saya baca. 

Sempat berjalan alot hingga akhirnya sebagai anak saya mengikuti saran orang tua untuk memberikan pisang kepok merah sebagai MPASI pertama, namun selang beberapa hari karena hanya diberi pisang saja, anak saya mengalami susah buang besar sehingga kami memutuskan berhenti memberikan nya pisang dan saya ganti dengan buah pir yang dihaluskan, syukurlah tidak lama semua kembali normal. 

Sejak peristiwa itu orang tua saya dengan sendirinya mulai memberikan saya kebebasan dalam mengatur menu MPASI anak saya karena saya pribadi juga membuka komunikasi dengan orang tua apa yang saya inginkan dan saya rencanakan untuk anak saya dan memohon pengertian mereka untuk memberi saya ruang gerak yang bebas dalam melakukan nya.

Namun alangkah lebih baik hal seperti ini dikomunikasikan di awal ya, jangan menunggu terjadi hal - hal yang tidak diinginkan baru kita bicara dengan orang tua.

Tips menyiapkan MPASI

Saat awal- awal MPASI memang saya lebih banyak memberikan buah dan sayur, namun itu hanya untuk perkenalan saja ya, selanjutnya sesuai arahan yang saya dapatkan dari dokter anak, MPASI seharusnya tidak hanya single menu, MPASI yang bagus ya harus lengkap komposisinya meliputi karbohidrat, protein, lemak dan serat. 

Nah dari prinsip itulah saya membuat dan meracik MPASI anak saya sendiri dan melibatkan semua komponen tersebut. 

Jadi, dalam MPASI si kecil saya tambahkan nasi sebagai sumber karbohidrat, olive oil atau mentega sebagai sumber lemak, sumber protein bisa didapat dari sumber hewani (telur, daging, unggas) maupun nabati (tahu, tempe, kacang - kacangan) dan juga serat dari sayuran, semuanya itu kita masak sampai matang dan dihaluskan untuk memudahkan si kecil menelan.

Untuk tekstur, disesuaikan sesuai usia si kecil ya :

  • untuk usia  6- 8 bulan pertama saya melumatkan semua bahan makanan sampai halus (terutama saat masih 6 bulan lebih bagus lagi bila finishing nya dengan disaring).
  • untuk usia 9 - 12 bulan tekstur sudah mulai agak kasar, yang sebelumnya disaring, kali ini hanya sekedar dihaluskan manual saja sehingga si kecil akan mulai belajar mengenal tekstur makanan dan merangsang pertumbuhan gigi susu pertamanya.
  • usai 12 bulan sudah mulai dikenalkan dengan nasi tim dan lauk pauk yang lunak untuk memaksimalkan fungsi menunyah karena pada usia ini sudah mulai bermunculan gigi susu pada anak.
  • selanjutnya perlahan - lahan kita bisa mulai memberi anak makanan dengan tekstur dan menu makanan keluarga sehari - hari.

Pemberian MPASI sendiri bisa diberikan secara berkala mulai dari sehari sehali, sehari dua kali diselingi dengan pemberian buah dan snack hingga si kecil memasuki usai makan yang normal.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah anak pasti suka dan mau memakan semua menu MPASI yang kita siapkan? tentu saja jawaban nya adalah TIDAK. 

Tidak semua menu yang kita buat akan disukai anak karena masa - masa MPASI adalah masa si kecil juga mulai mengenal rasa dan selera sehingga jangan khawatir bila anak menolak atau tidak suka, itu hal yang wajar, ya resikonya memang kita harus membuatkan menu lain nya yang mereka mau dan suka, hehe. 

Saat memulai MPASI saya tidak terlalu fokus dengan printilan atau merk makanan tertentu, karena banyak kita lihat ya di sosial media anjuran untuk memberikan bahan makanan dengan merk tertentu atau kualitas super yang pastinya tidak semua orang menjangkau nya. 

Saya hanya fokus pada komposisi dan kandungan gizinya, karena goal saya waktu itu ya bagaimana nanti anak kenal dan mau makan makanann keluarga, bukankah toh nanti ujungnya ya itu? sehingga saya memahami MPASI sebagai step pengenalan makanan keluarga pada anak dengan milestone yang disesuaikan dengan usianya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun