Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat Terjebak di Lingkungan Kerja yang Toxic

17 Juni 2022   10:06 Diperbarui: 17 Juni 2022   17:55 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya dunia sekolah, apalagi masa-masa SMA yang banyak menyimpan berbagai cerita , dunia kerja pun juga tidak kalah seru untuk dikulik cerita-cerita di dalamnya. 

Biasanya, setelah kita menyelesaikan pendidikan formal dan dilanjutkan dengan menempuh empat tahun di jenjang perguruan tinggi, maka finalnya adalah kita harus menyiapkan diri untuk menghadapi realitas kehidupan di dunia kerja. 

Bagi yang masih freshgraduate, tentu momen-momen menjadi job seeker tentulah sangat menyenangkan, kita akan disibukkan untuk mengunjungi job fair yang biasanya diadakan oleh masing-masing kampus ataupun berselancar via internet untuk mencari lowongan kerja yang sesuai dengan bidang ilmu kita di perguruan tinggi.

Setelah kesana kemari mengunjungi job fair dan mengikuti seleksi penerimaan karyawan baru, sungguh suatu perasaan yang luar biasa saat kita bisa diterima bekerja dan status yang tadinya job seeker sekarang sudah berubah menjadi karyawan.

Memang dalam dunia pendidikan kita, dorongan untuk menjadi wirausaha setelah lulus kuliah masih sangatlah minim, hampir semua mahasiswa setelah lulus pasti insting pertamanya adalah mencari kerja karena ya apa lagi yang dikejar setelah lulus kuliah, hanya ada dua pilihan, mencari kerja atau membuat lapangan kerja sendiri.

Hari-hari pertama di tempat kerja benar-benar sangat mengasyikkan, bertemu teman baru di tempat kerja yang sama-sama ber status entry level, bertemu dengan mereka yang menduduki level senior hingga manajer. 

Terkadang kita merasa kagum saat melihat orang-orang yang berada jauh di atas level kita dan itu menjadikan motivasi tersendiri bagi kita untuk bisa bekerja dengan giat dan menyelesaikan job desk yang diberikan atasan dengan baik dan tepat waktu agar perjalanan karir kita ke depan juga lancar sehingga bisa menyusul senior-senior yang sudah berada di posisi strategis.

Dinamika dunia kerja

Hari-hari di dunia kerja berlalu hingga tanpa disadari sudah hitungan tahun kita bekerja. Vibes lingkungan kerja yang solid dengan atasan dan rekan-rekan kerja yang mendukung dan saling membantu tentu membuat kita semakin betah bekerja, bahkan walaupun harus lembur pun akan kita lakukan karena lingkungan kerja yang positif akan membuat kita menjadi produktif  dan mengeluarkan potensi terbaik kita. 

Namun, tiada gading yang tak retak, pertanyaannya adalah sampai kapan orang-orang, lingkungan kerja dan atasan yang terlihat sempurna itu bertahan?

Tentu jawabannya tidak ada yang tahu dan seperti hukum alam pada umumnya, semua kejadian dalam hidup kita adalah sementara karena ada masanya kita harus berpisah dengan itu semua dan karena satu dan lain hal entah pindah tempat bekerja atau hanya sekedar pindah tim dan divisi, kita akan kembali berada di kondisi lingkungan kerja yang baru, dengan rekan-rekan kerja yang  baru, bahkan atasan yang baru. 

Pertanyaannya kemudian, apakah lingkungan dan rekan kerja yang baru ini juga akan mempunyai vibe yang sama dengan lingkungan dan rekan kerja kita yang lama? Sekali lagi jawabannya belum tentu.

Sedikit berbagi cerita dan pengalaman saya pribadi saat masih aktif bekerja di korporasi swasta selama lebih dari lima tahun.

Memang menjadi bagian dari sebuah tim yang solid dengan orang-orang yang hebat dan membawa vibe positif adalah harta karun yang tak ternilai, karena kita akan mustahil membenci apa yang kita kerjakan.

Justru sebaliknya, dengan kombinasi yang serba positif itu semua, kita juga akan terdorong untuk selalu bersemangat saat akan berangkat bekerja, memberikan yang terbaik dari diri kita untuk projek yang sedang dikerjakan bahkan daya inisiatif kita juga akan tinggi. Jadi tidak hanya menunggu perintah atasan, kita akan berjalan dan berakselerasi dengan sendirinya karena lingkungan kerja yang positif itu tadi.

Saat berada di lingkungan kerja yang toxic

Namun, bagaiman saat kita harus berada di situasi dan kondisi yang kurang ideal di mana kita berada di lingkungan kerja dan bersama dengan rekan-rekan yang toxic? Hal ini pun juga pernah saya alami dan berlangsung tidak dalam waktu sebentar. 

Di dunia kerja, saat kita berada di tempat baru, baik itu divisi atau tim yang baru, di situ kita juga menjadi orang yang baru karena bagaimana pun kita belum punya jam terbang di tempat yang baru tersebut, di tempat yang lama mungkin iya.

Namun di tempat baru banyak hal yang harus kita sesuaikan, mulai dari milestone pekerjaan, budaya dan karakter tim atau orang-orang yang ada di dalamnya dan juga gaya leadership pimpinan ke bawahannya. Semua itu menjadi kombinasi yang nantinya sedikit banyak juga akan berpengaruh terhadap cara kerja dan performa kita.

Apa yang harus dilakukan saat kita berada di kondisi yang tidak diinginkan tersebut?

Tentu terkadang kita berada di posisi serba salah ya, mau resign kok ya tanggung karena sudah lama bekerja di perusahaan yang sekarang, apalagi biasanya pertimbangan resign itu harus benar-benar dipikirkan dan dihitung untung ruginya apalagi bila kita sudah bekerja katakanlah di atas lima tahun, tentu pilihan yang sulit.

Namun di sisi lain memutuskan bertahan juga kok rasanya seperti menyiksa diri sendiri, tiap hari terasa tidak tenang dalam bekerja, beban mental sangat berat dan tiada hari tanpa cemas dan tertekan. 

Lalu bagaimana ya menyikapi kondisi bagai makan buah simalakama tersebut ?

Berikut beberapa pandangan dan pertimbangan yang bisa kita ambil saat berada di lingkungan kerja yang toxic:

1. Identifikasi masalah

Kita menyimpulkan bahwa kita sedang berada di lingkungan kerja yang toxic karena ada suatu problem atau masalah yang berpola dan berkelanjutan. 

Cobalah amati lingkungan kerja kita, mulai dari job desk pekerjaan, rekan kerja, atasan, budaya kerja, mana dari elemen-elemen itu yang menjadi sumber terciptanya lingkungan kerja yang toxic?

Apakah pembagian tugas pekerjaan yang tidak jelas, rekan kerja yang kurang supportif bahkan menikung, atasan yang semena-mena , budaya kerja yang tidak mendukung, salah satu dari beberapa hal atau bahkan gabungan semuanya bisasanya menjadi sumber ketidak nyamanan kita di tempat kerja. 

Dengan identifikasi masalah di awal, kita akan tahu dengan jelas sumber dan pola permasalahnnya di mana dan bagaimana kita harus menyikapinya.

2. Pastikan hubungan kita dengan atasan tidak bermasalah

Setelah tahu letak permasalahannya, pastikan bahwa masalahnya bukan karena hubungan yang kurang baik antara kita dengan atasan, sebenarnya agak rumit bila hubungan kita dengan atasan yang bermasalah, beda cerita bila masalahnya ada di sesama rekan kerja, entah mereka terganggu dengan keberadaan dan posisi kita di dalam tim, ataukah sekedar drama-drama antar karyawan, selama hubungan kerja kita dengan atasan kita tidak ada masalah, drama-drama antar karyawan masih bisa kita acuhkan, toh dalam dunia kerja, yang dilihat atasan adalah hasil kerja dan attitude kita.

3. Tetap bekerja secara professional

Setelah memastikan hubungan kerja kita dengan atasan tidak ada masalah dan atasan masih mengapresiasi pekerjaan kita, maka tetaplah bekerja secara professional, jangan hiraukan apa kata orang baik itu dari sesama rekan kerja, tunjukkan dengan prestasi bukan malah balik mencaci. 

Kita tidak pernah bisa mengontrol tindakan dan opini orang lain kepada diri kita, sebaik apapun pekerjaan kita dan sekuat apapun kita berusaha untuk membantu dan bersikap baik kepada orang lain tidak menjadi jaminan orang lain juga akan melakukan hal yang sama terhadap kita , jadi do your best and nothing to loose saja.

4. Jangan balik menjatuhkan

Terkadang ada perasaan gemas dan kita ingin membalas apa yang sudah orang lain lakukan kepada kita di lingkungan kerja, namun saran saya jangan sekali-kali ingin membalas dendam dan dengan sengaja ingin menjatuhkan orang lain di lingkungan kerja karena bagaimanapun itu bukan tindakan yang gentlemen dan justru akan memperkeruh suasana. 

Biarkan orang lain sibuk dengan dunianya, kita juga sibuk dengan pekerjaan kita yang sudah menanti di depan mata, toh atasan juga akan tahu dan notice mana karyawan yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan mana yang tidak.

5. Konsultasi dengan HRD

Mungkin beberapa tips di atas menekankan kita untuk lebih kuat secara mental dan mempunyai kemandirian dalam bekerja, namun tidak bisa dipungkiri saat maalahnya terletak pada orang, bukan obyek pekerjaannya

Hal ini juga akan menguras mental dan membuat kita stres juga ya, kalau sudah begini dan dirasa lama-lama mempengaruhi performa kerja kita, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan HRD bila konsultasi dengan atasan dirasa kurang berhasil. 

HRD biasanya lebih paham dan mereka bisa membantu untuk mencarikan solusi atau paling tidak HRD akan berbicara dengan atasan kita dan menghimbau atasan kita untuk lebih memperhatikan lingkungan kerja yang berada di bawah pengawasannya.

6. Take it or leave it

Saat semua cara sudah dicoba, mulai dari menguatkan diri sendiri, konsultasi dengan atasan maupun HRD dan ternyata tetap saja kita tidak sanggup bertahan di lingkungan kerja yang sekarang, pilihannya hanya ada dua, take it or leave it, bertahan atau tinggalkan. 

Ya, di dunia kerja kita tidak bisa meminta pihak manapun untuk menyelesaikan masalah dan keluhan-keluhan kita, hal-hal yang tidak berkaitan bukan pekerjaan dan hasil kerja biasanya dianggap minor dan itu murni urusan pribadi kita.

Perusahaan terutama bila kita bekerja di sektor korporasi swasta, mereka tidak akan berlama-lama menanggapi keluhan-keluhan kita, bagaimanapun kondisinya kita hanya akan dihadapkan pada dua pilihan tadi, bertahan sekuat tenaga sampai menemukan momen yang tepat untuk keluar atau ya langsung keluar saja tanpa pikir panjang.

Berada di dalam lingkungan kerja yang toxic memang tidak menyenangkan dan hampir sebagian besar orang-orang yang berada di dunia kerja sedikit banyak juga pasti pernah mengalaminya ya. 

Namanya juga masih bekerja di bawah naungan perusahaan, ada hal-hal yang tidak bisa kita kontrol seperti dengan siapa kita akan bekerja, akan mendapatkan rekan kerja dan atasan yang seperti apa, lingkungan kerja yang bagaimana. Kalau boleh memilih sih pastilah kita semua inginnya bekerja dengan orang-orang dan lingkungan yang baik dan supportif.

Namun alih-alih tidak bisa memilih, kita bisa memulai dengan menjadi pribadi yang positif terlebih dahulu dan bila ternyata kita memutuskan untuk keluar dari lingkungan tersebut, pastikan keputusan itu sudah kita pikirkan dan pertimbangkan secara matang ya agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun