Usia balita memang usia di mana anak sedang dalam fase "lucu-lucunya", sepertinya apa saja polah tingkah mereka terlihat sangat menggemaskan ya.Â
Di usia balita inilah selain sudah lancar berjalan dan gerak motorik lainnya, anak-anak juga belajar untuk mengasah kemampuan berkomunikasi. Mungkin awalnya mereka hanya akan mengoceh tidak karuan atau hanya menirukan kata dan kalimat yang sering mereka dengar, baik dari orang-orang di sekitarnya maupun dari tontonan yang biasa mereka lihat.
Perkembangan dalam komunikasi ini menjadi milestone kedua yang sangat penting untuk dipantau setelah perkembangan motorik dan berjalan anak.Â
Melalui komunikasi, anak belajar memahami interaksi dua arah, belajar untuk menyampaikan keinginan-keinginannya dan juga apa yang dia rasakan kepada kita sebagai orang tua.Â
Beberapa anak mempunyai skill komunikasi yang sangat bagus di usianya, beberapa cukup bagus dan sebagian mungkin belum cukup lancar dalam berkomunikasi.Â
Setiap anak tentu di asuh dan dididik dengan cara yang berbeda-beda ya sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip yang dianut oleh keluarga masing-masing. Namun berada di level berapa pun kemampuan komunikasi anak kita, tentu hal ini tetap harus dilatih dan dibiasakan agar skill komunikasi anak kita semakin baik dan lancar dari waktu ke waktu.
Paradigma ocehan anak
Kita sebagai orang dewasa sudah sangat penat dan sibuk dengan pekerjaan dan juga urusan pribadi masing-masing sehingga terkadang kita kurang bisa menyikapi dengan bijak saat anak-anak berbicara kepada kita.Â
Adakalanya kita masih memiliki mindset atau anggapan bahwa saat anak-anak mengoceh atau berbicara random itu tidaklah berarti apa-apa, mereka hanya sekedar "mengoceh" tanpa ada maksud dan arti, sehingga terkadang orang dewasa di sekitar anak-anak itu cenderung tidak menghiraukan atau hanya menganggap angin lalu saja, tidak penting, toh namanya juga anak-anak ya pasti begitu, sekalinya bisa bicara mereka akan bicara apa saja sebisa mereka dan meaningless.
Saya pribadi pernah berada di momen kumpul keluarga besar di mana banyak orang dewasa dan anak-anak membaur menjadi satu, yang saya herankan adalah saat anak-anak ini berbicara kepada orang dewasa, entah kenapa respon dari orang dewasa ini cenderung meremehkan sang anak, tidak terlalu ditanggapi dengan serius dan cenderung menyuruh anak untuk berhenti berbicara atau "mengoceh" karena dianggap berisik atau mungkin mengganggu, kebetulan juga si anak yang sedang berbicara ini mempunyai label anak yang agak "nakal".Â
Akhirnya saya mencoba sedikit bereksperimen dan mendekati si anak, melihat dia tidak dihiraukan saya bertanya kepadanya hal-hal yang biasa dan umum saja seperti umurnya berapa, sekolah kelas berapa, dan ternyata setelah dikulik, sang anak ingin bercerita bahwa dia nantinya kalau sudah besar ingin bercita-cita masuk pesantren.