Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tips Memulai Toilet Training pada Anak

18 April 2022   10:40 Diperbarui: 18 April 2022   13:51 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toilet training adalah saah satu milestone yang biasa para ibu lakukan saat anak-anak sudah mulai menginjak usia balita. Proses ini adalah langkah yang dilakukan untuk melatih kemandirian anak dengan mengenali apa itu rasa ingin buang air kecil dan besar, sehingga diharapkan saat anak sudah mulai mengenali dan paham, maka mereka sudah tidak perlu lagi menggunakan popok atau diapers setiap saat.

Mengajari anak toilet traning memang susah-susah gampang karena kita juga harus jeli melihat kesiapan anak untuk bisa mulai diajarkan toilet training, baik dari sisi psikologi anak maupun kesiapan fisiknya. Dilansir dari laman IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), berikut adalah beberapa tanda bahwa anak sudah siap diajarkan toilet training:

  1. Anak mampu menirukan kita dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar.
  2. Anak sudah bisa mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta maupun tidak.
  3. Anak sudah bisa menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak.
  4. Anak sudah mampu berjalan dan duduk dengan baik.
  5. Anak sudah mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar).
  6. Anak sudah mampu melepas dan mengenakan pakaiannya.

Dari ke enam tanda di atas, mungkin tidak semua anak bisa menunjukkan tanda-tanda yang sama di usia tertentu ya, karena bagaimanapun juga perkembangan setiap anak itu unik dan berbeda-beda. 

Jadi tidak bisa kita sama ratakan, cukup kita sebagai orangtua yang harus lebih menggali dan mengenali tanda-tanda tersebut untuk memastikan apakah anak kita sudah bisa dan siap diajarkan toilet training.

Pengalaman Mengajarkan Anak Toliet Training

Kali ini saya ingin sedikit sharing pengalaman saya mengajarkan toilet training pada anak, ini adalah pengalaman pertama saya sehingga tentu ada rasa cemas dan was-was kira-kira bagaimana ya prosesnya? Apakah lancar, struggling atau malah berantakan? 

Berikut adalah langkah-langkah saya dalam memulai toilet training anak:

Melihat Kesiapan. Seperti yang sudah disinggung di awal tulisan, terdapat tanda-tanda yang bisa menjadi indikator seorang anak sudah siap dan bisa diajarkan toilet training, saya pribadi melihat dan mengamati anak saya sudah menunjukkan beberapa tanda yang membuat saya memutuskan untuk memulai latihan toilet training. 

Saya memulai toilet training saat anak saya berusia dua tahun, bertepatan setelah masa menyapih. Menurut saya saat anak sudah bisa melewati masa penyapihan dan sudah tidak bergantung lagi dengan ASI, maka itu adalah momen atau masa kemandirian pertama anak, walaupun anak sudah bisa berjalan dan duduk di usianya yang 14 bulan, namun saya juga memepertimbangkan dari sisi psikologinya.

Komunikasi. Sebelum membulai toilet training, saya terlebih dahulu mengkomunikasikan pada anak bahwa kita akan belajar toilet training bersama, kita sampaikan pada anak bahwa dia sudah besar, sudah waktunya belajar buang air kecil dan besar di toilet dan tidak memakai popok lagi. 

Komunikasi ini penting menurut saya agar anak paham dan tau bahwa dia akan diajarkan toilet training sehingga sebelum praktik kita sudah menanamkan pemahamannya dulu kepada anak, harapannya walaupun anak belum paham betul apa itu, namun upaya komunikasi ini juga sebagai jembatan untuk membangun bonding secara emosional dengan anak.

Mengenali ritme buang air kecil. Memulai toilet training bisa kita lakukan dengan tahapan buang air kecil dulu karena memang berbeda nanti antara mengajarkan buang air kecil dan besar. 

Tanda pertama yang menjadi indikasi saya adalah saat anak mulai mengenali atau mempunyai pola dan jadwal buang air kecilnya sendiri, saya mengamati anak saya akan buang air kecil setiap bangun tidur dan akan mandi pagi, siang hari, sore, dan malam hari.

Mungkin tidak setiap hari terjadi di jam-jam yang sama ya, namun secara garis besar kita harus sudah tahu dulu polanya sehingga pada waktu-waktu tersebut kita bisa mengajak anak ke toilet untuk memintanya buang air kecil. 

Bila dirasa waktu atau timing si anak dalam buang air kecil juga masih random, kita bisa mulai mengamati kapan terakhir dia minum, nah mungkin dua atau tiga jam setelahnya kita bisa melatih anak untuk buang air kecil di toilet.

Mulai melepas popok secara bertahap. Toilet training tidak akan berjalan lancar bila anak kita masih memakai popok selama 24 jam, mengapa? Karena dia akan merasakan sensasi yang sama saja antara pipis dan tidak sehingga kita perlu mengurangi frekuensi pemakaian popok secara bertahap. 

Mungkin di awa-awal dia akan mengompol dan it's okay, memang begitu prosesnya, tujuan kita adalah memang supaya anak mengalami pengalaman mengompol sehingga dia akan tahu bahwa saat tidak memakai popok dan dia buang air kecil di celana, maka celananya akan basah sehingga dia merasa tidak nyaman, nah di sini kita bisa masuk untuk memberikan arahan pada anak melalui pengalamn yang dialaminya ini. 

Kita bisa mulai melepas popok saat pagi sampai sore hari, di saat anak sudah bangun dan aktif bergerak, di malam hari, bolehlah kita masih memakaikan dia popok karena saat tidur malam, anak masih akan sulit untuk mengontrol keinginan buang air kecilnya, dan memang untuk treatment malam hari ini adalah next step setelah anak sudah terbiasa dan bisa buang air kecil di toilet dan tidak mengompol lagi di siang hari.

Butuh pengulangan. Namanya mangajarkan anak kebiasaan, pasti tidak cukup sekali dua kali anak bisa langsung paham ya, butuh pengulangan berkali-kali, begitu juga dengan toilet training. 

Kita harus mendampingi anak untuk ke toilet setiap saat dan berkali-kali, memang akan sangat melelahkan mom, namun percayalah semua ini akan terbayar saat kita sudah melihat anak kita tidak mengompol lagi dan sudah bisa buang air kecil di toilet.

Tetap observasi anak. Terakhir adalah tetap lakukan obeservasi pada anak, ikuti setiap perubahan dan perkembangannya, begitu juga dengan pola buang air kecil atau besarnya karena pengalaman pribadi saya terkadang anak juga mengalami jadwal atau pola buang air kecil dan besar yang berubah-ubah. 

Nah, di saat seperti itu kita juga harus sigap dan menyesuaikan. Salah satu tips untuk buang air besar, mengajari anak buang air besar memang sedikit lebih sulit karena agak tricky untuk mengetahui kapan jadwal anak buang air besar, hal ini kan tergantung kapan si anak "kebelet"nya ya, 

Biasanya saya akan mengamati ekspresi anak saya, bila dia menunjukakn ekspresi seperti mengejan maka akan cepat-cepat saya bawa ke toilet dan mendampingi dia untuk proses buang air besar. Sesekali mungkin anak akan masih buang air besar di celana dan sekali lagi it's okay, memang butuh waktu dan kesabaran ya mom.

Perjalanan melatih anak toilet training memang panjang, beragam, dan butuh konsistensi sampai anak benar-benar paham, sampai sekarang pun saya juga masih berproses. Hal yang perlu digarisbawahi dalam mengajari anak toilet training adalah dibutuhkannya waktu dan kesabaran. 

Pengalaman toilet training setiap anak juga pasti beragam karena setiap anak itu unik dan membawa naturenya sendiri-sendiri, jadi jangan merasa anak kita terlalu dini atau terlalu lambat dalam memulai toilet training ya mom karena ini bukan kompetisi, 

Semua melihat kesiapan dari sang anak itu sendiri, tugas kita sebagai orangtua adalah bagaimana kita bisa menangkap sinyal kesiapan itu sehingga kita sebagai orangtua tidak telat mengajarkan kepada anak milestone toilet training ini.

Sumber: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/toilet-training

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun