Seiring kita bertumbuh dewasa, kita sedikit banyak mulai kritis tentang berbagai macam hal di sekitar kita. Apa yang terjadi di dalam masayarakat, tren apa yang sedang hype di media sosial dan banyak dari kita pula berlomba -- lomba ikut andil dalam setiap perubahan budaya dan perilaku sosial di tengah -- tengah masyarakat kita.
Merebaknya isu yang membenturkan perbedaan
Seperti yang baru -- baru ini kita banyak dengar di berbagai pemberitaan, lagi -- lagi negara kita ini harus diusik  dengan yang namanya perbedaan. Mulai dari kasus yang bersinggungan antara agama dan budaya lokal masyarakat, seperti  keluar nya statement haram untuk atribut -- atribut budaya tertentu, pernyataan terbuka seorang jurnalis yang menyinggung suatu suku, dan berbagai macam kejadian yang jika kita tarik benang merah adalah menjadikan perbedaan bangsa Indonesia ini sebagai bahan bakar untuk membuat masyarakat kita pecah.
Sungguh disayangkan apabila pihak -- pihak yang terkait di atas memang melakukan tindakan tersebut dengan unsur kesengajaan, karena bagaimanapun juga tentu tidak semua orang akan setuju dan memaklumi dengan statement --Â statement seperti itu, karena sekali lagi, kita sebagai bangsa dibangun justru atas dasar perbedaan dan kenaeka ragaman itu sendiri.
Bila melihat jauh ke belakang, sejak zaman kerajaan berabad -- abad yang lalu, Indonesia sudah terbiasa hidup berdampingan dengan suku bangsa lain, mulai dari keturunan tionghoa yang sebagai pendatang pada masa itu memang memiliki misi untuk berdagang. Selain itu ada pula para pendatang dari timur tengah yang tujuan nya untuk membawa risalah penyebaran agam islam di nusantara, sehingga dari berbagai tujuan para pendatang tersebut, mereka akhirnya tinggal dan hidup berdampingan  dan beberapa bahkan menikah dengan  penduduk asli sehingga melahirkan yang kita sebut sekarang sebagai keturunan.
Jadi, seharusnya sudah bukan hal asing dan tabu lagi bahwa kita hidup di negara yang heterogen,contoh di atas adalah asimilasi yang terjadi antara penduduk lokal dengan bangsa pendatang yang bukan asli indoneisa, padahal di bumi nusantara ini juga banyak suku -- suku yang juga berbeda cara hidup, adat istiadat dan kepercayaan yang di anut. Jadi, kita seharusnya sudah tidak asing lagi dengan yang namanya perbedaan karena sejak zaman nenek moyang, itu sudah menjadi pemandangan hidup sehari -- hari.
Belajar lagi tentang apa itu perbedaan dan bagaimana meyikapinya
Dari banyaknya kejadian yang muncul di atas, sepertinya pemahaman kita mengenai Bhineka Tunggal Ika sedang diuji, bagaimana kita menyikapi gesekan -- gesekan yang terjadi di masyarakat, bagaimana kita merespon ketidakpahaman seseorang akan nilai --nilai budaya leluhur bangsa kita, karena bila mereka paham dengan sejarah dan nilai -- nilai luhur bangsa ini, tentunya tidak akan semudah itu mengeluarkan klaim -- klaim yang akan berdampak dan menyakiti  hati masyarakat.
Mungkin di zaman yang katanya modern dan open minded ini kita benar -- benar harus belajar lagi tentang toleransi, tentang peredaan dan bagaimana meng counter perbedaan dan menyikapinya dnegan santun agar kehidupan bermasyarakat tetap berjalan dengan semestinya. Bila kita amati, huru -- hara yang terjadi karena isu perbedaan ini dikarenakan masing -- masing pihak mempunyai klaim atas kebenaran nya sendiri, dan hal ini lah yang dipertontonkan ke publik. Bagaimanapun juga bila hal ini terus menerus terjadi maka yang ada akan semakin banyak hal -- hal kecil yang seharusnya tidak menjadi masalah justru menjadi masalah besar dan blunder, belum lagi media yang terkadang membungkus suatu berita dengan issue atau maksud tertentu.
Setiap individu maupun kelompok tentu mempunyai faith atau keyakinan tentang kebenaran, entah kebenaran yang sifatnya subyektif atau pribadi, kebenaran kelompok maupun kebenaran yang sifatnya universal. Akan menjadi masalah bila kebenaran indivdu dan kelompok ini dipertntonkan ke publikk apalagi dengan cara menjatuhkan kebenaran versi orang atau kelompok lain, inilah yang menjadi akar maslaah nya. Sebelum kita berbicara mengenai kebenaran, alangkah baiknya bila kita belajar lagi menjadi manusia, belajar bagaiman hidup dalam bermasyarakat, belajar bagaimana etika dalam berpendapat, belajar tentang empati, belajar bahwa kebenaran apapun yang kita yakini cukup kita letakkan di dalam diri saja, dan apa yang kita keluarkan cukuplah kebaikan yang membawa manfaat dan kedamaian bagi banyak orang, cukuplah berdebat siapa yang benar dan siapa yang salah, apa yang benar dan apa yang salah, yang terpenting sekarang dari kita sebagai manusai adalah bagiaman output perkataan dan perbuatan kita tidak menjadi ancaman dan sumbu kebencian bagi manusai lain, dengan pola pikirseperti ini, perbedaan dalam hidup bermasyarakat dapat kita jalani dan hadapi dengan indah, bukankah Tuhan juga berfirman kalau manusia diciptaan berbangsa -- bangsa dan bersuku -- suku untuk saling mengenal, saling bersilaturrahim, bukan untuk saling menghina dan membenci satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H