Event tahunan harus jadi perlombaan bergengsi, untuk meningkatkan prestasi, bukan meletakkan unsur manipulasi.
Judul tersebut hanya sekedar aspirasi untuk perbaikan penyelenggara lomba dimanapun kalian berada.
Apa lagi jika event tersebut adalah event tahunan Nasional ataupun se-Indonesia dibawah naungan kementerian agama ataupun kementerian budaya. Harusnya bisa menjadi event bergengsi yang tidak di sesali.
Karena hanya melalui kompetisi, keahlian dibidang karya tulis ilmiah bisa dikuasai, karena menulis juga salah satu syiar utama untuk memulai skripsi, tesis dan disertasi di perguruan tinggi untuk meningkatkan prestasi.
Tentunya dari segi sarana dan prasarana perlombaan harus di desain lebih tertata, terstruktur dan dipersiapkan semaksimal mungkin.
Jika berbicara soal perlombaan, mungkin yang terbesit dalam pemikiran "namanya juga lomba, wajarlah kalau panitia penyelenggara yang akan menjadi juara".
Ets...
Enggak gitu juga, namanya lomba itu sudah ada aturan harusnya hasil sesuai. Dan jangan sampai ada unsur manipulasi, menang apalagi hanya karena bergelar tuan.
Kita berproses sama meskipun dari instansi yang berbeda, Â harusnya ada keadilan bukan ketidakadilan. Karena adil dengan keadilan berbeda.
Keadilan itu selalu mengukur sesuai hasil kalau adil memperlakukan usaha yang sama, padahal hasilnya beda.
Apa lagi jika tidak ada bukti kelolosan masuk final. Karena kita bisa menerima kekalahan, jika benar hasilnya bisa dibuktikan.
Paling tidak melampirkan:
1. Bukti cek turnitinÂ
2. Hasil penilaian dewan juri masing-masing instansi
3. Sesuai aturan dan kesepakatan (contoh: jika lomba team maka jangan mengirimkan individu, atau jika terlambat maka di diskualifikasi)
4. Jika ada perpanjangan setidaknya disampaikan sebelum penutupan, bukan sesudah penutupan.
5. Tidak ada unsur politik atau kedekatan dalam memberikan penilaian.
6. Dewan juri jangan sampai mengetahui. Nnama-nama instansi ketika mengoreksi.
DLL (list sendiri)
Yakin saja dengan adanya pembukaan data dan fakta dari hasil lampiran tersebut, kita akan mudah menerima kekalahan.
Jangan sampai mahasiswa-mahasiswi udah berusaha tapi disia-siakan hanya karena peraturan yang tidak digunakan.
Untuk apa ada juknis? kalau aturannya masih berubah tanpa ada kejelasannya. Karena juknis ibarat jalan penengah dari permasalahan.
Dan sebagai panitia penyelenggara, harusnya mengupayakan apa yang menjadi pertanyaan. Bukan justru membiarkan pertanyaan.
Setidaknya jika ada kelalaian mohon di pertanggung jawabkan bukan justru mengatakan "keputusan panitia tidak bisa diganggu gugat"
Menurut saya, keputusan sesungguhnya bukan di panitia melainkan di hasil akhirnya yang sesuai aturannya. Jangan sampai karya tidak tersampaikan Kedewan jurinya.
Karena kekalahan sesungguhnya ditangan dewan juri, bukan berhenti sebelum sampai ke dewan juri.
Kita sebagai mahasiswa sudah memberikan yang terbaik untuk mengharumkan nama kampus, tentunya ada feddbak dari panitia karena sudah berusaha.
Mari bersama-sama hilangkan budaya buruk dari event tahunan. Untuk memaksimalkan segala peran sesuai aturan.
Semoga apa yang kami tulis bisa dibaca, dan menjadi perbaikan kita bersama.Â
#SalamÂ
#Suaramahasiswa
#Lampungberjaya
#Indonesialuarbiasa
Referensi: Semua ide dari penulisÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H