Mohon tunggu...
UMI KULSUM
UMI KULSUM Mohon Tunggu... Guru - GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Saya suka bersama anak anak , senang membaca serta berharap selalu mendapat ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ayah

5 Juli 2024   20:54 Diperbarui: 6 Juli 2024   04:31 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ayah dan anak perempuan (Sumber: Pixabay)

Nak, ayahmu tiap hari meneteskan keringat

Lelah nafasku mengurai di dada kuat

Demi engkau keluarga kecil yang kusayangi

Kubiarkan mentari menyengat kulit yang wangi

Walau hujan datang mengejar tetap setia menanti reda

Raga ini sudah penat dan lusuh namun tetap ada cinta

Dalam diam penuh harapan demi buah hati berbaja

Mata berlinang hati menjerit saat kau tertimpa

 

Anaku....

Nasihat selalu terucap untukmu

Ingatlah di setiap nafasmu

Di sepotong malam terucap do'a mengadu 

 

Sedalam lautan cintaku telah diarungi

Relung hati mengharumkan kehormatan abadi 

Mimpi yang pernah padam teruslah menyala, anaku

Ayah tak mau meneteskan air mata di hadapanmu

 

Nak, kini ayah sudah senja

Jagalah rasa demi bahagia bersama

Buanglah jauh pecahan surammu

Usaplah air mata ayah ini dengan kesucian balutanmu 

Kebumen, 5 Juli 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun