Mohon tunggu...
Um Fitrotil Untsa
Um Fitrotil Untsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Teknik Industri

you can do it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benar-benar Open Minded atau Hanya Berlindung di Bawah Kata Open Minded?

28 November 2021   22:00 Diperbarui: 28 November 2021   22:17 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini banyak orang menggaungkan istilah open minded . Pastinya saat ini kita sudah tidak asing dengan istilah tersebut. Lalu apakah sebenarnya kita sudah mengetahui arti dan makna yang sesungguhnya dari open minded ?          

Open minded  sendiri berasal dari bahasa inggris Open-mindedness atau bisa disebut dengan pemikiran terbuka yang berarti penerimaan terhadap berbagai gagasan baru. Namun, pada kenyataanya banyak sekali yang menyalahartikan istilah open minded , banyak orang yang mengaku dirinya memiliki pola pikir open minded .

Dapat kita lihat saat memberikan suatu argumen pastinya banyak sekali pendapat dari berbagai macam sudut pandang, jika seseorang itu memiliki pola pikir yang open mided mereka akan mengkaji hal yang dibahas itu dalam berbagai prespektif, biasanya mereka lebih bisa menerima pendapat, dan bisanya bisa menjadi pendengar yang baik. Sedangkan seseorang yang memiliki pola pikir close mended cenderung lebih memaksakan pendapat mereka agar lebih disetujui pihak lain dan cenderung merasa dirinya paling benar serta paling tau.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita benar-benar open minded  atau hanya berlindung dibawah kata open minded ?

Dalam realita juga sering terjadi jika pendapat mereka berbeda dengan pendapat orang lain maka mereka menganggap orang yang memiliki perbedaan pendapat tersebut close minded.

Padahal bukan hal seperti itu yang dimaksud dengan open minded , open minded  disini diartikan kita dapat menerima gagasan baru, tetapi tidak menerimanya dengan mentah-mentah dan harus bisa memilah-milah apakah gagasan tersebut sesuai dengan norma dan agama yang berlaku di negri ini.

Banyak orang beranggapan jika orang tersebut menggunakan twitter, pro LGBT, minum minuman beralkohol, berbahasa indogris, bergaya edgy, mendengarkan lagu-lagu merah,berpartai PSI, kaum feminazi, dan benci agama sendiri sering disebut sebagai orang yang open minded.

Namun, pada kenyatannya open minded  bukan berarti karena hal-hal tersebut, sebab open minded  adalah ketika ia bisa menerima gagasan atau ide-ide baru, menerima pendapat orang lain, menerima perbedaan, dan tidak menyimpulkan suatu hal hanya dari satu sisi, saling toleransi juga sangat penting dalam membentuk pribadi yang open minded .

Mari kita lihat kasus dalam lapangan saat ini, istilah open minded  mulai disalahartikan. Banyak yang beranggapan bahwa open minded  juga berarti menormalisasikan hal-hal yang tidak seharusnya kita anggap lumrah, banyak orang yang menormalisakan hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan agama dan norma yang ada di Indonesia dengan berlindung dibalik kata open minded .

Terdapat beberapa contoh yang sering kita temui dan pada dasarnya juga kita pasti tau serta diajarkan bahwa seks bebas, LGBT, narkoba, minum-minuman keras, atau memperolok agama adalah hal yang tidak baik dan tidak seharusnya dapat dinormalisasikan. 

Namun, pada masa kini banyak yang menganggap hal tersebut adalah hal-hal yang lumrah saja dan bahkan menggunakannya sebagai bahan untuk bercanda.

Sebenarnya open minded  adalah istilah yang mudah dimengerti. Namun, tidak bisa digunakan dengan asal-asalan, jangan beranggapan jika berpikir sebebas-bebasnya tanpa batas adalah cerminan open minded  dan jangan sampai mengesesampingkan makna utama dari open minded  ini sendiri.

Dalam Islam juga mengajarkan pentingnya memiliki pola pikir open minded  dapat kita lihat dari Rasulullah SAW. sebagai manusia terbaik dan manusia tanpa dosa tidak membuat Rasulullah merasa dirinya paling benar. Beliau tidak merasa setiap pendapat yang 

Beliau sampaikan adalah pendapat  yang paling benar. Rasulullah selalu mempertimbangkan pendapat yang lain serta tidak hanya memihak disatu sisi.

Dijelaskan jupa bahwa Islam itu berada di tengah-tengah, tidak berada di ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Ekstrim kanan bisa disebut dengan orang yang secara berlebihan dalam menggunakan nilai-nilai agama untuk menyikapi berbagai persoalan di kehidupan, sementara ekstrim kiri adalah mereka yang memudahkan nilai-nilai agama dan jauh akan ajaran agama. maka dari itu, Islam mengajarkan kita untuk tidak membenarkan semua sudut pandang, kita dianjurkan berada di tengah-tengah melihat sesuatu secara adil dan tidak memberatkan di satu sisi.

Dalam Al-Qur’an juga menjelaskan tentang hal tersebut 

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ  عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”(QS: Al Baqarah:143)

Pada saat memberikan pendapatpun semua orang bisa berargumen secara bebas dan tidak ada batasan, walaupun terkadang dalam penyampaian pendapatnya kurang etis. Perbedaan pendapat adalah hal yang sangat wajar karena berasal dari bebagai macam pandangan seseorang, kita harus saling menghargai setiap pendapat seseorang walaupun bebeda dari kita seperti yang tercermin dalam Pancasila sila ke-4 yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam puermusyawaratan perwakilan.

Cara berpendapat yang baikpun sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. sehingga kita tidak bisa asal-asalan dalam menyampaikan pendapat. 

Ada beberapa hal yang dianjurkan pada saat kita menyampaikan suatu pendapat, yaitu dengan memberika pendapat atau argumen dengan cara yang baik, berpendapat sesuai kapasitas dan kemampuan kita dan jangan sampai kita merasa tau segalanya, dan apabila pendapat yang kita sampaikan ternyata kurang pas dengan hal yang terjadi maka jangan sungkan-sungkan untuk segera meminta maaf.

Adapula dalil yang menguatkan agar kita bisa berpendapat sesuai dengan kapasitas kita dan jangan sampai merasa tau segalanya

فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

 “Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS: An Najm: 32).

Dari berbagai macam hal yang berkaitan dengan open minded , ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kita dapat membentuk pola pikir yang open minded  diantaranya, jangan sekali-kali merasa bahwa pendapat kita adalah pendapat yang paling benar, mulailah membentuk pola pikir melihat sesuatu dari berbagi prespektif guna mencari dari sudu pandang mana yang dapat dipertimbangkan, harus berfikir obyektif, memiliki pendirian yang teguh sehingga tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, dan tidak membenci atau mencintau sesuatu dengan berlebihan karena segala yang berlebihan itu tidak baik.

Perbaiki pola pikir saat ini karena memberikan pendapat bukanlah ajang untuk saling beradu siapa yang paling kuat, berpendapat dilakukan agak suatu hal dapat menjadi lebih baik. Open minded  bukan berarti kita harus menerima segala kritik, saran, dan pendapat yang disampaikan. Namun, kita harus tetap saling menghargai pendapat-pendapat yang disampaikan, menghargai pendapat seseorang bukan berarti kita harus setuju dengan pendapat tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun