Sebenarnya open minded adalah istilah yang mudah dimengerti. Namun, tidak bisa digunakan dengan asal-asalan, jangan beranggapan jika berpikir sebebas-bebasnya tanpa batas adalah cerminan open minded dan jangan sampai mengesesampingkan makna utama dari open minded ini sendiri.
Dalam Islam juga mengajarkan pentingnya memiliki pola pikir open minded dapat kita lihat dari Rasulullah SAW. sebagai manusia terbaik dan manusia tanpa dosa tidak membuat Rasulullah merasa dirinya paling benar. Beliau tidak merasa setiap pendapat yang
Beliau sampaikan adalah pendapat yang paling benar. Rasulullah selalu mempertimbangkan pendapat yang lain serta tidak hanya memihak disatu sisi.
Dijelaskan jupa bahwa Islam itu berada di tengah-tengah, tidak berada di ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Ekstrim kanan bisa disebut dengan orang yang secara berlebihan dalam menggunakan nilai-nilai agama untuk menyikapi berbagai persoalan di kehidupan, sementara ekstrim kiri adalah mereka yang memudahkan nilai-nilai agama dan jauh akan ajaran agama. maka dari itu, Islam mengajarkan kita untuk tidak membenarkan semua sudut pandang, kita dianjurkan berada di tengah-tengah melihat sesuatu secara adil dan tidak memberatkan di satu sisi.
Dalam Al-Qur’an juga menjelaskan tentang hal tersebut
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”(QS: Al Baqarah:143)
Pada saat memberikan pendapatpun semua orang bisa berargumen secara bebas dan tidak ada batasan, walaupun terkadang dalam penyampaian pendapatnya kurang etis. Perbedaan pendapat adalah hal yang sangat wajar karena berasal dari bebagai macam pandangan seseorang, kita harus saling menghargai setiap pendapat seseorang walaupun bebeda dari kita seperti yang tercermin dalam Pancasila sila ke-4 yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam puermusyawaratan perwakilan.
Cara berpendapat yang baikpun sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. sehingga kita tidak bisa asal-asalan dalam menyampaikan pendapat.
Ada beberapa hal yang dianjurkan pada saat kita menyampaikan suatu pendapat, yaitu dengan memberika pendapat atau argumen dengan cara yang baik, berpendapat sesuai kapasitas dan kemampuan kita dan jangan sampai kita merasa tau segalanya, dan apabila pendapat yang kita sampaikan ternyata kurang pas dengan hal yang terjadi maka jangan sungkan-sungkan untuk segera meminta maaf.
Adapula dalil yang menguatkan agar kita bisa berpendapat sesuai dengan kapasitas kita dan jangan sampai merasa tau segalanya