Ia kembali ke kampung halamannya ditemani Fitri. Perjalanan nya yang jauh membuat ia tidak bisa bertemu ayahnya untuk terakhir kali. Ayah Gading sudah dimakamkan terlebih dahulu. Ia hanya mampu untuk menangis di pusara ayahnya.
Sambutan hangat dari ibunya membuat Gading merasa rumah adalah tempat ternyaman. Gading sudah berjanji pada dirinya dan Fitri untuk tidak menangis di depan ibu nya. Gading sudah meluapkan  tangisnya sepanjang perjalanan.
"Ini Fitri bu yang sering Gading ceritakan kalau Gading telpon ibu"
Ibu Gading pun membelai rambut Fitri dengan lembut. Sambil bersedih masih berduka dengan kematian ayahnya.
"Gading, kamu langsung saja kemakam ayah." ibu segera menyuruh Gading pergi ke makam
Gading pun segera bergegas pergi ke makam ayahnya yang hanya berjarak 500 meter dari rumahnya. Dengan menggunakan motor kakak nya Gading membawa Fitri mengunjungi ayahnya di makannya.
"Ayah Gading pulang, Gading lolos test CPNS yah Gading juga bawa calon istri Gading yah. Maafkan Gading ayah." Gading terisak penuh duka dan kesedihan
Gading tidak menyangka bahwa ia akan terlambat melihat senyum ayahnya melihat Gading berhasil seperti apa yang ayahnya inginkan.
"Sudah sayang, ayah mu sudah bahagia, ndak rasain rasa sakit lagi"ucap kekasih hati Gading itu. Wanita itu memegang erat tangan Gading meyakinkan Gading bahwa ia berhasil dan untuk tidak bersedih lagi.
Dalam benak Gading berkata "Terima kasih ayah, terima kasih atas apa yang kau lakukan padaku hingga aku bisa berprestasi dan berhasil. Semoga ayah bangga memiliki aku. Aku akan hidup membawa bekal yang engkau berikan"
Gading dan fitri kemudian memutuskan untuk menikah. Gading memutuskan menetap di Jakarta. Sampai saat ini Gading sekalipun rasa sedih dan duka masih menyertainya ia meyakini ayahnya bangga dengannya.