Mohon tunggu...
Umbu Tagela
Umbu Tagela Mohon Tunggu... Guru - guru

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Efektivitas, Efisiensi dan Relevansi Pendidikan

10 Juli 2023   07:47 Diperbarui: 10 Juli 2023   07:50 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

       EFEKTIVITAS, EFISIENSI dan  RELEVANSI  PENDIDIKAN

Oleh: Umbu Tagela

Perbincangan tentang efektivitas (mangkus), efisiensi (sangkil) dan relevansi (penad) dalam bidang pendidikan sangat penting untuk dipahami oleh semua orang yang terlibat dan melibatkan diri dalam bidang pendidikan. Konsep-konsep tersebut sering diucapkan oleh siapa saja yang berminat dalam bidang pendidikan dengan pemahaman yang variatif tentang aspek utilitas dari aplikasi ketiga konsep itu dalam operasionalisasinya.

EFEKTIVITAS (MANGKUS)

Makna kebahasaan dari efektif adalah berhasil guna, termasuk hasil yang memuaskan. Efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara jumlah siswa   (peserta) dengan tujuan yang hendak dicapai melalui tes dengan menggunakan angka prosentase. Hal ini bisa diamati pada siswa mulai dari tahun pertama, apakah ia aktif hingga menyelesaikan studi.

Selain hal tersebut di atas, efektivitas dapat diukur dengan cara : Pertama, efektif, bila ditinjau dari segi siswa misalnya: dengan biaya yang sama, tetapi hasil belajar meningkat dan  dengan biaya yang kurang tapi hasil belajar sama. Demikian juga jika jumlah siswa yang gagal makin sedikit. Kedua efektif, bila ditinjau dari segi penyelenggara yakni; jumlah siswa bertambah, tapi beban cost yang ditanggung penyelenggara tidak bertambah. Waktu mengajar atau melatih tidak banyak, tapi siswa punya kesempatan mengambil spesialisasi. Ketiga efektif dari segi ruangan. misalnya jumlah ruangan terbatas atau berkurang tapi semua aktivitas tertampung. Keempat efektif dari segi sumber belajar yakni: makin banyak guru dan siswa yang memanfaatkan sumber belajar, dan cara penggunaan sumber belajar yang efsien. Kelima efektif dari segi masyarakat, masyarakat makin menghargai penyelengara, calon siswa makin bertambah dan  Animo masyarakat dan orang tua mengikutsertakan anaknya untuk belajar di lembaga pendidikan makin meningkat.

Dalam tautan makna yang sama Soedijarto (1990)  mengatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan perkiraan tingkat instrumentalitas suatu proses untuk mencapai tujuan. Sampai seberapa jauh proses belajar mengajar yang dipilih akan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Ada hubungan antara proses  dan hasil. Untuk itu perlu dilakukan task analysis terhadap setiap tujuan yang ditetapkan. Misalnya :

Apakah para siswa telah mempelajari hal-hal yang merupakan persyaratan dari dapat dicapainya tujuan.

Apakah cara belajar yang dialami siswa sesuai dengan persyaratan untuk mencapai tujuan?

Apakah proses belajar mengajar cukup menggairahkan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan?

EFISIENSI (SANGKIL)

            Efisiensi dapat berarti berdaya guna atau keberdaya gunaan.

 

Efisiensi hasil proses belajar  biasanya dihitung dengan indeks prestasi. Indeks prestasi yang dicapai berasal dari tujuan  dalam waktu yang telah ditentukan. Efisiensi bisa dihitung  dari ativitas dan kepandaian siswa  atau juga dari program yang didisain. Ada juga yang mengukur efisiensi dengan Instructional cost indeks. Tingkat efisiensi dari suatu proses berkaitan erat dengan prinsip ekonomi, yaitu mengukur perbandingan antara upaya dan hasil. Misalnya sesuatu itu efisien jika hasil lebih besar dari upaya atau usaha. Indikatornya adalah:

Apakah proses belajar mengajar yang direncanakan memungkinkan dapat mencapai banyak tujuan

Apakah strategi belajar mengajar bervariasi atau tidak?

Apakah strategi belajar mengajar  sederhana dan mudah dipahami atau tidak?

RELEVANSI (PENAD)

Mengukur sesuatu penad (relevan) atau tidak, kriterianya adalah sebagai berikut:

1.Relevansi epistemologi

Relevansi berkaitan  dengan hakikat ilmu pengetahuan sebagai kumpulan teori dan cara memandang terhadap fenomena  adalah hasil suatu proses. Proses observasi, klasifikasi, generalisasi dengan menggunakan teori untuk memahami kenyataan melalui proses ilmu. Ilmu pengetahuan memperkaya kandungan teori bahkan metodologi, karena melalui serangkaian pengujian suatu unsur teori atau metodologi menjadi  up to date atau usang. Menyadari hakikat ilmu pengetahuan yang demikian proses belajar dipandang secara epistemologi kurang relevan kalau hanya mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan sebagai hasil. Kalau itu terjadi ilmu pengetahuan akan menjadi mitos lantaran kebenarannya tidak pernah dipersoalkan. Oleh karena itu hampiran proses dalam mempelajari suatu bahan ajaran yang bersumber dari disiplin ilmu perlu ditempuh. Karena itu untuk mengukur kepenadan suatu proses belajar mengajar, indikatornya adalah:

Apakah para siswa berkesempatan melakukan dan menghayati proses pertemuan atau perumusan suatu kesimpulan. Dalam bentuk lain dapat dikatakan apakah siswa memperoleh kesempatan mengamati langsung fenomena di lingkungannya yang merupakan sumber suatu pengetahuan?

Apakah seluruh proses belajar mengajar yang dihayati siswa mengandung nilai yang menghargai proses ilmu pengetahuan dan tidak sekedar menguasai ilmu pengetahuan sebagai hasil? Atau apakah tolok ukur  keberhasilan belajar meliputi juga kemampuan proses?

Relevansi psikologis

Interpretasi kepenadan secara psikologis berhubungan dengan proses belajar mengajar sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Dari segi ini suatu proses belajar mengajar dianggap secara psikologis tidak penad kalau selama proses belajar mengajar siswa tidak memperoleh cukup tantangan untuk berpikir. Hakikat berpikir sebenarnya selalu berorientasi pada pemecahan masalah. Tanpa adanya masalah yang dipecahkan kemampuan berpikir peserta sukar  untuk berkembang. Wong (1974) mengatakan bahwa secara evolusioner berpikir adalah sarana penyesuaian untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi di lingkungannya. Bentuk yang sesuai untuk dikembangkan dari berpikir adalah scientific inquiry suatu bentuk reaksi manusia yang paling mangkus untuk menghadapi kesulitan dan berorientasi pada pemecahan masalah. Suatu proses pembinaan dianggap penad  secara psikologis kalau siswa dihadapkan pada pemecahan masalah dengan menggunakan paradigma ilmu pengetahuan. Untuk mengukur penad tidaknya suatu program secara spikologis, indikatornya adalah sebagai berikut:

Apakah siswa dalam proses belajar mengajar selalu dihadapkan pada masalah yang harus dipelajari?

Apakah kemampuan memecahkan masalah secara sistematis diberi nilai penghargaan?

Apakah cara guru menyajikan bahan ajar berorientasi kepada masalah atau berorientasi pada jawaban?

Relevansi sosial

Dimensi ketiga ini berkaitan dengan implementasi kedudukan dan fungsi penyelenggara sebagai lembaga sosial. Sebagai lembaga sosial Yayasan/pimpinan sekolah berfungsi menyosialisasikan nilai-nilai yang merupakan cita-cita masyarakat. Proses belajar mengajar dipandang penad jika siswa memperoleh kesempatan menghayati nilai-nilai yang dicita-citakan dalam proses pembinaan. Untuk mengukur penad tidaknya program secara sosial, indikatornya adalah:

Apakah nilai-nilai sosial yang dicita-citakan terkandung dalam situasi belajar mengajar?.

Apakah perilaku siswa dalam kaitan dengan nilai-nilai, termasuk interaksi dengan rekan dan guru terliput dalam unsur-unsur yang dinilai?

Apakah siswa memperoleh kesempatan untuk secara aktif terlibat dalam menghayati nilai-nilai tersebut?

Dalam kerampatan makna yang sama, untuk mengukur apakah tujuan tercapai secara efektif dan efisien, digunakan tiga hampiran, yakni, pertama, hampiran klasik, artinya apakah ketrampilan orang-orang yang bekerjasama dalam bidang pendidikan memadai? Kalau sudah memadai, maka hasil yang dicapainyapun akan efektif dan efisien, kedua, hampiran hubungan manusiawi, artinya apakah hubungan orang-orang yang bekerjasama dalam bidang pendidikan harmonis? Jika hubungan antara orang-orang yang bekerjasama harmonis, maka hasilnyapun akan efektif dan efisien. ketiga, hampiran tingkahlaku, artinya apakah  ketrampilan dan  harmonisasi hubungan orang-orang yang bekerjasama dalam bidang pendidikan tinggi? Jika tinggi, maka hasil yang dicapainyapun akan efektif dan efisien. Biasanya hampiran yang dirujuk adalah hampiran tingkah laku. Mudah-mudahan masukan ini berguna bagi para penyelenggara dan pelaksana pendidikan.

 

 

         

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun