Roni Tabroni pun memberikan motivasi kepada peserta seminar agar mereka bisa menjadi content creator. Misalnya content creator di bidang dakwah. Namun, Roni Tabroni berpesan agar kontennya tidak mengandung unsur SARA dan hal-hal yang dilarang lainnya.
Hal lainnya yang Roni sampaikan adalah soal jurnalisme digital yang berkembang saat ini. Roni berkesimpulan bahwa perkembangan teknologi tidak dapat dibendung.Â
Hal yang mungkin dilakukan dunia jurnalistik adalah berdamai dengan keadaan dan content creator selalu meningkatkan kemampuannya. "Dengan demikian, peradaban digital akan lebih baik lagi ke depannya," tandas Roni.
Siapa pun bisa jadi penyiar
Sementara itu, Resti Ernawati mengupas terkait broadcast journalisme dan tantangan penyiar di era 5.0 saat ini. Resti menjelaskan bahwa setiap orang bisa menjadi penyiar selama punya keinginan dan kompetensi.
Resti juga menyampaikan soal teknis siaran, di antaranya harus mengolah suara, mengolah pernapasan, mampu menjembatani, komunikatif, dan berwawasan luas.Â
"Selain itu, ada juga kemampuan berbicara dari hati, memiliki sense of humor, wawasan musik yang bagus, dan yang tidak kalah penting adalah kreatif," kata Resti.
Selain itu, Resti menerangkan terkait tantangan dan peluang Artificial Intelligence (AI) di industri broadcasting. Disinggung juga soal penyiar virtual pertama Fly FM Malaysia bernama Aina yang didukung penuh oleh AI atau kecerdasan buatan.
Bagaimana nasib penyiar di era 5.0? "Tidak akan bisa tergantikan oleh AI, selama penyiar mau mengembangkan diri," pungkas Resti.