Mohon tunggu...
Umar Zidan
Umar Zidan Mohon Tunggu... wiraswasta -

I'm not a writer...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kulo Pull Out

16 September 2014   02:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:35 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, ada sedikit "kericuhan" di group BB saya, group "reunian" yang menaungi teman-teman lama di perusahaan yang cabangnya mencakup hampir seluruh wilayah negeri mulai Banda Aceh hingga Jayapura.

Meski perusahaan sudah bubar dan semua karyawan menyambung hidup masing-masing,  namun hubungan kami tetap terjalin dengan sangat baik hingga sekarang, hal ini terbentuk dari pergaulan semasa menjadi karyawan yang tidak mengenal batas apapun baik yang berusia bujangan, usia bujang lapuk, jabatan, gender, pendidikan, suku maupun agama, intinya kami dari Aceh hingga Jayapura begitu erat dan sangat bersaudara, meskipun terkadang tidak pernah bertemu satu sama lain, atau hanya sesekali bertemu , biasanya pada saat gathering atau training-training.

Sebagai sebuah keluarga tidaklah bisa dipungkiri diantara keakraban tentulah ada sedikit pernik-pernik kekisruhan, terkadang hanya untuk hal-hal sepele, dan itu ternyata masih terbawa sampai saat ini, meski hanya di group BB, seperti kisah kisruh dari teman group yang baru saja bergabung.

--

Kisruh pertama diawali dari permintaannya yang sebenarnya baik, namun ditanggapi beberapa kawan dengan sedikit emosi,

Kawan A : "ACHTUNG !!! WARNING !!! cak cacak neng eneng nuwun sewu kulo nyuwun tulung sanget menawi posting gambar supados dipilih lan dipilah soale BB kulo niki publish untuk keluarga jadi pasti istri dan anak-anak protes nek menawi buka-buka wonten gambar sing nyeleneh!!! Soale ten keluarga kulo berlaku larangan "pasang gambar. denger musik, nonton film" Matur nuwun. Kepareng

Kawan B : "Emang penting gitu ?"

--

Kisah kisruh kedua, menurut saya kurang begitu baik, kisah kisruh ini menuai banyak kritik, intinya permintaan untuk "hanya" menggunakan bahasa Jawa dalam obrolan group

Kawan A : "Oh begitu mhn maaf kl tidak berkenan, berangkat keinginan silaturahim dgn teman-teman lama, kemudian berkat kebaikan hati Mas Ek, saya digabungkan dgn group ini, begitu ceritanya, dan yang saya minta juga yang positif kan ? hanya menggunakan bahasa jawi, tp nek jenengan mboten jawi nggih kepareng kulo pull out dari group, tnxs"

Kawan B : "Lah repot amat kenapa di accept invitationnya ?  "

--

Maaf tidak semua chat saya kopas, terlalu panjang, hhe

Kisruh pertama sebenarnya permintaan yang baik dan wajar, karena tidak semua orang memiliki BB yang berbeda untuk setiap keperluan, saya sendiri menggunakan 2 BB , satu untuk kerja , satunya untuk keluarga, hanya untuk alasan praktis saja. Kawan  A menurut saya seharusnya menyadari bahwa kita tidak bisa "egois" salam bersosialisasi, perlu buat strategi tersendiri agar jangan sampai dilihat oleh keluarga apalagi anak-anak kita, kalau toh sampai terlihat bisa diberi pengertian pada mereka.

Pada kisruh kedua, permintaan Kawan A menurut saya terlalu (maaf) rasis, padahal beliau tahu bahwa kita tersebar dari Aceh hingga Jayapura, menurut saya ini suatu permintaan yang tidak pantas dikemukakan, berbeda jika group itu adalah keluarganya sendiri. Tapi saya bersyukur pada kisah kisruh kedua ini, teman-teman yang memang berasal dari Jawa tidaklah otomatis bersetuju, dan segera menetralisir keadaan, sehingga aman damai lah group NKRI saya.

Sebenarnya hanya perlu sedikit jiwa besar, baik sebagai pengusul maupun pengkritik agar tidak terjadi permusuhan, apalagi harus "pull out" dari group, sangat disayangkan. Dan hingga saat ini saya belum bisa menghubunginya untuk sekedar diskusi kecil berdua.

Ketika asik "berantem" di group saya jadi teringat kekisruhan teman-teman di Kompasiana yang juga sering terjadi, begitulah dunia maya, kecuali Maya Estianti.. sedap didengar enak dipandang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun