Identitas diri merupakan elemen yang penting agar kita mengetahui menjadi individu seperti apa. Setiap individu memiliki banyak identitas, baik yang diwariskan sejak lahir maupun yang terbentuk dari berbagai aspek, seperti suku, agama, bahasa hingga pengalaman hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menghadapi situasi dimana identitas kita selalu diuji. Rasa tidak percaya diri akan identitas tertentu muncul karena pengaruh standar lingkungan sosial yang mungkin tidak sejalan dengan keunikan setiap individu. Contohnya standar kecantikan yang ditetapkan oleh lingkungan sekitar seperti tinggi, putih, bersih. Padahal, setiap orang memiliki keunikan yang tidak bisa disamakan dengan standar kecantikan yang dibuat oleh lingkungan.
Selain menerima identitas diri, penting bagi kita untuk menunjukkan welas asih terhadap diri sendiri. Berterima kasih atas pencapaian dan kelebihan yang dimiliki. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan rasa percaya diri dan membantu kita lebih berdamai dengan segala kekurangan yang ada dan tidak merasa congkak dengan kelebihan yang dimiliki. Dengan memahami dan menerima identitas diri, kita jadi lebih menghargai atas semua hal yang dimiliki. Menjalani kehidupan dengan lebih bermakna tanpa takut dan khawatir pandangan orang lain tentang kita.
Keragaman di Sekolah "Sekolahku yang Bineka"
Menyambung dari ketiga topik di atas, pada topik keempat dalam konteks keragaman di sekolah dengan judul topik "Sekolahku yang Bineka" ini, membahas mengenai bagaimana sekolah menanggapi keragaman yang ada di dalamnya. Keragaman budaya, bahasa, maupun latar belakang, dapat mempengaruhi perbedaan karakteristik tiap-tiap individu. Perbedaan yang ada dapat menjadi konflik maupun sumber kekuatan pada sekolah tersebut. Mengarah pada permasalahan tersebut, di dalam topik ini, terdapat saran solusi untuk mengatasinya, yang meliputi contoh implementasi toleransi di sekolah melalui pengelolaan budaya sekolah, budaya kelas, dan kegiatan siswa, serta contoh aktivitas kebinekaan yang dapat dilakukan untuk memperkuat budaya sekolah. Selain itu, di dalam Topik 4 ini terdapat beberapa aktivitas yang dapat melatih kemampuan mahasiswa sebagai seorang calon guru untuk mengatasi perbedaan yang ada di sekolah.
Aktivitas yang pertama adalah "Bermain Peran", di mana dalam aktivitas ini mahasiswa diminta untuk memainkan peran sebagai kepala sekolah, ketua forum orangtua, pihak yayasan atau dinas, siswa, dan guru, dengan karakteristik yang berbeda-beda. Setelah semua anggota dalam kelompok mendapatkan perannya masing-masing, kemudian setiap kelompok diminta untuk membahas suatu kasus atau permasalahan, dengan bersikap sesuai karakteristik pada perannya masing-masing. Aktivitas ini dapat membuat mahasiswa belajar untuk menemukan suatu solusi dari permasalahan yang ada di sekolah dengan berbagai macam karakteristik serta opini dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pada akhir materi, mahasiswa diminta untuk mengaplikasikan penguatan kebinekaan melalui praktik baik dengan membuat rencana program dalam bentuk aktivitas kebinekaan, baik di lingkup sekolah maupun kelas.
Menuju Sekolah Damai "Sekolahku yang Damai"
Pada topik menuju sekolah damai kita belajar bahwa pada setiap sekolah memiliki ancaman dan kerentanan. Ancaman dan kerentanan ini perlu untuk dipetakan terlebih dahulu, hal ini diperlukan sebagai suatu upaya menuju sekolah damai. Pemetaan ancaman dan kerentanan yang ada patut dianalisis dengan seksama. Pihak pemangku kepentingan diharapkan dapat memitigasi dengan baik, segala ancaman maupun kerentanan yang mungkin saja timbul di sekolah. Mitigasi ini dapat dilakukan dengan pemetaan kapasitas yang dimiliki oleh sekolah. Kapasitas ini dapat meliputi kolaborasi seluruh warga sekolah.
Ancaman adalah hal-hal yang dapat berpotensi untuk mengganggu lingkungan belajar dan kesejahteraan peserta didik, guru, serta staf sekolah. Ancaman dapat berasal dari luar sekolah .Potensi ancaman dapat dipetakan terlebih dahulu untuk memudahkan mitigasi.
Kerentanan sekolah mengacu pada seberapa besar tingkat paparan yang dialami oleh institusi pendidikan terhadap berbagai potensi ancaman atau bencana alam, buatan, maupun lainnya. Kerentanan ini begitu krusial karena berhubungan erat dengan keselamatan dan keamanan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar di lingkungan sekolah, yakni siswa, tenaga pendidik, serta semua fasilitas pelatihan yang ada. Dalam mengidentifikasi kerentanan, perlu diperhitungkan banyak faktor yang berpotensi mempengaruhi keberlangsungan operasional sekolah, mulai dari struktur fisik bangunan sekolah, letak geografis sekolah, hingga sarana evakuasi dan perlindungan yang terpadu.
Kapasitas sekolah sangat penting dalam mempersiapkan diri menghadapi berbagai risiko bencana yang dapat terjadi. Kapasitas ini mencakup kemampuan sekolah untuk tidak hanya mengurangi dampak buruk dari bencana tersebut, tetapi juga untuk merespons dengan cepat dan efisien ketika situasi darurat terjadi. Selain itu, kapasitas sekolah juga mencakup kemampuan untuk pulih dan memulihkan diri setelah bencana berlalu. Dengan meningkatkan kapasitasnya, sekolah dapat menjadi pusat perlindungan dan keselamatan bagi seluruh komunitas pendidikan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk terus mengembangkan kapasitasnya melalui berbagai pelatihan, simulasi, dan perencanaan bencana agar dapat memberikan perlindungan yang optimal bagi siswa dan staf pendidikan.
Risiko bencana di sekolah merupakan suatu situasi yang tersusun dari berbagai faktor, seperti ancaman yang mungkin muncul, tingkat kerentanan sekolah itu sendiri, serta sejauh mana kapasitas yang dimiliki sekolah untuk menghadapi ancaman tersebut. Dalam menghadapi risiko tersebut, mitigasi risiko menjadi langkah yang penting dan strategis, yang bisa dilakukan dengan berbagai cara yang tidak terbatas. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi kerentanan yang dimiliki oleh sekolah, contohnya dengan merenovasi atau memperkuat bangunan-bangunan di sekolah agar lebih tahan terhadap bencana.