Mohon tunggu...
Khoerul umam
Khoerul umam Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Syari'ah IAIN Purwokerto

Seorang mahasiswa semester 4 fakultas syariah IAIN Purwokerto dan pegiat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menghitung Penghasilan Pahlawan Pangan Indonesia (Petani)

22 Juni 2020   14:21 Diperbarui: 22 Juni 2020   14:25 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
petani (bangbangwetan.org)

Setelah 4 bulan berlangsung masa panen tiba, biasanya para tetangga akan ikut membantu memanen padi tersebut dan tentunya ada bayarannya, ukurannya unik jadi seberapapun dapatnya tetangga yang membantu haknya adalah seper-enam dari yang ia dapat. Rumus ini akan masuk pada penghitungan nanti. Ketika proses panen terkenal dengan istilah mbawon.

Para tetangga tadi akan memetik padi hanya berbekal celurit. Setelah dipotong cukup banyak lalu di kumpulkan dalam satu tempat untuk di gepyok (proses memisahkan padi dari batangnya) menggunakan bagreg (berbeuntuk seperti segitiga siku-siku ruang) setelah di gepyoki selanjutnya di bawa pulang dengan cara dimasukan karung terlebih dahulu lalu ditaruh di pundak untuk kemudian dibawa meninggalkan sawah, ya kalian tahu tentu melewati lumpur.

Ada beban berat di pundak yang dibawa melewati lumpur-lumpur yang tentu memberikan tantangan tersendiri apalagi banyak keong dibawahnya yang siap membelah kulit kaki para petani. Proses selanjutnya adalah pengeringan. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 hari jika cerah

Mari kita hitung penghasilan petani. Biasanya petani memiliki 100 ubin sawah, ketika panen akan menghasilkan 900 kg padi (bukan beras). Kemudian jumlah tersebut dikurangi seper-enam sebagai pembiayaan tetangga yang ikut mbawon, 900 x 1 : 6= 150 kg, berarti 900-150= 750 kg, selanjutnya dikurangi 10% untuk zakat, berarti 750-75= 675 kg hasil pengurangannya.

Selanjutnya kita konversikan menjadi nilai uang, harga padi oleh  pengepul hanya dihargai 4.400,  maka hasilnya 2.970.000, kemudian dikurangi untuk pembiayaan perawatan sawah sebesar 750 ribu, maka sisanya 2.220.000. itu hasil satu kali panen.

Dalam satu tahun hanya mampu panen dua kali karena kondisinya hanya memungkinkan dua kali, maka 2.220.000 dikali dua sebesar 4.440.000, jika kita bagi 12 sesuai dengan jumlah bulan, maka penghasilan petani hanya 370.000. bukan pembayaran yang manusiawi sebenarnya, tapi itulah realita.

Petani bukan pejabat pertanian sehingga tidak ada tunjangan gajian, apalagi tunjangan pensiun. Sedikit saran buat pemerintah agar bisa memberikan perhatian sedikit untuk petani konvesional, jika tidak mampu memberi tunjangan setidaknya memberikan alat pertanian bagi petani konvesional miskin. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun