Aku menyusulnya berlari menuju penjual permen kapas di ujung taman kota. Saat inilah aku merasakan betapa berharganya ia, hatiku menjerit jangan tinggalkan aku. Jangan pernah.
Hatiku yang lain berkata biarlah ia bebas terbang agar ia menemukan orang lain yang bisa menerimanya. Untuk apa aku selalu menarik ulur hatinya, seolah memberikan harapan selama ini. Ini semua memang kesalahanku.
"Waaaaak."
Gludak . . .Aku terjatuh karena tidak melihat ada tangga naikan kecil di taman ini. Bob berhenti berlari dan kembali ke arahku menolongku agar berdiri kembali.
"Aku bisa sendiri Bob!"
"Biar aku bantu Fa!"
"Tidak perlu Bob, mulai besok pergilah mencari hati yang baru jangan terpaut denganku. Aku mohon, kamu berhak mencari yang lebih baik."
Akhirnya aku dapat berdiri sendiri dan duduk di bangku terdekat. Sementara Bob hanya diam saja dan pergi membeli permen kapas di sana. Hatiku benar-benar tidak karuan, apalagi hati Bob. Aku tahu hatinya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Mungkin ini memang perpisahan yang baik untuk kami berdua.
Ia kembali dengan membawa senyuman dan menyerahkan permen kapas itu. Itulah hal yang aku sukai darinya, selalu dapat tersenyum bahkan disaat sulit pun.
"Maafkan aku Bob."
"Untuk apa?"