Kami duduk bersama di pantai itu, ia menceritakan berbagai kegiatannya, yang selalu aku kagumi ialah dia selalu dapat tersenyum tanpa beban di depanku. Sungguh sebenarnya aku tidak ingin membandingkan Bob dengan kekasihku, namun memang nyatanya Bob lebih baik. Aku sebenarnya tahu apa yang ada di dalam hatinya, rasa pedih yang ia sembunyikan. Aku tahu semuanya...
Ingin aku mengatakannya, tetapi semua itu hanya berhenti di tenggorokan. Tidak sepatutnya aku mengatakannya, posisiku masih berstatus pacar orang. Â Akhirnya aku hanya bisa menelungkupkan wajahku di kakiku, berharap kisah ini tak pernah terjadi sebelumnya. Berharap aku tidak pernah mengalami hal seperti ini di pantai ini malam ini.
"Aku bersedia menjadi fireworks-mu." Suara berat itu terdengar lirih di telingaku.
"Maksudmu Bob?" aku tidak tahu apa maksud perkataannya.
"Aku rela menemanimu, menghiburmu, membuatmu bahagia malam ini kemudian meledak berkeping-keping hilang bersama udara malam yang dingin. Asal kamu bahagia walaupun aku hanya sesaat aku sudah senang Fa."
" . . . . ."
Aku tidak dapat mengatakan apapun, kenyataannya memang benar. Ia hanya menjadi penghiburku di saat aku sedang bosan dengan kekasihku. Bob kemudian akan menghilang lagi bersama dinginnya malam. Setelah ini mungkin aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Mungkin.
Suasana menjadi dingin saat ini, memang udaranya juga sudah dingin sih. Mendung terlihat bergerak menutupi cahaya bintang yang berkelip-kelip di pantai ini. Sebentar lagi hujan akan turun.
"Gerimis Bob, ayo kita pulang."
"Pulang? Tetapi kita belum menyalakan kembang apinya Fa?"
"Ayo pulang." Aku merengek karena memang suasananya sudah tidak baik lagi.