Mohon tunggu...
irawan boma
irawan boma Mohon Tunggu... lainnya -

pengamat kehidupan, praktisi revitalisasi untuk sustainability (lingkungan) hidup, saya sungai, saya suka hujan, mendung, guntur, namun paling suka cahaya yang menyembul dari balik awan tebal.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rajam Saja Penzinah Itu!

17 September 2012   17:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku yang sebenarnya tidak baik dimunculkan di publik, biarlah aku tinggalkan aku yang sebenarnya dirumah saja, kalau perlu, aku tanam dibawah tanah, saking lamanya sering ditinggal, identitas ilusi "AKU" menjadi identitas realita, realita ilusi, ilusi realita.

Kesadaran tentang perbedaan aku dan identitas ilusi "AKU" berbahaya.

Kesadaran itu membawa kita menelusuri perjalanan jauh, perspektif atau cara pandang kita tentang kehidupan menjadi sama sekali berbeda, seperti mendayung ke hulu, ada kegetiran dan kelelahan yang sangat, berliku, licin, penuh ranjau, belum lagi gravitasi ilusi dari identitas ilusi "AKU" yang menarik-narik ke hilir.

Kesepiannya seringkali mencekam.

Tidak ada batu timbang yang jelas, batas benar, batas salah, batas buruk, batas baik menjadi pola sebab dan akibat yang sudah semestinya terjadi, tidak hanya itu, eksistensi dan koeksistensi hitam dan putih, baik dan buruk, benar dan salah, bak Utara dan Selatan, Timur dan Barat, bukan lagi berlawanan, tapi berkorelasi, meregang, saling menahan dan menopang dalam kehampaan.

Konon Kabarnya seorang Guru Besar pernah menyelamatkan seorang penzinah dari ancaman hukum rajam oleh masyarakat, kata Beliau,

"Silahkan! Barangsiapa diantara kalian yang merasa tidak memiliki dosa, atau tidak pernah berbuat salah, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu!"

Mendengar perkataan itu, seorang demi seorang, mulai dari yang tertua pergi meninggalkan tempat itu.

Kesadaran akan keberadaan identitas ilusi "AKU" menghantarkan cermin diri.

Kesadaran akan keberadaan identitas ilusi "AKU" adalah titik awal perjalanan, akhirnya.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun