Temanku pecinta anjing protes, katanya anjing itu binatang setia, kesetiaan langka, anjing masih bisa lebih setia, - aku tanya sama dia, lebih setia dari apa?
Karena temanku yang lain, rumahnya kemasukan maling, gara-gara – herder-nya disuap daging yang sudah dikasih obat bius.
Alasan ketidak-setiaan itu sama dengan alasan-alasan lain, alasan ya alasan, sama juga sama arti kata cukup, sama juga sama arti kata bahagia, sama juga sama arti kata – menurut hemat saya – bla...bla....bla...., opini, opini, seribu kepala, sembilan ratus sembilan puluh delapan alasan, yang dua bersaudara, punya kepentingan yang sama – hajar bleh.”
Dahi pewawancara makin berkerut.
“Sudahku bilang, jangan kau pikir, tambah lebar landasan pesawat kau nanti, mengkilap kayak bola boling, silauuuuuuuu,maaaaannnnnnnnn!!!
Kayak orang yang pakai dasi, silauuuuuuuuuuu, jadi presenter, pembawa berita, kok beropini, pembawa atau pembaca berita ya baca berita, kok beropini, kadang ngotot lagi.”
Pewawancara, mulutnya menganga, lalu sadar, otaknya kering.
“Sudahlah, besok kau kembali lagi, hari ini sudah dululah.”
Duduk di sofanya, pewawancara meneguk habis air putih dingin yang baru diambilnya dari lemari pendingin, mengambil remote control, menyalakan TV-nya, lalu tertawa,
“Silauuuuuuuuuuu man....” teriaknya, sembari mengusap bagian licin dikepalanya.