Sesampainya dirumah Bian, aku melihat ada seorang dokter keluar dari rumahnya. Firasatku buruk.
"Ian?" Dia terbaring lemah di sofa.
"Maaf Sell, selama ini aku nggak ngasih tau tentang keadaanku. Aku divonis gagal jantung akut. Maaf atas kesalahanku selama ini dan terimakasih udah mau jadi sahabat terbaikku. Kamu tau Sell? Kamu bisa berteman dengan siapa saja. Kamu baik, aku berharap setelah aku nggak ada kamu bisa bahagia selalu Sell. Sekali lagi maaf dan terima kasih." Aku terdiam. Bian bangkit dan memelukku. "Maaf...."
Belum genap dua tahun ini, aku berteman dengan Bian, yang diam-diam kusukai juga. Bian, yang mengisi hari-hariku, akan segera meninggalkanku.Â
Seminggu berlalu, setelah kepergian Bian aku mulai beradaptasi dengan teman sekelasku. Aku harus melakukan apa yang dikatakan Bian sebelum dia pergi.
Ian, kamu nggak perlu khawatir sekarang. Aku udah banyak teman. Terimakasih Bian sudah menemani hari-hariku. Selamat jalan Bian, semoga kamu tenang di sana. Sekali lagi, terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H