Mohon tunggu...
Ulyan Nasri
Ulyan Nasri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Tetap Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur, Ketua LPPM, Penulis Buku, Editor Buku, Author Artikel Jurnal Nasional dan Internasional

Yan, atau akrab disapa Ulyan, adalah seorang yang menjadikan membaca sebagai hobi utama. Dari kecintaan mendalami literatur, ia menumbuhkan kegemaran untuk menulis. Hasil dari perenungannya dituangkan dalam berbagai karya tulis, mulai dari buku, artikel, opini, hingga menjadi editor bagi buku-buku lainnya. Ketika menulis, Yan memiliki prinsip yang kuat: tidak boleh ada jeda. Bagi Yan, inspirasi, ide, dan gagasan harus terus mengalir tanpa gangguan, karena berhenti sejenak bisa memutus aliran pemikiran. Filsafat adalah topik yang paling ia nikmati. Mendalami pemikiran-pemikiran besar dari para filosof dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari adalah salah satu bentuk eksplorasi intelektual yang terus ia kembangkan melalui tulisannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Santri Gen Z

23 Oktober 2024   07:30 Diperbarui: 23 Oktober 2024   07:42 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, peluang untuk mendigitalisasi tradisi pesantren sangatlah besar. Media sosial memberikan akses kepada audiens yang jauh lebih luas dan beragam. Santri yang mahir dalam menggunakan platform digital dapat menjadi penggerak perubahan dalam cara masyarakat memandang pesantren dan santri itu sendiri. Mereka mampu mematahkan stereotip kuno tentang santri sebagai kelompok yang terisolasi atau ketinggalan zaman. Justru sebaliknya, mereka menunjukkan bahwa santri dapat beradaptasi dengan teknologi modern tanpa kehilangan identitas dan nilai-nilai keislaman.

Memperluas Dakwah di Dunia Digital

Dengan menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, Facebook Reels, dan YouTube Shorts, santri dari Generasi Z tidak hanya melanjutkan tradisi "nyantri," tetapi juga memperluas cakrawala dakwah mereka. Mereka mampu membawa pesan-pesan keislaman ke audiens yang lebih luas, termasuk di kalangan non-santri. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada penguatan identitas santri di era digital, tetapi juga pada cara agama dan tradisi dipresentasikan di ruang publik.

Santri Generasi Z telah membuktikan bahwa mereka dapat menggunakan media sosial untuk tujuan yang lebih dari sekadar hiburan. Mereka mampu memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan ilmu dan nilai-nilai yang mereka pelajari di pesantren, sekaligus menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas.

Kesimpulan

Generasi Z telah mengubah wajah nyantri dengan cara yang tidak terbayangkan sebelumnya. Dengan kehadiran mereka di Instagram, TikTok, Reels Facebook, dan YouTube Shorts, tradisi pesantren kini dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Ini bukan hanya tentang mengikuti tren, tetapi juga tentang menyebarkan nilai-nilai positif dan menjadikan dakwah lebih inklusif. Santri Generasi Z menunjukkan bahwa di era digital, nyantri tidak lagi terbatas pada ruang fisik, melainkan merambah ke dunia maya yang tak terbatas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun