Suatu kesalahan telah aku lakukan. Aku terlambat membawa kakak dan adik-adikku menemui Ayah. Ayah terburu menghentikan nafas terakhirnya
"lho Mbak kok menangis?" tanya Diana, adik terkecilku. Aku tidak bisa menjawab apa-apa. Dia mungkin sadar setelah dia melihat ibu, dan kedua kakak perempuanku bersimbah air mata di atas hangatnya kepergian bapak yang sudah ditutupi dengan kapas dan segala macamnya. Tiba-tiba dia ikut menangis. Dan aku jatuh melihat adik-adikku penuh dengan air mata. Walau aku tidak melihat adik-adikku yang laki-laki meneteskan air mata, tapi di dalam hatinya aku tahu mereka berdua terluka pula. Aku sangat sedih.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang?" bibirku kelu untuk berkata. Aku tidak setegar itu. Seketika, runtuh segala cita-cita yang telah aku bangun untuk bisa membahagiakan Ayahku. Aku tidak akan pernah bisa melihatnya kembali. Aku kalah. Aku kalah di dalam kehidupanku sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H