Ketika membayangkan betapa MasyaAllahnya Rasulullah SAW, pernahkah kita membayangkan juga bagaimana sulitnya menjadi Khadijah, yang harus dapat menyesuaikan dirinya dengan Rasulullah SAW sebagai Kekasih Allah SWT?Â
Seperti pribahasa "di balik pria sukses ada wanita hebat", Â wanita terhebat pada zaman awal kenabian Rasulullah SAW adalah Khadijah. Bukan hanya karena ia pengusaha. Namun karena keikhlasannya pada luka-luka masalalu yang membuatnya memiliki hati sekuat baja.
Walaupun hidup tanpa keadaan kekurangan, masa lalu Khadijah dipenuhi kepedihan. Namun ia mampu melewatinya. Hidup ditinggal suami dan mengurusi anak sebagai janda sekaligus pengusaha bukan hanya sekali ia jalani.Â
Ia juga baik hati, di tengah kerasnya kehidupan Mekah pada saat itu, ia adalah salah satu orang yang berhati lembut, suka menolong, terkenal dermawan. Sehingga walaupun dua kali menjadi wanita janda, kehormatannya terjaga. Sejak kecil Khadijah sudah terdidik untuk mandiri.
Bukan hanya karakter sosok Khadijah yang ditulis Sibel secara jelas. Detail kondisi kota Mekah juga tergambar jelas dengan rangkaian kata-katanya. Sehingga kita akan merasakan bagaimana sulitnya perjuangan menegakkan Islam pada masa itu.Â
Khadijah yang begitu mencintai Rasulullah SAW dengan kedewasaannya aktif membantu Rasulullah SAW dalam proses dakwah. Terutama pada masa awal kenabian,Â
Khadijah berusaha memberikan kepercayaan kepada Rasul ketika Rasul meragukan kebaikan dirinya sendiri  karena kerendahan hatinya. Ketika orang Mekah menganggap Rasul penyihir, Khadijah yang meyakinkan Rasul bahwa beliau adalah orang yang baik, jadi yang menemuinya di Gua Hira pasti bukan iblis melainkan malaikat.
Cuplikan kisah yang paling saya sukai adalah saat Malaikat Jibril bertamu di kamar Rasulullah SAW, Khadijah mencoba membuka jilbabnya dan mendekati Rasulullah SAW.Â
Kemudian ia bertanya kepada Rasul apakah Makhluk itu masih ada di sana (karena hanya Rasulullah SAW yang dapat melihat Malaikat Jibril). Rasulullah SAW menjawab bahwa ia sudah pergi sejak Khadijah melepas jilbabnya. Saat itu Khadijah menyimpulkan bahwa yang selama ini menemui Rasulullah SAW benar-benar Malaikat Jibril. Karena jika ia iblis, ia justru akan tetap ada di sana.
Sebagaimana manusia biasa, seorang Nabi juga memerlukan pendamping hidup untuk saling melengkapi. Begitu mulianya Khadijah yang terpilih menjadi pendamping Nabi Agung.Â
Dari novel ini saya melihat peran perempuan tangguh yang begitu besar dalam proses penegakan Agama Islam. Jika saja Khadijah tidak pandai membuat Rasulullah SAW percaya dengan dirinya yang akan diangkat sebagai Rasul, bagaimana kiranya nasib Agama Islam pada saat itu?