Hanya ada saya dan pedagang itu.
Tak lama, pesanan makanan saya pun sudah siap di hadapan. Saya menyantapnya sambil berdoa mudah-mudahan ada pengguna jalan lain yang juga ikut membeli di sini.
Hingga sesaat sebelum saya hampir menghabiskan makanan itu, Bapak pedagang tadi tiba-tiba meminta izin,
“Saya izin ke masjid dulu, ya.”
Duh.
Perasaan saya serasa diaduk-aduk dengan kejadian itu.
Di moment ketika justru peluang pesanan akan berdatangan sangat banyak karena saat berbuka puasa, Bapak pedagang itu justru memilih untuk bermunajat kepada Tuhannya.
Di senja itu saya belajar. Saya introspeksi diri.
Dibandingkan dengan bapak pedagang itu, ketika waktu untuk memenuhi hajat kehidupan ini justru sedang “sepi” pengunjung, seringnya justru saya tambahkan waktu untuk bekerja dan mengurangi bermunajat kepadaNya. Padahal, selain pemenuhan hajat kehidupan, ada pula waktu yang harus disisihkan untuk merenung akan ciptaan-ciptaanNya. Ada juga porsi waktu untuk introspeksi diri. Tapi seringnya, lagi-lagi justru waktu ini banyak habis untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kadang kering dan penuh persaingan.
Semoga, moment Ramadhan ini memudahkan kita dalam memperoleh inspirasi dari setiap kejadian yang terjadi di sekitar kita. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk selalu lebih baik dari setiap hari yang dilalui.
Salam.