Rindu adalah janin
Yang terlahir dari rahim semesta
Sementara pertemuan adalah tali pusar
Tempat menyalurkan segala cinta
Demi malam yang terbalut gulita
Aku adalah kesunyian yang mengheningkan batinmu
Kemudian guntur hadir menggemuruhkan cinta
Hingga ciptamu terkaget lantas berserakan rancu
Demi langit yang teguh mengatapi bumi
Aku adalah mega yang melukiskan kejelitaanmu
Namun camar-camar kegelisahan menyapu khayalku
Mengkaburkanmu dalam dimensi lamat-lamat
Demi hujan yang mengguyurkan lebat
Aku adalah basah yang meneteskan cinta yang hebat
Lalu hatimu membludak dipenuhi tuangan cintaku
Nadimu kubasuh dengan denyutku
Jantungmu kusulam dengan detakku
Demi semesta yang tegar bersimpuh tunduk
Aku adalah rusuk penyusun ragamu yang khusyuk
Lantas alasanmu apalagi yang harus kureguk
Agar kurasakan cinta dengan sesuntuk angguk
Demi diri yang di gelayuti kerisauan
Aku adalah ranting yang terpatahkan oleh perasaan
Mengentaskan rindu bukanlah perkara mudah
Perlu berjengkal waktu untuk lestari bergairah
Kepadamu yang mengkambuhkan rindu
Aku adalah inti doa yang luput kau sebut
Sebab dihilirmu aku mudah larut
Bagai daun kering yang telah kusut
Kepada kekasih yang merindukan pertemuan
Aku ingin sekali menitipkan sepuing harapan
Sebab aku tahu
Pertemuan memang sengaja diciptakan
Agar kita lekas menjalani roman pernikahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H