Menyelesaikan pendidikan S2 dalam waktu dua tahun adalah hal yang biasa, bahkan sangat biasa. Namun bukan hal itu yang buat aku bangga. Proses mengejar ketertinggalan-lah yang membuatku bisa berkata "Yura, ternyata aku bisa". Bulan Juli lalu, SPK sudah turun dan unofficially sudah ada tambahan gelar dibelakang namaku, M.Pd
SEMPAT TERTINGGAL SEMINAR KOMPREHENSIF DI SEMESTER KETIGA
Disaat teman-teman seangkatan sudah mulai bimbingan dan mungkin beberapa pertemuan lagi mereka akan ACC kemudian daftar seminar komprehensif, aku masih saja sibuk rebahan dan drakoran. Selain karena kurang interest-nya aku terhadap judulku, aku juga kurang tertarik pada metode penelitiannya. Mungkin kalian bertanya "kok bisa ke judul sendiri gak interest?" karena pada saat itu, we're urged untuk segera menuliskan judul penelitian, sedangkan aku masih belum menemukan judul yang srek banget, tapi aku tetap tuliskan saja. Â
Makanya Aku stuck beberapa bulan padahal aku sudah menyelesaikan semua bab-nya. Tinggal bimbingan beberapa kali lagi, Insyaallah pasti di ACC. Cuma pada waktu itu, dospem ke-2 ku sedang sakit parah dan dirawat di rumah sakit. Jadi gak ada waktu bimbingan. Sempat putus asa juga sih.Â
Tak lama setelah itu, dospem ke-2 ku meninggal. Innalillah. Semoga beliau diberikan tempat terbaik di sisi Nya. Aamiin
Setelah melewati beberapa hari dari hari berduka, koorprodi langsung memberikan surat edaran untuk mengisi pembimbing baru agar segera bisa ujian. Sedangkan aku masih saja berkutat pada judul baru yang belum kutemukan. Meskipun aku sudah bimbingan beberapa kali pada pembimbing 1 di judul lama, aku maju mundur untuk ikut ujian di akhir semester 3. Akhirnya gak Ujian. wkwkw
Pengen nangis karena sudah tertinggal dengan teman seangkatan. Tapi tak apa, aku habiskan waktuku untuk membuat judul baru dan mulai menyusun proposal baru.Â
In this case, aku kembali menautkan hatiku pada "SELF EFFICACY" yang sempat ku temui dia di semester 1. Aku banting setir, kembali menemuinya, seraya mengatakan "FEEDBACK, ternyata kamu terlalu baik untuk aku". wkwkwk
FOKUS ADALAH KUNCI SUKSES
Aku mencoba berjalan tanpa henti dengan "self efficacy". Aku fokus pada apa yang ingin aku capai. Aku berjalan pelan, langkah demi langkah. Namun ternyata ditolak di tengah jalan oleh pembimbing 1 sambil menanyakan "udah ganti yang baru nih? Feedback-mu kau tinggal?" ku jawab "Maaf pak, ia terlalu baik untuk saya" (Canda guys, improvisasi ae wkwkw)
Dengan judul baru, satu per satu variabel ditolak. Â Sedangkan aku selalu mengajukan 3 variabel untuk menemani si "self efficacy (SE)" ini. Entah si SE ini yang terlalu pemilih atau emang belum nemu yang pas ae. Dan you know guys, aku tidak pernah mau bimbingan ketika bab 1-3 gak selesai. Â
Sudah bimbingan berkali-kali, berganti judul berulang kali, nulis bab 1-3 sampai muak, bahkan baca artikel jurnal online sampai minus nambah, itu sangat-sangat gak papa, Yura. Karena aku tahu usaha tidak pernah mengkhianati hasil.Â
Januari Start bimbingan lagi, Maret puasa di ACC, "Seminar Komprehensif, I am coming" kataku pada hari itu.Â
Tak banyak revisi, aku langsung eksekusi dan melengkapi data di Simontasi. Dengan segera, aku mengisi link untuk mendapatkan SIP (Surat Ijin Penelitian) ke Institusi tujuan. Awal April, beberapa hari sebelum Idul Fitri, aku langsung menyebar kuesioner secara offline dan online, karena jumlah responden masih jauh dari yang diharapkan, aku chatpri responden satu persatu.Â
Setelah semua data yang dibutuhkan lengkap, kemudian aku eksekusi bab 4-6. Awal Mei sudah mulai bimbingan. FYI, Aku adalah tipikal mahasiswa yang harus menyelesaikan semua bab baru bimbingan meskipun pada akhirnya pembimbing mengeceknya bab per bab untuk tiap bimbingan. Tapi tak apa, toh uang yang keluar sepadan dengan nilai ujian. wkwkw.Â
Karena ketekunanku yang Masyaallah ini dan tak lupa juga jalur langit via orang tua, akhirnya bulan Juni ACC dan di bulan yang sama sidang Thesis. yeaaayyy
Finally segala jerih payah terbayarkan.
Dari sini aku belajar bahwa segala kemudahan yang aku dapat, segala kelancaran yang ikut serta, aku tahu bukan karena aku yang hebat, tapi doa orang Tuaku yang dahsyat.Â
Terima kasih sudah baca sampai Akhir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H