Lembaran portofolio di lemari kuno
Ku gapai , setelah sekian lama terabai
Satu persatu halaman ku buka
Terlihat foto saat kulit masih ketat
Kuat, penyakit tak ada yang berani mendekat
Berdiri dari duduk
Terbungkuk , menatap diriku di kaca
Waktu tak kasat mata melewati masa
Sulit ku percaya
Apaka aku harus melawan takdir?
Tak bisa !
Sebab setiap masa ada orang
Dan setiap orang memiliki masa
Hitam manis hitam manis
Yang hitam manis
Pandang tak jemu pandang tak jemu
Yang hitam manis pandang tak jemu
Hitam manis hitam manis
Yang hitam manis
Parasmu cantik buah hatiku
Siang dan malam selalu ku rindu
Nyanyiku untuk tetangga seumuranku
Dahulu wajah nya yang cantik
Terawat, tak ada yang berani mengusik
Kini keriput, mebungkuk, terduduk di kursi roda
Dengan ragu ku menyapa dan kami bercerita
Si hitam manis terkena kencing manis
Meringis kesakitan dan tak jarang menangis
Tua menua bonus hidup untuk lansia
Si hitam manis dan guyonan si petua
Kencing manis kencing manis
Yang kencing manis
Pandang jemu pandang jemu
Yang kencing manis pandang ku jemu
Kencing manis kencing manis
Yang kencing manis
Parasmu lansia sudah pelupa
Siang dan malam di atas ranjang
Â
Nyanyiku di akhir cerita bersama Si Hitam manis
Berevolusi menjadi Kencing Manis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H