Mohon tunggu...
Mohamad Ully Purwasatria
Mohamad Ully Purwasatria Mohon Tunggu... Guru - Historian dan Pendidik

Pembelajar sampai akhir hayat. Minat dengan cerita masa lalu, cerita tentang pendidikan, dan suka jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertempuran Bandung Utara Tahun 1945-1948

23 Juni 2020   12:09 Diperbarui: 23 Juni 2020   12:48 2250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.wikipedia.org P.J. van Baarda (Fotograaf/photographer

Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya pernah di kenal sebagai Parijs of Java oleh Raffles. Dalam pembagian wilayahnya, Kota Bandung pada awalnya terbagi ke dalam tiga wilayah yaitu:

"Di bagian selatan jalan utama adalah kota yang lebih tua, terpusat pada alun-alun dimana kantor dan kediaman Bupati. Berikutnya, diantara jalan utama dan jalur kereta api serta di sisi utara jalur kereta api adalah wilayah perdagangan utama. Di sebelah barat alun-alun terletak pasar utama kota (Pasar Baru) dan di sebelah timur alun-alun terletak kawasan perkotaan tempat orang Eropa, lengkap dengan toko-toko, hotel dan kantor. Terakhir kawasan sebelah utara dan timur wilayah perdagangan tersebut adalah wilayah pinggiran tempat orang Eropa yang sebagian besar di bangun pada periode 1920an dan 1930an. Di wilayah ini terdapat sebagian besar sekolah, Sekolah Tinggi Teknik dan beberapa bangunan kantor yang penting (Smail, 2011: 3-4)."

Pada konteks saat ini Kota Bandung telah menjadi kota pariwisata semenjak dibukanya jalan tol Cipularang, menjadi salah satu daerah yang dikunjunginya adalah kawasan Bandung Utara, karena selain terdapat F.O, ada juga tempat bersejarah seperti Gedung Sate yang menjadi tempat pemerintahan Propinsi Jawa Barat dan juga ada tugu Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Kemudian di daerah kawasan Lembang terdapat tempat wisata yang dapat memanjakan para pengunjungnya dengan berbagai wahana, sehingga biasanya setiap akhir pekan kawasan tersebut ramai dikunjungi oleh para pengunjung.

Ketika berjalan menuju ke Lembang, para pengunjung pasti melewati beberapa nama jalan seperti Jalan Kapten Abdul Hamid, Jalan Sersan Bajuri, Jalan Sersan Surip, Jalan Sersan Sodik yang berada di kawasan Jalan Dr. Setiabudhi. Siapakah mereka? Mengapa nama mereka menjadi nama jalan di Bandung Utara? Terbesit beberapa pertanyaan atas yang membuat rasa penasaran pengunjung untuk mencari jawabannya.

Berdasarkan pertanyaan diatas, nampaknya Bandung Utara ini mempunyai sebuah sejarah yang mungkin banyak orang Bandung sendiri tidak mengetahui persis peristiwa apa saja yang terjadi di Bandung Utara. Karena berbicara tentang peristiwa yang terjadi di Bandung pada masa revolusi tahun 1945 identik dengan Peristiwa Bandung Lautan Api. Maka tidak ada salahnya untuk menjelaskan Peristiwa Sejarah Pertempuran di Bandung Utara.

Peristiwa ini dimulai dari sekitar tahun 1945, tepatnya tanggal 12 Oktober 1945 mulai masuknya tentara Sekutu yang dipimpin oleh Brigade Mc. Donald dari Divisi ke 23 ke Kota Bandung dengan menggunakan kereta api (DisjarahDAM VI/ Siliwangi 1979: 42). Pada awalnya tentara sekutu datang ke Bandung ini bertujuan untuk membebaskan tentara sekutu yang ditahan pada masa penjajahan Jepang.

Selain masuknya tentara sekutu, masih terdapatnya tentara Jepang yang eksistensinya masih ada dengan menguasai beberapa tempat di Bandung ini seperti di Gedung PTT (Pos, Telepon, Telegraf), maka pada tanggal 27 September 1945 para angkatan Pemuda mulai bergerak untuk mengambil alih kekuasaan yang di pegang oleh pihak asing seperti di Gedung PTT yang semula dikuasai oleh tentara Jepang mulai dikuasai kembali oleh pasukan angkatan muda PTT dibawah pimpinan Sutoko dan Nawawi Alief dalam waktu hanya 1 jam saja (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:43).

Dengan adanya penyerangan di Gedung PTT ini dapat menimbulkan semangat juang dari para pemuda dan Militer di Bandung Utara untuk mempertahankan kemerdekaan dari tangan asing. Maka dengan timbulnya semangat untuk revolusi ini, perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Bandung ini mulai berlanjut ke arah utara yaitu ke wilayah Jalan Setiabudhi tepatnya di Villa Isola dan wilayah Lembang yang mulai dijadikan markas dibawah pengawasan dari Batalyon Sukanda Bratamanggala.

Di Wilayah Utara, yaitu di Lembang dan sekitarnya sudah mulai terbentuk satu kekuatan militer yang cukup kuat yang dikomandoi oleh Sukanda Bratamanggala sebagai pemimpin Batalyon TKR Bandung Utara. Tentara Para Alumni pendidikan Kadet Bandung Utara itu angkatan pertamanya seperti Ano Suparno, Ateng, Hutman, Djambar Wardana, Sukandi, Tata Lukita ditugaskan oleh Sukanda Bratamanggala sebagai calon opsir di dalam pasukan tempur Batalyon TKR Bandung Utara. Sedangkan angkatan Keduanya diantaranya: 

Achmad Somantri, Abas Usman, Abdul Patah, Halimi Basri, Engkus Kusnadi, Jojo Soenarja, Maman Sumantri, dan Utja Soetadji ditugaskan oleh pak Kendo sebagai opsir perhubungan dengan tugas pokok menguasai kantor telepon Bandung Utara yang berada di Bojonagara, di wilayah yang sudah di kuasai tentara Inggris/Gurkha sebagai tentara pendudukan pihak sekutu yang menang dalam perang Dunia II, yang sejak 12 Oktober 1945 memasuki kota Bandung dengan dalih mengurus tawanan perang (Bala Tentara Jepang). Tentara sekutu itu ternyata di Boncengi Oleh Tentara Kolonial Belanda dengan Aparat Pemerintah Sipilnya NICA (Sumantri. 1995:4-5).

Peta Daerah Pertahanan Batalyon TKR Bandung Utara (Sumber: Sumantri. 1995:11)
Peta Daerah Pertahanan Batalyon TKR Bandung Utara (Sumber: Sumantri. 1995:11)
Para opsir perhubungan TKR Bandung Utara bertugas untuk menyamar sebagai pegawai telepon (telefonis) dari Kantor Bandung Utara dengan bertujuan untuk mengawasi gerak-gerik musuh yang ada di daerah pendudukan Tentara Sekutu (Inggris/Gurkha), menyadap hubungan telepon pihak musuh lewat wisselbord di Kantor Telepon Bandung Utara. Letak kantor telepon di wilayah Bojonagara, di wilayah Kota Bandung bagian utara yang telah dikuasai tentara sekutu kira-kira 5 Km di selatan Villa Isola (Sumantri. 1995: 5).

Pada tanggal 10 Oktober 1945, Jepang melucuti senjata para pejuang bersenjata Indonesia, termasuk yang berada di Bandung. Namun para pejuang Bandung Utara yang bermarkas di Lembang menolak dilucuti senjatanya. Mereka menyembunyikan senjatanya di ruang bawah tanah Villa Isola (Rudini, 2012:53).

Villa Isola Sebagai Pertahanan di Bandung Utara (Sumber: google.co.id/Isola)
Villa Isola Sebagai Pertahanan di Bandung Utara (Sumber: google.co.id/Isola)
Situasi selain di wilayah Lembang pun semakin genting dengan mulai adanya pemadaman aliran listrik wilayah Bandung Utara yang lain pada tanggal 24 Nopember 1945 yang terdapat di bagian Bandung Utara dan Hotel Preanger serta Savoy Homann di bagian Selatan. Keesokan harinya pada tanggal 25 November 1945 mulai adanya banjir yang melanda beberapa daerah seperti di Lengkong, Sasak Gantung, Banceuy, dan Balubur sehingga daerah tersebut berubah menjadi Telaga (DISJARAHDAM VI/Siliwangi. 1979:44).

Kemudian dengan kesiapannya, anggota Batalyon mulai menyerang pos-pos militer Inggris di Bandung Utara, meskipun serangan tetap dilakukan pada tanggal 24 November 1945. Walaupun serangan pejuang Bandung Utara tidak mencapai hasil yang tidak memuaskan, tapi cukup mengganggu pihak musuh (Rudini, 2012:55).

Tanggal 27 November 1945, Jenderal Mac Donald meminta Gubernur Jawa Barat Sutarjo yang kemudian diganti oleh Datuk Yamin untuk datang ke Markas Tentara Sekutu/Inggris yang terletak di Utara Kota Bandung. 

Dalam pertemuan itu, Jenderal Mac Donald telah menyerahkan sebuah ultimatum yang ditujukkan kepada penduduk Bandung untuk meninggalkan Bandung Utara paling lambat tanggal 29 November 1945. Sehari kemudian, pada tanggal 28 November 1945 pasukan NICA mulai menteror penduduk kita di daerah sebelah Utara jalan kereta api. pemuda-pemuda yang mengenakan Lencana "Merah Putih" mereka culik dan aniaya. Tetapi unsur bersenjata kita tidak menyerahkan Bandung Utara itu dengan Cuma-Cuma (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:45).

Tanggal 29 November 1945 pada pukul 12.00 secara resmi Kota Bandung dianggap terbelah dua dengan batasnya rel kereta api. Bagian utara dianggap Bagian Inggris dan selatan Bagian Indonesia. kenyataannya sebagian besar penduduk pribumi masih tinggal di Bandung Utara dan tidak tunduk kepada ultimatum dari Inggris. Maka timbul penyerangan dari tentara Inggris ke kampung-kampung tempat tinggal secara membabi buta karena Inggris merasa jengkel kepada orang Indonesia yang melanggar ultimatum dari Inggris (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:45).

Pada waktu kota Bandung (akhir November 1945) terpecah menjadi dua bagian, yaitu bagian sebelah selatan rel kereta api (Bandung Selatan) yang dikuasai oleh Pemerintah RI dan bagian sebelah utara rel kereta api (Bandung Utara) dikuasai oleh tentara pendudukan sekutu (Inggris/Gurkha) dan Belanda, Batalyon Bandung Utara mengatur daerah pertahanannya menjadi tiga lini. 

Di daerah pertahanan lini pertama terdapat Villa Isola (sekarang Bumi Siliwangi) di Jalan Lembang (sekarang Jalan Dr. Setiabudhi) Km.8 yang dijadikan pos terdepan pertahanan pasukan TKR. Di lini kedua yaitu Cirateun, Cihideung, dan Cijengkol ditempatkan pasukan pengganti dengan pos pengawas di bukit Peneropong Bintang (Bosscha Sterrenwacht) Lembang. 

Sedangkan kota Lembang merupakan daerah pertahanan lini ketiga, tempat markas batalyon dan tempat pasukan cadangan. Kompi-Kompi kesatuan Batalyon TKR Bandung Utara itu secara bergiliran bertugas di lini-lini pertahanan tersebut, sedangkan Kompi Sentot Iskandardinata bertugas menguasai daerah Cisarua untuk menjaga penyusupan musuh dari Cimahi (Sumantri. 1995:8).

Sementara itu, di Gedung Sate/Gedung PTT terjadi pengepungan oleh tentara Inggris. Para pemuda bertekad untuk mempertahankan gedung sate walaupun mereka dicegah oleh atasannya. Mereka antara lain adalah Samsu, D. Kosasih, Satu Kompi Hizbullah, Pemuda PTT, Batalyon II Res.8 Poniman, Paryadi, Ali Hanafiah dengan satu Peleton, Pasukan-pasukan Batalyon II Res.9 Kompi Sujana dan Tatang Basyah. Namun karena kekuatannya tidak seimbang, maka gedung PTT dikuasai oleh Tentara Inggris. Dalam peristiwa itu telah gugur 7 orang pahlawan. Mereka adalah :

  1. Didi Kamarga
  2. Suhodo
  3. Mokhtaruddin
  4. Rana
  5. Subengat
  6. Susilo
  7. Suryono

Demikian pula dibina kantong-kantong gerilya di Bandung Utara, di R.S. Borromeus, Sadang Saip, Sekeloa, Sadang Serang, dan Lain-lainnya. (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:45-46).

Gerakan-gerakan TRI (Tentara Republik Indonesia) tidak menurun. Pada tanggal 1 Desember 1945, kita menyerbu kedudukan-kedudukan sekutu di Kompleks UNPAD Sekarang diserbu oleh Batalyon II Res. 9 dan Badan Perjuangan. Pada tanggal 6 Desember 1945, Bandung Utara mendapatkan serangan/penyerbuan pasukan TRI, diantaranya Batalyon I Res. 8 Kompi Slamet dan Badan-badan perjuangan, demikian pula kedudukan-kedudukan sekutu lainnya mengalami serangan (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:46).

Semangat para pejuang Bandung Utara tidak surut, mereka terus melakukan perlawanan hingga tentara Inggris kewalahan. Tentara Inggris pun melakukan siasat dengan menculik istri Setiabudi pada malam hari tanggal 19 Desember 1945. Tindakan tersebut diketahui oleh pimpinan Batalyon Bandung Utara, kemudian ditugasilah Kapten Abdul Hamid untuk membawa istri Setiabudi dari penculikan pihak musuh. 

Untuk menjemput istri Setiabudi, para pejuang harus menahan serangan Tentara Inggris. Letnan Sentot Iskandardinata ditugaskan untuk memimpin operasi tersebut. Pagi-Pagi buta, kapten Abdul Hamid tiba untuk menjemput Joana, Istri Setiabudi di Gegerkalong. 

Kapten Abdul Hamid berhasil menjemput Joana di kawasan yang aman. Ternyata dari arah selatan serangan Tentara Inggris terus berlangsung mendekati komplek Villa Isola, terjadi tembak menembak antara musuh dengan pejuang di Garis depan. Kompi III dibawah Komando Kapten Hamid terus melakukan perlawanan terhadap Tentara Inggris yang menurunkan pasukan Gurkha, baku tembak tersebut menimbulkan banyak korban, bahkan Kapten Abdul Hamid gugur dalam pertempuran saat menahan serangan pasukan gurkha. 

Setelah pertempuran berakhir, pejuang Bandung Utara Menyisir tempat pertempuran di Jalan Panorama. Dalam penyisirannya mereka tak hanya menemukan tubuh kapten Abdul Hamid, mereka juga menemukan tubuh Sersan Surip, Sersan Badjuri, dan Sersan Sodik yang telah gugur di medan pertempuran. Gugurnya ketiga sersan tersebut karena tentara Inggris menggunakan kendaraan Lapis baja yang menerebos bagian kiri Jalan Gegerkalong Hilir (Rudini. 2012:55-58).

Serangan-serangan musuh yang bersenjatakan lengkap serta modern bekas Perang Dunia II seperti meriam (houwitser) dan senjata artileri lainnya terhadap kedudukan dan pertahanan kita, selalu mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan TKR Bandung Utara yang bersenjatakan hasil rampasan dari tentara Jepang yang keadaannya lebih sederhana, namun memiliki keunggulan semangat juang dan jiwa patriotisme yang tangguh. 

Serangan-serangan musuh pada bulan November/Desember 1945 hingga bulan Februari 1946 mula-mula dapat dipatahkan oleh pasukan tempur Batalyon TKR/TRI Bandung Utara. Namun, sesudah pihak musuh mengerahkan segenap kekuatan altilerinya (houwitser), kavalerinya (tank dan panser lapis baja), serta angkatan udaranya (pemboman), para pejuang kemerdekaan Indonesia terpaksa mengundurkan diri dan meninggalkan kedudukan pertahanannya di kota. 

Demikian juga, sesudah kota Lembang pada tanggal 10 maret 1946 diserang dan direbut oleh Tentara Inggeris/Gurkha dan Belanda yang mengerahkan kekuatan militernya yang terdiri dari Batalyon-batalyon Divisi India XXVIII dengan dibantu pesawat-pesawat pemburu dan dilindungi tembakan-tembakan altileri untuk mencapai kamp tawanan angkatan laut Jepang (Kaigun) di Cikole, maka pasukan Batalyon TRI Bandung Utara terpaksa mengundurkan diri ke sebelah timur luar kota Lembang lewat Maribaya ke Desa Cibodas. Kemudian TRI Bandung Utara itu menempatkan markas batalyon di daerah Perkebunan Kina Gunungkasur dan Cikapundung (Sumantri. 1995:9).

Pada tanggal 24 Maret 1946 pukul 20.00 terdengar dentuman-dentuman dan terlihat kebakaran yang semakin hebat. Mulai dari Cimahi sampai Ujung Berung, di Bagian Utara hanya dipinggir-pinggir terjadi kebakaran. Serangan-serangan yang dilakukan sekitar Bekas KMA, Ciumbuleuit, Sukajadi, dan lain-lainnya gedung-gedung yang besar hancur oleh dinamit. Tembakan-tembakan yang tersembunyi dilakukan di Bandung Utara (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:50).

Batalyon Sukanda Bratamanggala yang berada di Lembang, diperintahkan untuk memperhebat gangguan di Bandung Utara dan Cisarua, guna mengikat musuh sekuat mungkin. Persiapan kompi mortar dan peleton mortar dari Batalyon Sukanda di Lembang. Pada pertengahan maret kota Lembang mulai diduduki oleh sekutu (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:67-69).

Letnan Kolonel Sukanda Bratamanggala (Sumber: Memoar Sukanda Bratamanggala)
Letnan Kolonel Sukanda Bratamanggala (Sumber: Memoar Sukanda Bratamanggala)
Pada tanggal 11-15 November 1946 diadakanlah perundingan antara kedua belah pihak, yaitu antara Delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Komisi Jenderal Belanda yang dipimpin oleh Prof. Schermerhorn dengan penengah Duta Inggris Lord Killearn, bertempat di Linggarjati, sebuah kota kecil di lereng G. Ceremai. 

Dalam naskah persetujuan Linggarjati yang ditandatangani secara resmi pada tanggal 15 November 1946 di Jakarta dinyatakan bahwa: (1) Belanda mengakui Republik Indonesia de facto di seluruh Jawa, Madura, dan Sumatera, (2) Akan didirikan sebuah Negara Serikat yang akan terdiri dari Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Kalimantan, dan (3) Ratu Belanda diakui sebagai pemimpin tertinggi RIS.  

Persetujuan Linggarjati yang telah disetujui oleh kedua belah pihak itu, setelah mengalami aneka ragam kesulitan karena adanya perbedaan tafsiran, akhirnya disabotase sendiri oleh pihak Belanda karena memang mereka dalam kenyataannya hanya mengulur-ulur waktu saja untuk "beradempauze" atau mengkonsolidasikan kekuatannya. 

Mereka dengan terang-terangan telah melanggar perjanjian tersebut dengan melancarkan aksi militernya yang pertama. Pada tanggal 21 Juli 1947 pasukan-pasukan Belanda memulai agresi militernya yang pertama melancarkan serangan umum terhadap Republik Indonesia. mereka mulai bergerak memasuki beberapa wilayah RI. Pesawat-pesawat terbangnya mulai melancarkan serangannya terhadap landasan-landasan terbang, markas TNI dan garis-garis perhubungan kita. Mereka menyerang secara "Blitzkrieg". 

Gerakan militer mereka sangat cepat. Dalam waktu dua hari di Jawa Barat gerakan militer Belanda berhasil mencapai Cirebon. Untuk menyerbu wilayah Jawa Barat ini mereka telah mengerahkan dua divisi Tentaranya (Divisi "7 Desember pimpinan Jenderal Mayor Durst Brit dan Divisi "B" pimpinan Jenderal Mayor de Waal) untuk menghadapi TNI Divisi Siliwangi pimpinan Jenderal Mayor A.H. Nasution. 

Serbuan militer Belanda pada hari pertama pada umumnya berhasil menerobos semua pertahanan kita dekat garis demarkasi. Pada hari kedua mereka merebut kota Cirebon. Pada tanggal 4 Agustus 1947 Tentara Belanda dari Bandung dan Cirebon sekaligus menikam Garut dan Tasikmalaya serta menduduki kedua kota itu secara berturut-turut pada tanggal 10 dan 11 Agustus 1947 (Sumantri. 1995:23-25).

Situasi daerah pertahanan Batalyon IV dari Brigade III/Kian Santang Divisi I/SIliwangi di front perbatasan Karawang Timur-Bandung Utara. Yang merupakan divensi linier terdepan (Lini I) pada hari pertama Aksi Militer Belanda I itu memang ada dalam keadaan sangat tegang namun kondisi keberadaannya tetap utuh karena front pertahanan kita di daerah perkebunan Cipunagara-Ciater itu luput dari serbuan militer Belanda pada hari pertama. 

Pihak Belanda yang berkedudukan di Bandung rupanya sudah memperhitungkan kesulitan dan ketidakmungkinan mereka dapat menerobos Lini I daerah pertahanan kuta karena memang satu-satunya jalan besar dekat garis demarkasi antara Cikole dan Ciater sepanjang 8 km penuh dengan barikade, selain barikade alam yang merupakan jalan berkelok-kelok melalui lembah terjal di lereng G. Tangkubanperahu, juga barikade buatan dari batu dan pohon-pohon besar di tepi jalan yang sengaja ditumbangkan dan dijadikan barikade, yang telah persiapkan pada masa gencatan senjata jauh sebelum Aksi Militer Belanda I itu dilancarkan. 

Pihak Belanda ternyata melancarkan serbuan pada agresi militernya itu ke daerah pertahanan Batalyon IV yang berkedudukan di Kasomalang tidak dari depan, melainkan dari samping/barat melalui Purwakarta dan dari belakang/Utara melalui Kalijati dan Subang (Sumantri. 1995:25).     

Menjelang tahun 1948, pasukan-pasukan TNI yang pada bulan-bulan Juli-Agustus 1948 berada dalam keadaan moril yang terpukul dan lesu, terhambur, dan terdesak itu  mulailah secara berangsur-angsur tegar kembali dan selanjutnya mengadakan konsolidasi pasukan serta dengan kerjasama bahu-membahu dengan rakyat berhasil membuntukan serbuan-serbuan Belanda yang melancarkan agresinya yang pertama itu, bahkan telah berhasil pula "memaku" tentara Belanda itu menjadi statis di posisinya. 

Demikianlah pula halnya dengan situasi dan kondisi keberadaan pasukan TNI Batalyon IV dari Brigade III/Kian Santang Divisi I/Siliwangi yang terhambur dan terpencar di daerah perbatasan tiga kabupaten, yaitu di daerah sekitar Cisalak (Kabupaten Subang), Tanjungkerta (Kabupaten Sumedang), dan Cibodas Lembang (Kabupaten Bandung) (Sumantri. 1995:27).

Daftar Pustaka

  • DisjarahDAM VI/Siliwangi. (1979). Siliwangi dari Masa ke Masa. Bandung: Angkasa.
  • Rudini. (2012). Dari Isola ke Bumi Siliwangi. Bandung: Komodo Book
  • Smail, J. R.W.(2011). Bandung Awal Revolusi: 1945-1946 (Bandung in The Early Revolution, 1945-1946). Jakarta: Ka Bandung
  • Sumantri, M. (1995). Risalah Perjuangan Kemerdekaan Di Daerah Bandung Utara -- Karawang Timur dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949. Bandung: Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan PGRI Daerah Tingkat I Jawa Barat.
  • http//www.google.co.id/Isola

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun