Mohon tunggu...
Mohamad Ully Purwasatria
Mohamad Ully Purwasatria Mohon Tunggu... Guru - Historian dan Pendidik

Pembelajar sampai akhir hayat. Minat dengan cerita masa lalu, cerita tentang pendidikan, dan suka jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertempuran Bandung Utara Tahun 1945-1948

23 Juni 2020   12:09 Diperbarui: 23 Juni 2020   12:48 2250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.wikipedia.org P.J. van Baarda (Fotograaf/photographer

Gerakan-gerakan TRI (Tentara Republik Indonesia) tidak menurun. Pada tanggal 1 Desember 1945, kita menyerbu kedudukan-kedudukan sekutu di Kompleks UNPAD Sekarang diserbu oleh Batalyon II Res. 9 dan Badan Perjuangan. Pada tanggal 6 Desember 1945, Bandung Utara mendapatkan serangan/penyerbuan pasukan TRI, diantaranya Batalyon I Res. 8 Kompi Slamet dan Badan-badan perjuangan, demikian pula kedudukan-kedudukan sekutu lainnya mengalami serangan (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:46).

Semangat para pejuang Bandung Utara tidak surut, mereka terus melakukan perlawanan hingga tentara Inggris kewalahan. Tentara Inggris pun melakukan siasat dengan menculik istri Setiabudi pada malam hari tanggal 19 Desember 1945. Tindakan tersebut diketahui oleh pimpinan Batalyon Bandung Utara, kemudian ditugasilah Kapten Abdul Hamid untuk membawa istri Setiabudi dari penculikan pihak musuh. 

Untuk menjemput istri Setiabudi, para pejuang harus menahan serangan Tentara Inggris. Letnan Sentot Iskandardinata ditugaskan untuk memimpin operasi tersebut. Pagi-Pagi buta, kapten Abdul Hamid tiba untuk menjemput Joana, Istri Setiabudi di Gegerkalong. 

Kapten Abdul Hamid berhasil menjemput Joana di kawasan yang aman. Ternyata dari arah selatan serangan Tentara Inggris terus berlangsung mendekati komplek Villa Isola, terjadi tembak menembak antara musuh dengan pejuang di Garis depan. Kompi III dibawah Komando Kapten Hamid terus melakukan perlawanan terhadap Tentara Inggris yang menurunkan pasukan Gurkha, baku tembak tersebut menimbulkan banyak korban, bahkan Kapten Abdul Hamid gugur dalam pertempuran saat menahan serangan pasukan gurkha. 

Setelah pertempuran berakhir, pejuang Bandung Utara Menyisir tempat pertempuran di Jalan Panorama. Dalam penyisirannya mereka tak hanya menemukan tubuh kapten Abdul Hamid, mereka juga menemukan tubuh Sersan Surip, Sersan Badjuri, dan Sersan Sodik yang telah gugur di medan pertempuran. Gugurnya ketiga sersan tersebut karena tentara Inggris menggunakan kendaraan Lapis baja yang menerebos bagian kiri Jalan Gegerkalong Hilir (Rudini. 2012:55-58).

Serangan-serangan musuh yang bersenjatakan lengkap serta modern bekas Perang Dunia II seperti meriam (houwitser) dan senjata artileri lainnya terhadap kedudukan dan pertahanan kita, selalu mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan TKR Bandung Utara yang bersenjatakan hasil rampasan dari tentara Jepang yang keadaannya lebih sederhana, namun memiliki keunggulan semangat juang dan jiwa patriotisme yang tangguh. 

Serangan-serangan musuh pada bulan November/Desember 1945 hingga bulan Februari 1946 mula-mula dapat dipatahkan oleh pasukan tempur Batalyon TKR/TRI Bandung Utara. Namun, sesudah pihak musuh mengerahkan segenap kekuatan altilerinya (houwitser), kavalerinya (tank dan panser lapis baja), serta angkatan udaranya (pemboman), para pejuang kemerdekaan Indonesia terpaksa mengundurkan diri dan meninggalkan kedudukan pertahanannya di kota. 

Demikian juga, sesudah kota Lembang pada tanggal 10 maret 1946 diserang dan direbut oleh Tentara Inggeris/Gurkha dan Belanda yang mengerahkan kekuatan militernya yang terdiri dari Batalyon-batalyon Divisi India XXVIII dengan dibantu pesawat-pesawat pemburu dan dilindungi tembakan-tembakan altileri untuk mencapai kamp tawanan angkatan laut Jepang (Kaigun) di Cikole, maka pasukan Batalyon TRI Bandung Utara terpaksa mengundurkan diri ke sebelah timur luar kota Lembang lewat Maribaya ke Desa Cibodas. Kemudian TRI Bandung Utara itu menempatkan markas batalyon di daerah Perkebunan Kina Gunungkasur dan Cikapundung (Sumantri. 1995:9).

Pada tanggal 24 Maret 1946 pukul 20.00 terdengar dentuman-dentuman dan terlihat kebakaran yang semakin hebat. Mulai dari Cimahi sampai Ujung Berung, di Bagian Utara hanya dipinggir-pinggir terjadi kebakaran. Serangan-serangan yang dilakukan sekitar Bekas KMA, Ciumbuleuit, Sukajadi, dan lain-lainnya gedung-gedung yang besar hancur oleh dinamit. Tembakan-tembakan yang tersembunyi dilakukan di Bandung Utara (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:50).

Batalyon Sukanda Bratamanggala yang berada di Lembang, diperintahkan untuk memperhebat gangguan di Bandung Utara dan Cisarua, guna mengikat musuh sekuat mungkin. Persiapan kompi mortar dan peleton mortar dari Batalyon Sukanda di Lembang. Pada pertengahan maret kota Lembang mulai diduduki oleh sekutu (DISJARAHDAM VI/Siliwangi 1979:67-69).

Letnan Kolonel Sukanda Bratamanggala (Sumber: Memoar Sukanda Bratamanggala)
Letnan Kolonel Sukanda Bratamanggala (Sumber: Memoar Sukanda Bratamanggala)
Pada tanggal 11-15 November 1946 diadakanlah perundingan antara kedua belah pihak, yaitu antara Delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Komisi Jenderal Belanda yang dipimpin oleh Prof. Schermerhorn dengan penengah Duta Inggris Lord Killearn, bertempat di Linggarjati, sebuah kota kecil di lereng G. Ceremai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun