Mohon tunggu...
Ully Permata Sari
Ully Permata Sari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa PPG Prajabatan BK Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penerapan Project Based Learning dalam Meningkatkan Pola Hidup Sehat Siswa

3 Juli 2022   01:08 Diperbarui: 5 Juli 2022   23:42 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa pandemi ini banyak hal yang sudah mengalami perubahan salah satunya adalah dunia pendidikan. Adanya kebijakan yang mengharuskan kita untuk work from home (WFH), social distancing, beribadah dan belajar dari rumah. 

Sesuai SE Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) bahwa semua kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara virtual dan kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah.

Pada Januari 2022 semua satuan pendidikan diwilayah PPKM level 1 dan 2 dapat melaksanakan PTM 100% sedangkan pada level 3 PTM Terbatas. Keputusan mengenai PTM tersebut diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) pada 21 Desember 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. 

Menurut Suharti Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ristek, salah satu alasan Kemendikbud Ristek kini mengizinkan PTM 100 persen digelar karena pertimbangan situasi pandemi Covid-19 sudah mulai membaik di akhir tahun 2021. Pembelajaran tatap muka ini memang sudah sangat dinantikan oleh siswa.

Kita dianjurkan untuk meningkatkan imunitas tubuh supaya dapat menangkal virus Covid-19. Salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. 

Dalam menyikapi hal tersebut peranan guru bimbingan konseling sangat dibutuhkan dan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan pola hidup sehat siswa adalah Project Based Learning. 

Project Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan desain, pengembangan, dan penyelesaian proyek sebagai inti pembelajaran. 

Project Based Learning juga dapat menumbuhkan keterampilan yang ada pada peserta didik seperti berpikir kritis, kreatif, dan aktif dalam berkomunikasi.  

Pelaksanaan bimbingan konseling dapat dilakukan secara klasikal, kelompok maupun individu. Namun melihat kebutuhan peserta didik secara luas maka dalam hal ini pelaksanaan dilakukan melalui bimbingan klasikal agar lebih efektif dan efisien mengenai pentingnya menerapkan pola hidup sehat dimasa pandemi ini. 

Diperkuat dengan teori HL BLUM diketahui bahwa status kesehatan anak sangat berkaitan erat dengan perilaku mereka, semakin baik perilaku hidup sehat maka semakin baik pula status kesehatannya (Umaroh, Hanggara, and Choiri 2016).

Penerapan Project Based Learning dalam bimbingan klasikal dilakukan untuk meningkatkan pola hidup sehat peserta didik. 

Guru bimbingan konseling membagi setiap peserta didik kedalam beberapa kelompok lalu memberikan tugas untuk berdiskusi mengenai materi pola hidup sehat dan merancang sebuah proyek. Kemudian setiap kelompok menghasilkan sebuah karya yang akan di presentasikan didepan kelas.

Menurut Rais dalam Lestari (2015) langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai berikut:

1) Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question) 

Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas.

2) Merencanakan proyek (design a plan for the project). 

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik.

3) Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule). 

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.

4) Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project). 

Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. 

Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. 

Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.

5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome). 

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 

Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.

6) Evaluasi (evaluate the experience). 

Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

***

Dari kegiatan tersebut maka peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menarik untuk lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiri, mengetahui banyaknya manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain dan dapat meningkatkan pola hidup yang sehat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun