34 derajat celcius saat ini!!! dalam cuaca panas seperti ini pun kopi hitam tetap tak bisa kulewatkan. seorang teman baikku selalu bilang, kalau kopiku adalah kopi kaum marjinal yang memiliki beban berat dipundak mereka. Ah, apapun itu, menurutku kopi bukanlah penentu status sosial. Secangkir kopi hitam murni ini bagiku lebih nikmat dari kopi diluar sana yang telah berubah warna jadi coklat tua, coklat susu bahkan coklat berwarna warni dalam satu cangkir.  Telah banyak tempat kopi yang kusambangi, hanya untuk menikmati secangkir kopi hitam. Mulai dari high -end cafe dengan fasilitas mentereng dan harga yang cukup fantastis hingga kedai kopi yang yang menyajikan kopi dalam mangkuk batok kelapa.  Dan dari semua  tempat yang sudah kusinggahi untuk menikmati secangkir kopi ini, tidak ada satupun  yang bisa menghadirkan kenangan, membuatku tergugu dalam sedu, sesak oleh  rindu. tapi satu tempat nun disebrang pulau sana.  Alahan Panjang, negeri dingin tanpa salju dengan kenangan masa kecil yang begitu lekat terpatri hingga saat ini.
 Kami orang Minang menyebutnya nagari alahan panjang yang berarti negeri Alahan Panjang.  Nagari ini masuk dalam wilayah kabupaten solok  dengan jarak sekitar 65 km dari Kota Padang, dan berada di atas Bukit Barisan. Tepatnya di lereng bagian timur kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat pada ketinggian 1.400–1.600 mdpl. kondisi ini membuat Alahan panjang  memiliki iklim sejuk cenderung dingin.  Alahan Panjang juga merupakan daerah yang terletak dijalur jalan raya lintas nasional untuk ke Solok Selatan, Kerinci dan bisa juga menjadi jalan alternatif untuk menuju Jambi.
Beberapa puluh tahun yang lalu, dimasa kecilku, jauh sebelum teknologi dan informasi berkembang seperti saat ini, aku kerap melewati alahan panjang. Nagari ini selalu kami lintasi dalam perjalanan menuju surian kampung halaman orang tuaku. Nagari Alahan panjang bisa dikatakan a gift from heaven. Disepanjang sisi jalan hijau  perbukitan dan perkebunan penduduk selaksa permadani dan lukisan abadi alam. Memasuki alahan panjang, perubahan extrem suhu akan sangat terasa. hawa panas kota padang, akan langsung meruap berubah dingin saat memasuki alahan panjang.  Disepanjang jalanan yang terus mendaki, perkebunan teh  menanti sisi kiri dan kanan jalan. Selepas itu, mata akan dimanjakan dengan pemandangan danau kembar yang terlihat dari pinggir jalan, seolah menambah nilai estetis lukisan alam ini. Untuk danau kembar ini ada beberapa penyebutan yang berbeda, ada yang menyebut danau kembar, dan sebagian menamainya dengan danau diateh (diatas) dan dibawah, karena memang posisi danau yang satu berada agak tinggi, dari danau lainnya.
 Suasana  Alahan panjang yang berbeda dengan nagari lainnya di Sumatera Barat inilah yang membuat kami betah berada lama untuk istirahat dinagari ini.  Di Alahan panjang inilah dulu ada restoran, kami menyebutnya tampek makan (tempat makan)  yang sangat terkenal dan ramai selayaknya rest area kalau zaman sekarang. Bungo Tanjuang. Rumah makan ini tepat berada dipinggir jalan raya. Diseberang jalan restoran sana  view danau kembar terlihat dengan jelas. Danau, area pertanian dan perkebunan bersisian. Apabila memiliki waktu luang kita bisa turun kebawah jalan dan menuju ke danau dengan berjalan kaki. Pemandangan yang memanjakan mata inilah yang membuat kami yang melewati daerah ini  selalu menantikan saat untuk cepat sampai dan singgah di "tampek makan"  Bungo Tanjuang ini, sebelum nantinya kami melanjutkan perjalanan  kembali menuju Surian, Muara labuh atau kerinci.Â
Suasana alahan panjang memang menawarkan sensasi berbeda dari daerah lain disumatera barat. Dengan kisaran suhu 10'-15'C, bahkan bisa lebih rendah,udara dingin akan langsung terasa menusuk tulang, dan angin segar dari danau yang berhembus  bisa membuatmu ke toilet restoran tiap 15 menit sekali. Keramahan para penjaja makanan yang mengenakan baju dingin (jaket tebal) dan bergelumun kain sarung, dengan kulit merah dan pipi agak merona merah muda karena efek temperature yang sangat dingin,  juga merupakan ciri khas tersendiri yang hanya bisa ditemui di Alahan Panjang. Tidak lupa  jagung bakar dan singgang,kudapan yang terbuat dari kulahan tepung beras, santan,  gula dibakar dalam cetakan besi meruakkan wangi khas dari  tiap sudut halaman rumah makan belum lagi warna warni oranye buah markisa berebutan dengan  semburat lembayung warna terong pirus  hasil panen petani setempat yang bergelantungan siap untuk dibeli sebagai buah tangan dari nagari ini. Â
Dahulu seingatku hanya ada satu bangunan megah diantara rumah penduduk dipinggir danau. Masih teringat dengan jelas perkataan ibuku saat kutanyakan  perihal bangunan megah itu.  "Itu villa  punya orang kaya minang yang merantau ke jakarta nak"  lucunya  setiap kali kami singgah dialahan panjang di tampek makan Bungo Tanjuang itu, aku selalu membayangkan tinggal dalam villa tersebut. Duduk didepan perapian dalam balutan jaket bulu dan kaos kaki tebal,serta semangkuk sup panas dalam genggaman layaknya seperti adegan difilm barat little house on the prairie yang selalu ku tonton kala itu. Begitulah keindahan Alahan Panjang yang terpatri di benakku hingga saat ini. Tersimpan rapi, indah dalam warna warni hangat ikatan cinta dan rindu layaknya kerinduan hujan akan munculnya pelangi dipenghujung rintik yang telah usai.Â
Waktu berputar, zaman berganti begitupun  Alahan panjang.  Nagari ini mulai menggeliat bangun memperlihatkan kemolekannya pada dunia.  Melalui massivenya perkembangan teknologi informatika, internet, sosial media, Alahan panjang mulai dikenal. Bak artis pendatang baru Alahan Panjang selalu disematkan, ditag, dimention di setiap akun pengguna sosial media.  Twitter, instagram, Facebook. Bahkan salah  satu brand fashion terbesar Asia pun mengambil Alahan panjang sebagai salah satu lokasi untuk pembuatan Reklame Fashion mereka. Aku bangga dan terharu saat melihat foto sang model dengan latar panorama Alahan Panjang dan caption yang memuat nama Alahan Panjang Sumatera Barat terpampang di salah satu outlet besar dan ecommerce platfrom mereka. Ya, Keindahan Alahan Panjang mulai terkuak. Keelokan alamnya yang bak lukisan Panorama dalam satu canvas  berpadu dengan temperature rendahnya membuat kita seperti  berada di negara 4 musim. Yang mana ini akan selalu  menjadi magnet  bagi mereka yang  pernah berkunjung untuk datang kembali.
Layaknya selebriti yang sedang menapaki tangga  popularitas, berada dalam hingar bingar bisnis industri dengan beragam kepentingan, begitupun  Alahan panjang. Seiring dengan popularitas yang terus naik, "simolek" ini  mulai dilirik oleh industri pariwisata. Investor mulai berdatangan menjejakkan kaki, membentangkan kepak sayap dinagari Alahan panjang.  Beragam fasilitas penunjang pariwisata mulai dibangun. Resort, Glamping, area camping. Bermacam bentuk penginapan juga muncul dengan pilihan tarif yang variatif. Mulai dari  reddoorz, penginapan syariah hingga kelas premium. Tak ketinggalan cafe dan resto juga ikut menambah riuh geliat bisnis pariwisata di Alahan Panjang.Â
suatu kemajuan? ya tentu ini suatu kemajuan. Bisa meningkatkan pendapatan daerah?  itu pasti. Memajukan taraf kehidupan penduduk lokal? mungkin,  bisa dikatakan begitu. Saat ini disepanjang jalan Alahan Panjang, kita bisa melihat sudah banyak rumah yang bagus dan bahkan ada beberapa yang mentereng dengan mobil terparkir didepan rumah. Mengukur tingkat taraf hidup dan kesejahteraan secara kasat mata untuk daerah pedesaan sangat mudah. ini bisa dilihat dilihat dari luas tanah, besar rumah, kendaraan yang terparkir dalam garasi.  Yang pasti saat aku kembali ke alahan panjang beberapa waktu yang lalu, dalam gempitanya Alahan Panjang dengan sentuhan modernisasi, aku merasa berada di dua sisi yang terbelah. Seiring decak kagum akan pesatnya kemajuan Alahan Panjang  baik bidang infrastruktur, pemukiman dan penunjang lainnya, disisi lain aku merasakan  ada sesuatu yang hilang, terenggut menyisakan kehampaan.Â
Kemana perginya keriuhan tampek makan Bungo Tanjuang, bau asap singgang, gelumun sarung para penjaja makanan dan warna oranye markisa yang bergelantungan, dan terong papirus ungupun tidak seberapa yang bisa ku temui. "Markisa sudah ga ada ditanam kak, sudah ga mau lagi tumbuh ditanah kita. karena cuaca yang sudah tak begitu dingin lagi. terong piruspun begitu kak. cuma sedikit aja lah yang ditanam. kini diganti dengan bertanam bawang merah, lobak (kol) untuk dijual mahal ke luar daerah " jawaban dari seorang penduduk lokal saat kutanyakan tentang markisa yang sulit ditemui di Alahan Panjang saat ini. Entah karena memang perubahan suhu yang berpengaruh, atau bisa jadi nilai ekonomis markisa tidak  lebih menjanjikan dibanding bawang merah, dan kol makanya petani lebih memilih berladang bawang dibanding Markisa.Â