Mohon tunggu...
Ruslan Yunus
Ruslan Yunus Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis -

Belajar Menyenangi Humaniora Multidisipliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duka untuk Palu, Donggala dan Sigi

10 Oktober 2018   08:58 Diperbarui: 10 Oktober 2018   09:45 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Bantuan Keluarga Besar Kemenperin untuk korban gempa dan tsunami Sulawesi Tengah

Jumat magrib, tanggal 28 September 2018, adalah saat- saat memilukan bagi warga kota Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya. Guncangan tanah pada skala 7,3 disusul dengan terjangan tsuname. Dalam hitungan detik ratusan orang terseret air laut. Atau tertimpa reruntuhan rumah dan gedung. Ratusan lainnya tertelan ke dalam bumi akibat fenomena likuifaksi atau "tanahberjalan".

Fenomena ini terjadi pada wilayah Petobo dan Balaroa, yang struktur lapisan tanahnya mengandung  alluvium berpasir halus. Getaran gempa yang cukup kuat, mengakibatkan endapan air di dalam tanah muncul ke permukaan tanah. Karena daya dukung tanah yang lemah, semburan air itu bercampur dan membentuk cairan lumpur. Benda- benda yang ada diatas permukaan tanah pun akan terseret atau tersedot ke dalam lumpur.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui twitter resminya, @BNPB_Indonesia, Rabu 3 Oktober 2018, pukul 13.46 merilis data, bahwa sampai dengan laporan itu dibuat, jumlah korban yang meninggal telah mencapai 1.407 orang; 519 jenazah telah dimakamkan. Jumlah korban yang mengalami luka berat sebanyak 2.549 orang, yang kini masih dirawat di sejumlah rumah sakit. 

Yang dinyatakan hilang sebanyak 113 orang. Korban berasal dari kota Palu, Donggala, Sigi, Moutoung, dan Pasangkayu. Jumlah rumah yang rusak, rata dengan tanah, dan yang tertelan ke dalam bumi sebanyak 65.733 unit. Sementara jumlah penduduk yang telah diungsikan sebanyak 70.821 orang, tersebar di 141 titik. Demikian dikutip dari tribunwow.com, tanggal3 Oktober 2018.

Titik- titik pengungsian diluar Provinsi Sulawesi Tengah, diantaranya terdapat di kota Pasangkayu, Pare- pare, Makassar, dan Balikpapan. Tidak sedikit dari mereka yang meninggal, dimakamkan secara massal karena jenazahnya telah rusak dan tak bisa lagi teridentifikasi. Atau telah direlakan oleh keluarganya untuk dikebumikan secara massal.

Ratusan anak, bahkan mungkin beberapa ribu anak, menjadi yatim karena kehilangan orang tuanya. Demikian juga ratusan ayah dan ibu, kehilangan anak- anak atau sanak keluarga yang mereka cintai. Tak tahu dimana mereka saat ini, terpisah kemana mereka, atau mungkin sedang mengalami luka terbaring di lorong- lorong atau tenda- tenda rumah sakit. Atau masih tertimbun di bawah reruntuhan rumah dan gedung. Atau masih tertimbun di dalam lumpur. Atau sudah dipanggil oleh Tuhan ke haribaan- Nya.

Bantuan sebagai rasa duka dan empati terhadap saudara- saudara kita yang mengalami musibah ini, terus berdatangan. Dari seluruh penjuru tanah air. Baik dalam bentuk logistik bahan makanan siap saji, susu, obat- obatan, pakaian, tenda, dan uang cash. Yang lainnya, dalam bentuk helikopter, ambulans, tenaga medis dan relawan. Tak terkecuali panjatan doa kepada Ilahi Rabbi. Doa yang terucap terbata- bata, duka bercampur haru, dari jutaan mulut rakyat Indonesia.

Beberapa negara sahabat, seperti Jepang, India. Qatar, Swiss dan negara- negara ASEAN, juga mulai mengirimkan bantuan. Negara- negara tersebut mengirimkan bantuan pesawat udara pengangkut barang, water treatment penjernihan air, fogging untuk netralisasi lingkungkan terhadap penyebaran virus penyakit, genset, dan tenda. Disamping itu rumah sakit lapangan beserta tim medisnya.

Yang cukup mengharukan, masyarakat Sumatera Barat mengirimkan penganan khas daerah ini, rendang sebanyak 1,1 ton, yang bisa bertahan sampai satu bulan. Disamping tim medis, pakaian bersih, juga satu tim relawan dari Himpunan Bersatu Teguh (HBT), sebuah organisasi sosial saudara- saudara kita dari keturunan Tionghoa, dan satu tim dari Semen Padang. Demikian dikutip dari regional.kompas.com., tanggal2 Oktober2018.

Demikianlah ketetapan Tuhan dengan segala kebijaksanaan dan kesempurnaan ilmu- Nya. Tak lain sebagai sebuah teguran kepada kita -- karena kita mungkin telah mulai banyak "mengabaikan" perintah dan larangan- larangan- Nya. 

Iapun tak lain, adalah untuk menguji keimanan dan kesabaran kita atas ketetapan itu. Sekaligus menguji kepekaan kita terhadap musibah, kesulitan dan kesusahan orang- orang lain disekitar kita.

Di dalam Bi'r Ruma, edisi ke-1, 2005 oleh Abdul Ghani, dikisahkan tentang kepekaan spontan -- terhadap kesulitan orang lain -- dari seorang Usman Bin Affan. Sahabat utama Nabi shallahu 'alaihiwasallam. Meski cukup "menggelitik" , kisah ini mungkin bisa menginspirasi kita. 

Ketika itu terjadi musim paceklik di kota Madinah. Kekeringan terjadi dimana- mana disertai kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Satu- satunya sumber untuk mendapatkan air bersih adalah sumur Rumah. Sumur ini adalah milik seorang Yahudi. Kondisi ini lalu dimanfaatkan oleh pemilik sumur dengan menjual air sumurnya kepada penduduk Madinah.

Mendengar hal tersebut, Usman bin Affan tergesa- gesa mendatangi pemilik sumur. Ia menyatakan niatnya untuk membeli sumur itu dengan harga yang cukup tinggi. Namun si pemilik sumur tak mau menjualnya, meski Usman menaikkan lagi harga penawarannya. Pemilik sumur tetap ngotot tak mau menjualnya. Akhirnya, Usman menawarkan suatu pilihan lain, ia membeli hanya separuh dari sumur itu dengan harga tetap sama, 20.000 dirham. Pilihan itu adalah sehari sumur itu menjadi milik Usman, sehari berikutnya milik pemilik sumur, secara bergantian. Pemilik sumur, menerima tawaran itu, karena berfikir akan memperoleh keuntungan dua kali.

Ketika tiba hari kepemilikan Usman, ia menyuruh penduduk Madinah untuk mengambil air dari sumur Rumah secara gratis. Ia juga meminta penduduk untuk mengambil air sebanyak untuk keperluan dua hari. Ketika keesokan harinya, tidak ada penduduk Madinah yang datang untuk membeli air. 

Hal ini membuat si pemilik separuh sumur itu memutuskan untuk menjual lagi separuh kepemilikannya kepada Usman. Setelah membelinya, Usman mewakafkan sumur itu kepada penduduk Madinah. Kini setelah lebih dari 14 abad berlalu, sumur Rumah masih tetap mengalirkan air bersihnya.

Di dalam sebuah hadisnya, Nabi shallahu 'alaihiwasallam berkata bahwa siapa yang berjalan untuk menghilangkan kesulitan saudaranya, maka Allah akan menurunkan baginya tujuh puluh lima ribu malaikat yang akan mendoakannya. Hadis ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.

Demikianlah bantuan dan uluran tangan kepada saudara- saudara kita yang sedang terkena musibah gempa dan tsuname di kota Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya terus mengalir. Sebagai rasa duka dan empati yang mendalam. 

Seperti hari ini, Jumat 5 Oktober 2018. Selepas salat Jumat, sembilan unit truk berisi logistik bahan makanan, pakaian, selimut, tenda, alas terpal dan lain- lain bertolak dari Makassar menuju lokasi musibah. 

Disamping itu terdapat juga 65 unit mini genset dan sejumlah mini solar kit. Bantuan ini berasal dari Keluarga Besar KementerianPerindustrian seluruh Indonesia, dan dikoordinir oleh Balai BesarIndustri Hasil Perkebunan di Makassar.

Bantuan diantar langsung oleh Kepala BBIHP Abd. Rahman Supu bersama perwakilan satker- satker Kemenperin di Makassar. Rencananya tanggal 7 Oktober 2018 di kota Palu, bantuan itu secara simbolis, akan diserahkan oleh Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto. Selanjutnya bantuan akan diantar ke lokasi- lokasi musibah. 

Seperti sebuah tubuh, yang jika sakit satu bagian tubuh, maka sakit pulalah bagian -bagian tubuh lainnya.

Bukit Baruga- Makassar 5 Oktober 2018.

kompasiana@ruslanyunus 
text: all rights reserved.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun