Maaf, sayang. Aku tak hadir pada pemakamanmu yang mengerikan itu. Bukan hanya karena langit oranye enggan mengeluarkan cahaya indahnya, tapi karena mendua adalah aib yang begitu kejam bagiku. Kau jahat.
Kali ini langit warna oranye begitu cepat menarik cahaya sendunya. Gelap segera menyeringai, aku segera menutup jendelaku. Seketika gaun pengantinku itu mulai berkurang keindahannya. Aku baru ingat, ternyata hari ini tepat seminggu kau pergi dengan kebohongan besarmu itu. Maaf, aku tak akan mampir ke kuburmu. Aku lebih memilih menenangkan diri di atas kasurku.
Kuusap airmataku yang tak berarti apa-apa. Aku sadar membencimu sama saja aku membenci langit warna oranye, karena pada saat kau melamar aku, langit sedang berwarna oranye. Serba salah jadinya.
Atau, mungkinkah aku tidak berjodoh pada langit oranye yang selalu aku agung-agungkan itu. Entahlah.
Â
Saco, 24 Maret 2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H