Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Oranye

24 Maret 2016   21:35 Diperbarui: 24 Maret 2016   21:42 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Maaf, sayang. Aku tak hadir pada pemakamanmu yang mengerikan itu. Bukan hanya karena langit oranye enggan mengeluarkan cahaya indahnya, tapi karena mendua adalah aib yang begitu kejam bagiku. Kau jahat.

Kali ini langit warna oranye begitu cepat menarik cahaya sendunya. Gelap segera menyeringai, aku segera menutup jendelaku. Seketika gaun pengantinku itu mulai berkurang keindahannya. Aku baru ingat, ternyata hari ini tepat seminggu kau pergi dengan kebohongan besarmu itu. Maaf, aku tak akan mampir ke kuburmu. Aku lebih memilih menenangkan diri di atas kasurku.

Kuusap airmataku yang tak berarti apa-apa. Aku sadar membencimu sama saja aku membenci langit warna oranye, karena pada saat kau melamar aku, langit sedang berwarna oranye. Serba salah jadinya.

Atau, mungkinkah aku tidak berjodoh pada langit oranye yang selalu aku agung-agungkan itu. Entahlah.

 

Saco, 24 Maret 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun