Tapi semarah-marahnya kau, kau masih meredamnya sedikit untuk mengangkat koperku dan mengantarkan aku pulang dari asrama. Berdua di mobil, diam, hening. Ya, yang aku harapkan tak terjadi, antara kita berdua tidak ada pengakuan. Ini betul-betul cinta tak bertuan yang betul-betul mengerikan.
***
Apa kabar? Aku harap kau bahagia. Aku dengar kau sudah merokok lagi, aku selalu berdoa kepada Tuhan mudah-mudahan paru-parumu baik-baik saja. Aku dengar kuliahmu sebentar lagi. Aku dengar kau masih di sana.
Taukah kau? Setahun lebih aku sudah tidak melihatmu, bayangkan betapa tidak biasanya aku harus melakukan itu. Di sini aku masih berjuang untuk masa depanku, berkarier dan merangkai cita-cita selanjutnya di perantauan ini. Mungkin, ya mungkin kita akan jalani hidup sendiri-sendiri. Mungkin. Aku tidak bisa memastikan tetapi hanya membayangkan, kalau saja suatu saat aku hadir dalam duniamu lagi. Aku ingin melanjutkan kisah cinta tak bertuan ini. Apa kau mau? Kalau berani merantaulah, Kasih...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H