"Ah, tak usah pedulikan dia..." Kata Ajeng sambil memegang dagu Fandi dan Fandi pun menatap Ajeng dengan serius walaupun ban gerobak bakso tadi sudah dilempar kembali oleh Mak Langit sampai mengenai jidat Fandi lagi.
"Apa itu MuLan?" Tanya Fandi penuh serius dan hati berdebar tanpa mempedulikan benjolan jidatnya.
"neMU di jaLAN... Yah, aku memang nemu kamu di jalan... Mungkin ini yah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?" Tanya Ajeng semakin ngawur...
"I love you..." Kata Ajeng.
"I love you too..." Kata Fandi.
***
Bertahun-tahun kemudian. Ajeng dan Fandi harus berpisah karena sesuatu hal. Ajeng harus memperdalam ilmu tentang jamunya dan dia pun harus merantau ke kota yang jauh dari desanya. Begitu pula dengan Fandi harus pindah dari desanya karena uang kontrakannya belum dibayar-bayar.
Mereka harus menjalani kehidupannya masing-masih dan harus berpisah, padahal benih-benih cinta sudah bertaburan di desa mereka dulu.
Ah, pilu...
"Kamu tegaaa!!!" Jerit Ajeng pada seorang lelaki berambut gimbal yang tidak lain adalah Roni saat mereka berada di bawah pohon nangka.
"Apa sich Ajeng..."