Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Sang Pelacur

20 Februari 2016   22:02 Diperbarui: 27 Desember 2016   16:22 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://poskotanews.com/

Suryana namanya, seorang lonte paling laku di losmen tua nan kamseupay itu. Dalam satu malam ada saja yang ingin berebutan tidur dengannya tapi hanya satu pria beruntunglah yang di-ACC-kan Suryana. Uangnya melimpah karena melonte dan kehidupannya sudah mendekati mewah. Ah, Suryana... Mirisnya nasibmu menikmati kemewahan di tengah-tengah dosa.

Lain lagi cerita hidup si Doli, seorang security penjaga losmen itu, bertopengkan tempat penginapan namun aktivitas jual diri banyak di dalamnya. Doli si lelaki tampan namun nasibnya kurang beruntung karena pendidikan yang dikecapnya hanya sampai SMA, itupun di SMA yang tidak terakreditasi. Ah, Doli... Malangnya nasibmu.

"Hai..." Sapa Suryana pada suatu malam yang sangat buta dan dingin saat dia baru menuruni taksi dan berjalan genit mendekati pos satpam. Doli hanya tersenyum kecil, dalam hatinya selalu deg-degan bila bertemu Suryana walaupun itu hanya berpapasan di lobi losmen. Entahlah, mungkin Doli takut tertular penyakit kelamin yang mungkin saja diderita Suryana atau mungkin Doli menyukai Suryana? Secara Suryana lonte paling cantik di losmen tua itu.

Suryana menghisap rokoknya yang mulai habis. Doli hanya bisa duduk termangu memandangi jalanan tanpa berani menatap Suryana. Tapi kemudian diberanikan dirinya membuka pembicaraan.

"Sudah saatnya Mba Suryana pindah ke hotel-hotel berbintang," Kata Doli dengan suara yang terkesan kaku. Suryana memandang Doli dengan senyuman gelinya.

"Kok ngomong gitu? Kalo aku pindah tempat mangkal bisa-bisa aku 'ngga ketemu kamu lagi," Suryana tersenyum nakal. "Jangan malu-malu..." Sambung Suryana saat melihat Doli tertunduk dengan wajah memerah. "Kamu menarik jadi ga salah aku kepengen ketemu kamu terus. Malah berharap bisa tidur sama kamu suatu saat. Swear... Aku mau jadi pacar kamu" Suryana mencampakkan puntung rokoknya ke jalanan.

Blarrr!!! Bagai petir di siang bolong membuat Doli merasa ke-GR-an. Ah, Suryana seriusan atau tidak? Ingin dia pertanyakan, namun urung karena sesuatu yang sangat rahasia berada dalam dirinya lagipula seorang pria datang mendekati Suryana seperti sedang bernegosiasi tarif untuk malam ini.

Bukan keberuntunganku. Pikir Doli  sambil mengerucutkan tubuhnya di atas meja yang ada di pos satpam itu. Lagian, Suryana sudah berlalu ke dalam losmen tanpa permisi pada Doli. Yah, lagian si Doli siapa baginya? Hanya seorang satpam yang bodoh.

Doli tetap termangu di dalam posnya tanpa mau beranjak entah itu untuk membeli kopi ke warung sebelah. Dia masih berharap bisa melihat Suryana lagi saat sudah usai tugasnya memuaskan isi dari sempak si lelaki hidung belang. Oh, Suryana cantik, pantas saja Doli menyukainya. Tapi... Ah, tapi...

Sudah 3 jam berlalu. Entah sudah berapa lonte dan hidung belang yang berlalu lalang di depannya. Entah sudah berapa sepasang kekasih sesaat itu bertengkar karena masalah tarif dan pelayanan yang kurang memuaskan. Tapi, Doli masih tetap bertahan mengusir kantuk menunggu Suryana lewat kembali.

"Hiks..." Terdengar isak tangis dari sesosok yang berantakan berdiri tepat di pintu depan losmen dan di sampingnya terlihat lelaki yang masuk bersamanya tadi ke dalam kamar losmen. Doli sudah mengetahui hal itu, pasti lelaki yang tidur bersamanya malam ini memiliki kelainan dalam bermain seks, akhirnya yang tersiksa jadi Suryana. Terlihat di wajah cantiknya telah bercucuran airmata kesakitan.

"Makasih, yah..." Ucap lelaki itu lalu pergi meninggalkan Suryana sendirian. Suasana sepi dan jam menunjukkan pukul 5 pagi, Suryana dan Doli saling berpandangan membuat Doli kikuk.

Kadang suka dan kadang pula senang, semuanya mereka rasakan secara bergantian. Sampai cerita mereka di losmen tua terlalu banyak, akhirnya Suryana bosan dengan kehidupan malamnya dan sampai suatu ketika...

"Aku mau berhenti jadi lonte..." Kata Suryana pelan di pos satpam Doli. Doli tersenyum memandangi Suryana. Karena memang sudah seharusnya Suryana menyadari bahwa dia terlalu cantik untuk tetap bertahan jadi seorang lonte.

"Bagus, Mba..."

"Jangan panggil Mba lagi..." Katanya pelan. "Sekarang rasanya sudah terlalu lama..." Ucap Suryana dengan suara bergetar.

"Apa?" Tanya Doli.

"Aku mau jadi kekasihmu beneran... Dan jangan tolak lagi, ini entah sudah berapa kali kamu menolak. Kalau menolak, tolong kasih alasanmu yang masuk akal." Suryana terdengar tegas dan ternyata benar bahwa dari sanubarinya yang paling dalam dia betul-betul menyukai Doli.

"Tapi... Engga, Mba... Eh, Sur..." Doli terlihat gugup dan ada sesuatu hal yang tak bisa dia ungkapkan di depan Suryana namun sepertinya Suryana tetap memaksa.

"Ayolah..." Wajah Suryana memelas. "Aku dengar dari Ibu-ibu pemilik kedai kopi di seberang sana bahwa kamu pernah bercerita tentang aku. Untuk apa? Pasti kamu suka aku juga, khan?" Paksa Suryana. Doli merasa seperti terperangkap, antara perasaannya, wanita itu dan kelaminnya.

"Bilang..." Suryana terlihat tak sabaran sambil menarik-narik lengannya.

"Mba... Eh, Sur... Aku... Aku... Aku.... Ehmmm... Duh, gimana yah omongnya... Aku..." Doli masih terbata-bata.

"Apa???" Suryana melebarkan kedua bola matanya.

"Okey... Kalo memang kamu maksa, aku bakalan jujur... Aku sebenarnya..." Doli menarik napas panjang untuk sesaat. Dan... "Bu... Bu... Burung aku kecil..." Doli sudah terlanjur mengatakan hal yang memalukan itu lalu menutupi wajahnya yang malu dan penuh kesedihan. Suryana ternganga mendengar kejujuran yang menyakitkan. "Itu alasannya... Alasan aku ga bi... bisa... Puas kamu?"

Ah, yang benar saja? Burung kecil? Padahal sebelumnya sudah puluhan yang datang pada malam-malamnya dan masak harus digantikan dengan Doli? Cinta sich cinta tapi realistis dong! Suryana berjalan meninggalkan Doli sendirian di pos satpam itu, bahkan tak mau lagi menjumpainya.

***

3 tahun kemudian...

Di sebuah taman bermain terlihat Doli sedang menggendong anak kecil sambil memegangi sebuah baloon. Tiba-tiba pundaknya yang lebar terketuk oleh jemari seorang wanita yang sudah memandanginya sedari tadi.

"Ya, Mba...?" Kata Doli sambil berbalik namun betapa terkejutnya dia saat yang dia lihat adalah Suryana, si lonte yang pernah membuatnya jatuh cinta.

"Kamu benar-benar Doli..." Suryana menjentikkan jemarinya. Namun Doli seperti buang muka lalu menjawab dengan ogah-ogahan. "Ya..."

"Kamu... Kamu berubah..." Suryana terheran-heran sambil memandangi anak kecil yang digendongnya. "Anak kamu?" Tanyanya lagi.

"Iya... Kenapa? Heran yah?" Tanya Doli balik dengan ketus.

Suryana tampak sedih mendapatkan sikap berbeda dari Doli yang dulu. Namun pandangannya tetap saja liar, pandangannya tertuju pada sudut celana Doli. Besar?

"Hahahaha..." Tiba-tiba Suryana tertawa. "Kamu operasi? Atau apa?" Tanya Suryana sepele.

"Tenang saja... Aku masih bersyukur, kok Ini hanya gulungan sapu tangan yang kutumpuk-tumpuk." Wajah Doli berubah menjadi merah. Tiba-tiba ada seorang wanita datang dan dia tidak lain adalah istri Doli. Doli langsung melangkah jauh tanpa permisi pada Suryana yang terpaku memandang mereka yang penuh dengan kebahagiaan. Namun Suryana sendiri, malah mengagungkan nafsu untuk bahagia. Ah, Suryana malangnya dirimu menjadi perempuan bekas yang terlanjur sombong....

***

Thanks yah udah baca... :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun