Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Sang Pelacur

20 Februari 2016   22:02 Diperbarui: 27 Desember 2016   16:22 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://poskotanews.com/

"Apa???" Suryana melebarkan kedua bola matanya.

"Okey... Kalo memang kamu maksa, aku bakalan jujur... Aku sebenarnya..." Doli menarik napas panjang untuk sesaat. Dan... "Bu... Bu... Burung aku kecil..." Doli sudah terlanjur mengatakan hal yang memalukan itu lalu menutupi wajahnya yang malu dan penuh kesedihan. Suryana ternganga mendengar kejujuran yang menyakitkan. "Itu alasannya... Alasan aku ga bi... bisa... Puas kamu?"

Ah, yang benar saja? Burung kecil? Padahal sebelumnya sudah puluhan yang datang pada malam-malamnya dan masak harus digantikan dengan Doli? Cinta sich cinta tapi realistis dong! Suryana berjalan meninggalkan Doli sendirian di pos satpam itu, bahkan tak mau lagi menjumpainya.

***

3 tahun kemudian...

Di sebuah taman bermain terlihat Doli sedang menggendong anak kecil sambil memegangi sebuah baloon. Tiba-tiba pundaknya yang lebar terketuk oleh jemari seorang wanita yang sudah memandanginya sedari tadi.

"Ya, Mba...?" Kata Doli sambil berbalik namun betapa terkejutnya dia saat yang dia lihat adalah Suryana, si lonte yang pernah membuatnya jatuh cinta.

"Kamu benar-benar Doli..." Suryana menjentikkan jemarinya. Namun Doli seperti buang muka lalu menjawab dengan ogah-ogahan. "Ya..."

"Kamu... Kamu berubah..." Suryana terheran-heran sambil memandangi anak kecil yang digendongnya. "Anak kamu?" Tanyanya lagi.

"Iya... Kenapa? Heran yah?" Tanya Doli balik dengan ketus.

Suryana tampak sedih mendapatkan sikap berbeda dari Doli yang dulu. Namun pandangannya tetap saja liar, pandangannya tertuju pada sudut celana Doli. Besar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun