Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Beda Agama Bag. 5

2 Oktober 2011   18:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:24 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, Cinta Beda Agama Bag. 1, Cinta Beda Agama Bag. 2, Cinta Beda Agama Bag. 3, Cinta Beda Agama Bag. 4

Tuhan kita satu...

*****************

Cincin hemat

Harum bunga dipagi hari, kicauan burung diatas pohon dan titik air di pori-pori dedauan membuat Laura terasa segar kembali. Dibukanya selimut yang menutupi wajahnya. Biasanya begitu dia terbangun dia langsung melihat lukisan Tuhan Yesus tergantung di dindingnya. Senyumpun menghiasi wajahnya. Dilipatnya kedua tangannya dan dia mulai berdoa.

"Tuhan... Apapun yang aku lakukan itu semua tertuju hanya pada-Mu.. Aku mau Engkau memberkati aku dan mengiringi tiap langkahku. Aku mau aku bisa belajar mencintai dia Tuhan. Aku tau pilihanku ini sangat cepat, tapi aku yakin itulah jalan yang telah Engkau beri kepada Aku. Tuhan......" Tiba-tiba Laura berhenti dia seperti ingin menangis. "Maaf kalau selama ini aku sering marah-marah kepadaMu. Hanya karena aku tidak suka akan perbedaan yang Engkau ciptakan. Tapi kini Engkau tlah menunjukkan padaku indahnya perbedaan itu. Aku mau ini selamanya Tuhan. Aku mau Engkau membuat aku cinta padanya.... Sahlan... Sahlan si lelaki muslim... Aku mau ini abadi dan tidak menyakitkan.. Dalam nama Yesus Kristus aku berdoa.... Amien..."

Laura membuka mata dan kembali tersenyum kearah Lukisan Yesus itu. Dia kemudian beranjak dari atas tempat tidur dan membuka jendela. Dihirupnya udara pagi yang begitu menyejukkan. " Segar" Katanya bahagia. Kemudian dia mencondongkan tubuhnya keluar jendela dan berteriak.

"Selamat pagi dunia!!! Aku bahagia loch!!! Hahaha" Katanya sambil melompat-lompat.

Sementara itu di kamar Sahlan yang luas dan mewah. Terlihat Sahlan sedang bersujud diatas sebuah sajadah yang indah dan dia mengangkat kedua tangannya dan berdoa pada Tuhannya.

"Ya Allah.. Terimakasih hamba ucapkan padaMu. Karena Engkau akhirnya memberi aku kesempatan untuk mencintai Laura si perempuan nasrani. Aku harap aku bisa bertanggung jawab atas semua pilihanku ini Ya Allah. Jangan Kau biarkan hamba terlihat seperti pecundang didepan mata gadis yang sangat hamba cintai. Ya Allah hamba mohon ampun bila ini memang salah tapi biarkanlah hamba untuk mencoba menjalaninya walau itu hanya sesaat hamba sudah sangat senang. Amin Ya Robbalalamin..." Sahlan terlihat mengusap telapak tangannya ke wajahnya.

Kira-kira satu jam kemudian mereka sudah ada di sebuah Kafe. Laura masih terlihat kaku menjalani hubungan denga Sahlan. Dia lebih memilih banyak diam membuat Sahlan bingung sendiri.

"Ih, Laura mulai daritadi diam aja. Kok jadi kayak musuhan sich?"

"Musuhan apa??" Tanya Laura sambil menyeruput Orange Juicenya.

"Yah... Kamu sich diam-diam..." Kata Sahlan sambil menggigit-gigit sedotannya.

"Aku lagi sariawan." Kata Laura membuang pandangannya kearah luar jendela.

"Oh...." Sahlan sudah kehabisan kata-kata akhirnya dia memilih diam saja sambil memain-mainkan Handphone-nya. Ada sampai 10 menit mereka diam tanpa suara. Dan pada akhirnya Laura yang memecahkan keheningan itu.

"Lan, kenapa kamu bisa suka sama aku?" Tanya Laura membuat Sahlan sedikit terkejut.

"Akhirnya kamu ngomong juga." Kata Sahlan. "Aku suka sama kamu karena kamu itu lain dari perempuan lain. Kamu itu dewasa, pintar bergaya, dan cantik pula. Aku suka dengan perempuan seperti itu. Kamu menarik perhatian aku sejak awal bertatapan. Sebelum kamu berpacaran dengan Romeo aku sering memperhatikan kamu."

"Oh ya?"

"Iya... Kalo kamu masih ingat kita bertubrukan di depan kampus. Hihihi.... Dan lebih lucunya lagi waktu kamu menjerit-jerit gak jelas dikamar mandi cowo.... Hahahahah!!!" Tawa Sahlan membahana. Laura tersipu malu.

"Itu sich pengalaman paling memalukan untuk aku..." Laura menunduk.

"Lucu banget.. Muka kamu merah.. Hahaha" Sahlan geleng-geleng kepala.

Laura melirik ke telapak tangan Sahlan yang sudah diperban. Laura geleng-geleng kepala melihatnya.

"Dasar kamu bodoh." Kata Laura ketus.

"Lho kok bodoh sich sayang???" Kata Sahlan.

"Ih, 'Sayang'?" Laura mencibirkan bibir mungilnya. Membuat sahlan tertawa.

"Mulai sekarang mau manggil kamu sayang. Hehe... Oia, kenapa sayang bilang aku bodoh?"

"Iya... kamu bodoh banget. Melukai diri sendiri." Kata Laura sambil mengangkat tangan Sahlan. Membuat Sahlan kesakitan.

"Aw, itu khan karna aku sayang kamu..."

"Masak???" Laura mencibirkan bibirnya.

"Iya... Tuhan aku pasti sayang aku dan kamu. Kalau Tuhan kamu?" Tanya Sahlan bodoh.

"Ih, dasar bodoh. Tuhan itu satu. Kita aja yang beda." Kata Laura memasang wajah serius.

"Hehe... Iya A'a tau kok.. A'a Cuma bercanda. Hehe" Tawa Sahlan sambil garuk-garuk kepala.

"Huft... Apaan A'a?? Jangan A'a lah.... Gak biasa dengarnya...." Kata Laura menggeleng dengan wajah kebingungan.

"Ahahah... jadi apa dong???" Tanya Sahlan.

"Mmmm.... Abang aja... Itu cukup..." Kata Laura tersenyum manis.

"Haha... romantic... biarpun sedikit kampungan juga.. Hahaha.... Abang" Sahlan tertawa sambil memegangi perutnya.

"Ih, abang..." Goda Laura.

"Heheh... Abang Adek yah... Hahahaha!!!!" Tawa Sahlan lagi.

"Ho-oh... Tuhan abang sama Tuhan adek sayang sama hubungan kita ini. Hehe.. Iya khan?" Laura memasang mimik wajah seperti anak-anak yang lagi dapat es krim.

"Hihi... adek-abang lucu yah..."

"Heee..." Laura membuka cincin yang ada di jemarinya dan melemparkannya ke luar jendela membuat Sahlan kebingungan.

"Kok dibuang???"

"Itu khan punya si Romeo... Dan aku ga pacaran lagi sama dia. Jadi untuk apa aku simpan-simpan itu. Biarlah! Aku mau melupakan dia. Selamanya!" Kata Laura.

"Oh gitu yah??? Eh, aku ke toilet dulu yach!" Kata Sahlan sambil pergi berlalu. Laura kebingungan melihatnya karena dia terlalu buru-buru. Mungkin udah kebelet banget. Hihihi...

Selang beberapa menit kemudian Sahlan datang dengan membawa kotak merah. Laura jadi sedikit ge-er melihat itu. Dia sudah bisa menebak isinya adalah cincin. Sahlan kembali duduk dan membukakan cincin itu. Betapa terkejutnya Laura melihat cincin itu cincin yang dia buang tadi. Wajah Laura sedikit kesal.

"Ini cincin buat kamu. Bukti kalo aku itu sayang banget sama kamu..." Kata Sahlan sambil menyarungkan cincin itu ke jari Laura. Wajah Laura terlihat ogah-ogahan.

"Ini cincin yang aku buang tadi...."

"Heheh... Iya sich tapi coba lihat perbedaannya..." Kata Sahlan. Laura keheranan dan kemudian memeriksa cincin itu. OMG.... Ukiran nama Laura sekarang ada tambahannya yaitu Sahlan. 'Laura&Sahlan'

"Ih, kok bisa sich..." Laura terlihat kegirangan sambil mengusap-usap cincin yang terlihat berbeda dari cincin yang sebelumnya dia benci.

"Haha... Itu cincin lucu. Itu khan hadiah dari pacar kamu dulu. Tapi kok namanya cuman nama kamu doang. Aku jadi punya ide tadi. Didekat Kafe ini ada yang jual-jual aksesoris gitu pas ditanya bisa diukir ga? Eh, bisa.. Yah gitu... heheh...." Sahlan cengar-cengir.

"Makasih yah..." Kata Laura.

"Ih,,, Cuma makasih doang?" Tanya Sahlan.

"Jadi apa?" Tanya Laura keheranan.

Sahlan seperti memikirkan sesuatu dia menerawang jauh ke langit-langit Kafe. Tatapan matanya berubah sendu. Laura menyikut dia. Sehingga Sahlan terbangun dari lamunannya.

"Apa?" Tanya Laura lagi.

"Hmm... sebenarnya aku berharap kamu bisa bilang kalo sekarang kamu udah bisa cinta sama aku. Gimana?" Tanya Sahlan penuh harap.

"Gimana yah?" Laura terdiam untuk beberapa saat sementara Sahlan berharap-harap cemas atas jawaban Laura.

"Emm.... Belum..." Laura menundukkan kepalanya. Diikuti Sahlan yang menghela nafas panjang. Dia bersandar ke kursi sambil memandang kecewa Laura.

"Oke dech Laura... Aku bakal tunggu kamu bilang itu... Aku gak akan pernah bosan menunggu.. ...."

Laura hanya tersenyum pahit mendengarnya, dia memutar-mutar cincin yang ada di jari manisnya kini.

"Cincin hemat..." Gumamnya.

"Hihi..." Sahlan pun ikut tertawa...

******************

Bersambung ^_^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun