Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Batu Gantung: Kisah Cinta yang Tak Sampai

7 Januari 2012   19:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:11 10292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13259578001585954736

Akhirnya Togar kasihan juga lalu membulatkan tekad untuk berbicara serius pada Sondang walau itu akan menyakitkan hati Sondang dan dia. Togar membantu Sondang berdiri dan mengusap airmata di pipi Sondang.

"Maaf telah membuatmu ketakutan." Akhirnya Togar berbicara. "Per...pernikahan kita batal..."

BLAAARRRR!!! Bagai petir menyambar membuat hati Sondang hancur berkeping-keping dan tak terselamatkan lagi. Spontan Sondang yang emosi mendaratkan tangannya ke pipi Togar. PLAK!!!

"Kenapa? Kenapa kau langgar janji kita!!!" Isak Sondang.

"Maaf... Aku sudah... punya calon yang lain." Togar terbata. Sekejap kemudian Sondang mencampakkan cincin pemberiannya ke wajah Togar.  Sondang berlari masuk ke rumahnya menahan tangisan apalagi saat dia berpapasan dengan Mamaknya. Hati Sondang seperti dihempaskan dengan kerasnya dari ketinggian kebahagiaannya yang terlebih dahulu muncul.

Keesokan harinya mata Sondang nanar memandangi batu gantung yang ada di depannya. Wisatawan yang lain sibuk untuk foto-foto tetapi Sondang terpana seorang diri. Hari itu dia tidak bekerja setelah kepatahan hatinya yang diperbuat seseorang yang sangat dia cintai.

Tiba-tiba bergema kembali dalam ingatannya suara Togar yang lantang menyatakan. "Barangsiapa melanggar perjanjian kita. Nasibnya akan sama seperti batu gantung itu." Sondang tak tahan membendung airmata. Ternyata yang menghianati perjanjian itu adalah Togar sendiri. Dia makin sedih bila pulang ke Medan dan tanggal pernikahan sudah dekat. Pada hari H pasti para undangan akan datang dan melihat tak ada pernikahan sama sekali. "Aku harus jawab apa?" Gumamnya lirih.

Matanya melirik air danau toba yang kelam. Menandakan sangat dalam. Sondang berjalan gontai mendekati pinggir kapal. Dan memandangi bayangannya di air itu walau tidak jelas karena ombak.

"Aku ga sanggup... Pun aku ga sanggup menanggung malu..." Mata Sondang terpejam membiarkan tubuhnya terjatuh tetapi tangannya ditahan seseorang yang ternyata sedari tadi telah memperhatikannya. Sondang terkejut melihat sosok di depannya adalah seorang nenek tua penjual kacang.

"Jangan, Nak. Kau masih muda dan cantik pula." Kata Nenek itu sambil memeluk Sondang yang galau. Beberapa saat kemudian Sondang dan Nenek penjual kacang sudah ada di daratan tepatnya di terminal menunggu bus ke kota Medan. Sondang hanya bisa tersenyum malu mengingat kebodohannya.

"Kalau dia pergi kabur. Berarti dia bukan temanmu, sama seperti aku dulu saat harus keguguran. Aku galau dan hampir bunuh diri. Oppung dolimu bilang bahwa bayi itu tidak mau berteman dengan kita makanya dia kabur." Nenek yang tak memiliki anak itu mengingat masa lalunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun