Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Beda Agama Bag. 7

31 Desember 2011   06:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:32 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_145545" align="aligncenter" width="700" caption="Image - Google"][/caption]

Sebelumnya, Cinta Beda Agama Bag. 1, Cinta Beda Agama Bag. 2, Cinta Beda Agama Bag. 3, Cinta Beda Agama Bag. 4, Cinta Beda Agama Bag. 5Cinta Beda Agama Bag. 6

***

Laura terbangun dari mimpi indahnya. Ketukan dari arah pintu terpaksa membuatnya berjalan galau meraihnya. Ternyata Mamanya yang sudah dihiasi senyuman di wajahnya. Laura mengucek-ucek matanya memastikan apa itu Mamanya atau maling.

“Tebak siapa yang datang?” Kata Mama dengan senyum merekah di bibirnya.

“Siapa, Ma?” Tanya Laura malas tak ingin main tebak-tebakan dengan Mamanya.

“Dio…” Mama Laura heboh sendiri sambil menggigiti bibirnya.

“Ooh…” Laura ber-ooh saja tetapi tiba-tiba… “DIO???” Pekiknya senang dan hampir menerjang Mamanya. “Uups…” Laura terkejut begitu melihat sosok yang tiba-tiba muncul di belakang tubuh Mama.

“Diiioooo…!!!” Laura memeluk tubuh lelaki itu dengan segudang kerinduan. Dio adalah teman semasa kecilnya yang dulu mereka tetanggaan. Lelaki itu hanya tersenyum penuh haru.

“Gimana kabarnya?” Tanya Laura pengen tahu.

“Baik dong!” Katanya penuh senyum.

“Huuuaaawwww!!! Kangen banget tauuu!!! Jepit jemuran!” Ejek Laura. Jepit jemuran memang ejekan Dio dari Laura sejak kecil. Karena Dio dulu sangat menakuti jepit jemuran apalagi kalau Laura jahil dan menjepitkan jepitan jemuran di hidung Dio. Dio pasti akan menangis dan berlari-lari pulang ke rumah menyuruh Mamanya untuk mencabutkan jepitan jemuran yang bersarang di hidungnya.

“Idiihh… Badung!”

Mereka bertiga berjalan menuju ruang tamu dan duduk bersama di ruang tamu. Mama mengisyaratkan Laura untuk membuatkan minuman tetapi pada dasarnya Laura malas, terpaksa Mamanya yang membuatkannya.

“Bawa oleh-oleh apa?” Tanya Laura matre.

“Ga ada…”

“Pulang!!!” Kata Laura otomatis karena memang begitulah gayanya berteman dengan Dio sejak kecil. Dio hanya geleng-geleng kepala.

“Ada nih…” Dio menunjukkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Laura dengan sigap membukakan kotak itu. Tetapi wajah cerianya berubah sedih.

“Se… Sepatu ballet???” Laura tertegun.

“Iya… Bukannya kamu masih suka menari ballet…?” Dio kebingungan karena ternyata wajah Laura sedih bukannya senang.

“Aku udah engga menari ballet lagi sejak 10 tahun yang lalu.”

“LHO?!” Dio terkejut.

“Iya…” Bibir Laura manyun.

“Kenapa?” Tanya Dio serius.

“Abisnya Kakak pelatihnya cerewet. Dikerjain dikit aja langsung marah. Namanya juga anak kecil ya pasti agak sedikit nakal khan?” Kata Laura polos sementara wajah Dio berubah dongkol mendengar penjelasan Laura tak masuk akal. “Aku frustasi dimarahin begitu. Iya sich… Marahnya kecil-kecilan tapi tetap aja nyelekit gitu. Aku keluar. Seminggu kemudian aku masuk dech les karate.” Kata Laura senang.

Berulang-ulang Dio menepoki jidatnya sampai memerah. Mama Laura yang baru datang membawa minuman hanya bisa terkekeh-kekeh. Laura memasang wajah kebingungan.

“Ih, pada kenapa sich?” Laura mencibirkan bibirnya sambil meneguk the manis dari gelas Mamanya.

“Ga kenapa-napa kok, Laura jelek!!!” Dio berusaha mengatur nafasnya kembali yang sedari tadi bergolak bersama emosi mendengar cerita aneh Laura.

*********

Sahlan yang bersiap-siap untuk kuliah menyempatkan diri memijiti nomer HP Laura untuk meneleponnya. Tuuttt!!!

“Dek… Dimana?” Tanya Sahnan. Sementara Laura yang berada di seberang telepon sedang berada dalam mobil Dio yang akan menghantarkan Laura untuk ngampus.

“Ouuh… Aku udah di jalan, Bang! Entar lagi nyampe kok. Maaf yah aku kelupaan kalau hari ini bakal dijemput. Hihi…” Kata Laura. Wajah Sahlan cerah mendengar suara ceria Laura yang berada di seberang sana.

“Ya, udah… Hati-hati yach? Kita ketemu di depan kampus. Ingat! Jangan langsung masuk kelas… Ok?”

“Ok, Boss!!!”

Sahlan mematikan panggilannya ternyata di belakangnya sudah ada Mamanya yang mengintai pembicaraan Sahlan dan Laura tadi. Mama menyikut Sahlan yang hendak pergi.

“Mama?” Sahlan kebingungan.

“Dek dek itu siapa? Atau mungkin Laura yach?” Mama bertanya dengan sinisnya. Sahlan hanya diam tak ingin rebut dengan Mamanya.

“Jangan asal pilih dulu ya Lan? Mama udah menyiapkan jodoh buat kamu, kok… Mama hanya gak mau kamu menyakiti wanita-wanita lain sebelum kamu akan bertemu jodoh kamu nantinya…” Kata Mama.

“Oh iya, Ma! Aku tahu kok. Jodoh di tangan Mama bukan di tangan Tuhan.” Kata Sahlan dengan ketus lalu pergi berjalan.

“Lan! Mama cuman mau kamu ga salah pilih! Ingat… Kamu ga bakal eksklusif lagi kalau kamu memilih perempuan yang salah!” Kata Mama dari kejauhan.

“Maaah… Gak malu apa didengar orang???” Sahlan melirik mushola mereka ada beberapa orang yang sedang bersembahyang. Mama kemudian menyadari ternyata ada beberapa orang yang bisa saja mendengarkan perkataan sombongnya, Mama segera berjalan masuk ke dalam rumah. Sahlan hanya bisa geleng-geleng dan berangkat dengan sepeda motornya meninggalkan kepulan asap motor di halaman rumah.

*******

Sesampai di kampus. Sahlan tidak langsung masuk melainkan memarkirkan sepeda motornya dekat pos satpam. Kemudian dia bersandar pada gerbang kampus sambil mencoba menghubungi Laura.

“Dimana, dek?” Tanya Sahlan ramah.

“Sebentar lagi sampe kok.” Laura langsung mematikan HP-nya. Dalam beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti tepat di depan Sahlan dan Laura pun keluar dari dalamnya. Sahlan mengernyitkan dahi. Laura terlihat melambai-lambaikan tangan pada Dio sahabat kecilnya itu yang akan menetap kembali di Jakarta karena urusan pekerjaan.

Laura berjalan sambil celingak-celinguk dia tidak menyadari bahwa Sahlan ada di gerbang itu. Laura pun masuk tiba-tiba Sahlan memanggilnya.

“Laura!!!” Panggil Sahlan

“Eh, ga keliatan begitu… Hihi…” Tawa Laura.

“Tadi siapa?” Tanya Sahlan mendekat.

“Oh. Yang tadi Dio…” Jawab Laura singkat sambil memeriksa jam tangannya.

“Dio siapa?” Tanya Sahlan penuh curiga.

“Idiihh… Mulai curigaan.” Laura terkekeh.

“Ini serius! Dio siapanya kamu?” Tanya Sahlan lagi. Laura menyadari kalau Sahlan sudah mulai merasa cemburu.

“Dio sahabat kecil aku.”

“Hmmm…” Sahlan terdiam.

“Tenang aja…” Laura menepuk bahu Sahlan. “Aku ga jatuh cinta sama dia, kok.” Laura mengedipkan matanya.

“Iya. Percaya kok sama kamu, sayang…” Kata Sahlan dan langsung dilihat Pak Satpam. Laura malu.

“Idiihh… Pake sayang-sayangan di depan umum.” Wajah Laura memerah.

“Emang kenapa?” Sahlan tersipu-sipu.

“Hmm… Nanti aku kasih peraturan, yach!” Wajah Laura serius. “Hal-hal apa aja yang ga boleh dilakukan dalam berpacaran ala Laura. (GUBRAAKKK!!!).Sekarang aku ngampus dulu.” Laura melangkah.

“Sayang!” Panggil Sahlan.

“Jiiiaaahhh… Sayang-sayangan lagi.”

“Hihi… Nanti pulang aku yang antar yach? Jangan si Dio lagi.”

“Siiipp, Abang!” Kata Laura.

“Oh iya? Abang-adek yach? Kok aku manggil sayang-sayangan begitu. Hihihi… Maaf?” Kata Sahlan.

“Daaahhh…” Laura segera berlari meninggalkan Sahlan yang masih berada di pos satpam.

*****

Di dalam kelas, HP Laura bergetar ada pesan singkat dari Dio. Laura segera membuka HP-nya dengan hati-hati di dalam tasnya takut kelihata oleh Ibu Dosen centil yang bernama Beatrix.

Laura, nanti aku jemput lagi, yach?

Laura kelihatan kebingungan karena dia sudah janji juga dengan Sahlan bahwa Sahlanlah yang akan mengantarnya nanti pulang. Deasy sahabatnya keheranan melihat Laura kebingungan.

“Kenapa???” Tanya Deasy.

“Kalau sekali jomblo, lalat pun tak ada yang sudi menghinggapi. Sekarang begitu udah dapat pacar eh ada lagi yang kelihatannya suka sama aku. Hihihi… Aneh yach?” Laura tersenyum.

“Kamu ngelindur, yach?” Tanya Deasy kebingungan.

“Ah, enggak kok!” Laura menggaruk kepala.

Ibu Beatrix yang sedari tadi bercinta dengan whiteboard tiba-tiba berbalik badan dan membuka kacamatanya memandang sekitar kelas. Dilihatnya ada yang kasak-kusuk dan juga didengarnya tadi ocehan Laura yang sok laku.

“Laura! Ga usah sok laku…”

GUBRAAAKKK!!!

“Iya, Bu…” Kata Laura malu sambil menutupi wajahnya dengan buku. “Dasar Bu dosen centil…” Omel Laura.

“Hihihi…” Beberapa teman tertawa cekikikan termasuk Deasy.

“Ih, ga SK lu!” Omel Laura.

******

Laura keluar dari kelas dan masih memasang wajah kebingungan. Sahlan dan Dio mengantar mereka pulang bersama? Bagaimana caranya? Lalu, Laura membayangkan kepala Laura menggantung di jendela mobil Dio, sementara kakinya berada di atas sepeda motor Sahlan menggantung. Auw! Tiba-tiba callouts-nya pecah karena kedatangan Sahlan.

“Ayo…” Sahlan menarik tangan Laura. Laura hanya menurut saja. Ternyata sepeda motor Sahlan masih terparkir di pos satpam.

“Kok masih di situ? Kamu ga disiplin ihh… Padahal khan seharusnya parkir sepeda motor di sana. Bukannya di pos satpam. Aku aja kalo parkir pasti musti jauh-jauh dulu ke sana. Bedanya aku sama kamu apa coba?” Omel Laura.

“Bedanya aku sama kamu?” Tanya Sahlan tersenyum. “Adalah… Aku cowok, kamu cewek.” Sahlan tertawa dan melanjutkan perkataanya lagi sambil berjalan mengarah ke pos satpam. “Lagian, makanya Pak Satpam itu mau aja mungkin karena aku anak donatur kampus ini kali ya?” Kata Sahlan membuat Laura tertegun sejenak.

“Abang… Kok sombong sich?” Kata Laura pelan. Sekarang mereka berdua sudah sampai di pos satpam. Sahlan memandangi Laura dengan merasa sangat malu akan perkataannya tadi.

“Maaf…” Kata Sahlan tak kalah pelannya.

Tiba-tiba, ada seseorang yang memanggil-manggil dari arah kejauhan. Dan ternyata itu adalah Dio.

“Laura!” Panggil Dion sambil melambaikan tangannya kearah Laura dan Sahlan. Sahlan mencibirkan bibirnya.

“Kok dia lagi?” Tanya Sahlan dongkol.

“Aduuhhh…” Laura kebingungan.

****************

**********

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun