Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kiki Si Ayam Kampus

23 Agustus 2011   13:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32 6483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kiki masih duduk di kursi kantin paling sudut. Matanya masih memandangi Jihan pelayan kantin yang masih kerepotan melayani para mahasiswa yang makan siang. Berulang kali Jihan bilang "Tunggu" pada Kiki dan Kiki hanya mengangguk bosan.

Selang beberapa menit kemudian barulah Jihan mendekati si ayam kampus Kiki. Kiki dengan wajah yang berangsur cerah kembali membisikkan sesuatu ke telinga Jihan.

"Hmm... Lu udah gak tahan yah?" Jihan geleng kepala.

"Bukan. Persediaan duit belanja gue udah kandas jadi butuh pemasukan lagi. Ah, elu kok menyudutkan gue kayak cewek nafsuan gitu sich?" Kiki sewot.

"Lha emang iya khan? Jadi selama ini apa?" Jihan kebingungan garuk kepala.

"Hiks... Terpaksa! Demi uang. Kalo gak gara-gara uang amit-amit gue mau tidur sama laki-laki yang bukan suami gue. Ah, udahlah kok jadi curhat. Pokoknya elu harus cari buat gue! Kalo boleh yang kaya dan jangan tua kayak kemaren." Desak Kiki sambil mengangkat tasnya.

"Iya... Iya..." Jihan mangut-mangut.

"Please, gue serius. Kalo gak ada malam ini bisa-bisa gue gak makan dan kuliah." Kata Kiki memelas.

"Iya!"

***

Sekitar jam 6 sore dalam kamar kost Kiki. Dia terlihat menjaga-jaga Handphonenya. Sebenarnya Kiki bukanlah orang yang tak punya namun konsumerisme-nya itu membuat uang 1 juta rupiah pun bakal lenyap samanya dalam 1 malam. Tiba-tiba Handphone Kiki berdering dan dengan bahagianya dia mengangkatnya.

"Hallo?... Papa? Kiki kira siapa... Iya Kiki sehat kok... Iya... Pa, papa lagi dimana? Oh, di kampung... Kiki kira papa datang lagi kesini... Hmm, gitu... Yaudah ya pa... Kiki mau belajar dulu... Dag Papa..." Kiki segera mematikan Handphonenya.

Huft...

Tiba-tiba Handphone Kiki berdering lagi dan dia segera mengangkatnya dengan bahagia apalagi itu panggilan dari Jihan.

"Hallo...?"

"Hallo, Ki. Elu datang sekarang ke Hotel Melati yah. Entar ada Bapak-bapak pake baju merah terus dia nanti yang ngantar kamu ke kamarnya. Yang booking kamu datangnya belakangan. Gak bakal nyesal dech lo." Kata Jihan dari seberang.

"Oke, makasih Jihanku sayang." Kiki melompat kegirangan.

Segera Kiki berpakaian dan menyemprotkan Parfume ke tubuhnya. Wajahnya cerah sekali. Asik! Pikirnya dalam hati.

***

Kiki turun dari Taxi tepat di depan Hotel Melati. Baru saja dia maju beberapa langkah dia langsung didatangi seorang pria setengah baya.

"Mba Kiki, ya?" Tanyanya.

"Iya..." Kiki gugup.

Singkat cerita Pria tadi sudah mengantarkan Kiki ke dalam kamar Hotel. Kiki masih gugup. Entah kenapa? Tak biasanya dia seperti itu. Sebelum pria itu pergi dia berpesan.

"Siap-siap aja, Mbak." Katanya lalu pergi.

Walau ada sedikit keraguan, segera dihapuskannya rasa itu. Dia sempatkan merebahkan badan di atas kasur nan empuk. Berulang kali dia mengetar-getarkan kasur itu. Lalu dia pergi ke depan cermin dan mulai mempereteli pakaiannya satu per satu. Dicomotnya handuk yang ada lalu melilitkan ke tubuh polosnya. Mungkin dia terlalu kedinginan bila menunggu pemakai tubuhnya itu yang entah kapan datang.

Huh... Kiki mulai bosan. Namun tiba-tiba pintu berbunyi suara yang mulai terdengar gesekan kunci. Kiki segera duduk rapih di atas tempat tidur. Tap! Tap! Tap! Terdengar suara langkah kaki. Kiki memandangi sosok itu secara seksama. Begitu juga sosok itu memandangi sosok Kiki dengan seksama.

Dan....

"Kiki???"

"Papa???"

"Ya, Tuhan." Lelaki yang dipanggil Papa oleh Kiki memegangi area jantungnya dan wajahnya kelihatan sangat shock.

"Aduh, kok jadi gini?" Gumam Kiki pelan dan dia mengambili pakaian yang berserakan.

"Jadi kerjaan kamu gini?" Papanya terkejut.

Kiki merasa bukan dia saja yang salah lalu membalas omongan Papanya.

"Jadi kerjaan Papa gini juga?"

Papanya terdiam. "Maafkan Papa, nak?"

"Maafin Kiki juga, Pa." Kiki menangis dan menutupi mukanya dengan telapak tangannya. Papa mendekatinya dan menepuk pundak Kiki.

"Pulanglah. Dan jangan ulangi lagi. Papa juga berjanji tak akan lakukan ini lagi." Kata Papa malu.

Kiki hanya menjawab dengan tangis kehancuran. Tak habis pikir dia bahwa Papanya lah yang dia temui malam ini. Dan telepon dari Papanya tadi hanyalah jawaban bohong dari si Papa.

"Kasihan masa depanmu." Kata Papa pelan.

"Kasihan Mama." Jawab Kiki.

Akhirnya, malam itu mereka berpisah dan saling berjanji tidak akan mengulangi perbuatan mereka itu lagi. Papa dan Anak. Ini bukan cerita cinta terlarang. Namun hubungan terlarang yang hampir terjadi.

THE END
#1 Lagu yang mengganggu konsentrasiku adalah RINDU Lagu baru Agnes Monica. Dengar yah? Selera musikku bagus kok. hihihi... Gak nyambung#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun