"Bah, sejak kapan pulak ku buat namamu Enjel? Nama panggilanmu Butet-nya. Nama di surat tardidi (surat baptis) Tarsulandit nya. (Tarsulandit=terpeleset. Karena sewaktu melahirkan Butet si Mamak terpeleset dulu barulah dia keluar dari rahim dengan lancar. Wkwkwkwk)" Si Mamak habis pikir melihat nama Butet sudah banyak sekali.
"Ih, Mommy..... Norak banget dweh!" Kata Butet manja.
"Bah? Mami? Aha museng Mami on? Dang huboto artinai.... (Bah? Mami? Apa lagi artinya itu? Gak ngerti aku)" Si Mamak garuk2 kepala.
"Ya ampun Butet... Simalungun-Tobanya kau itu tak usahlah sok berbahasa jakarta jangan langsung kau lupakan bahasa daerahmu itu." Nasehat si Olopina.
"Aduh Olopina. Reseh banget sich lo. Suka-suka gue dong! Elo aja yang norak." Repet Butet. Si Olopina terkejut melihat mentelnya Butet berbicara. (Mentel=genit).
Si Bapak yang mulai dari tadi bingung dengan apa topik perbincangan akhirnya angkat bicara.
"Mahua hita dison? Beta Butet lao hita tu balian mangalului keong! (Ngapain lagi kita di sini? Ayo butet pergi kita ke sawah cari keong.)" Ajak Ayahnya sambil mengangkat cangkul ke bahunya.
"What? Ke sawah? Papi.... Masak aku ke sawah... Ntar item dong..." Rengek Butet alias Angle alias Enjel alias lagi Tarsulandit(Terpeleset) Hahaha...
"Aha do Papi? Si Jaultop do goar hu. Boasa digatti ho gabe Papi? Ah, na marsahit do hu rasa ho makana marsalah-salahan ho mangkhatai... (Apanya Papi? Si Jaultopnya namaku. Kenapa kau ganti jadi Papi? Ah, yang lagi sakitnya kurasa kau makanya bersalahan kau bicara.)" Kata Bapaknya dengan sangat polos membuat Butet makin manyun.
Si Butet diam dengan wajah kesalnya. Dia tak terima kemoderenan yang dibawanya dari Jakarta disepelekan oleh orangtua dan sahabat-sahabatnya. Masnida dan Olopina yang sedari tadi tidak diacuhkan akhirnya permisi pulang kepada Mamak dan Bapak Butet.
"Nantulang... Tulang.... Pulanglah dulu kami yah? Nanti kalo udah sadar si Butet baru kami balik lagi." Pamit Olopina dan Masnida.