Insyaf, siapa yang bisa memaksakan hal yang satu ini pada seorang individu? Insyaf yang sejati datang dari hati bukan permintaan atau paksaan karena keadaan. Paksaan atau permintaan hanya akan mengotori pertobtan, karena adanya keterpaksaan dan niat yang setengah hati saja. Dampaknya muncullah istilah tobat sambal, saat terasa terlampau pedas akan berhenti, tapi setelah pedas hilang akan pengen lagi makan sambal.Â
Pertobaatan yang timbul dari hati akan mendorong seseorang jauh lebih setia dalam menekuni hal baik yang mulai dilakukan, karena kesadaran akan takut pada dosa dan bahwa Tuhan melihat segala sesuatu yang kita kerjakan bahkan suara hatipun tak akan luput.
Datangnya pertobatan juga tidak ada yang tahu, esok lusa, tahun depan, saat sakit, saat susah, saat sudah kaya dan entah kapan itu. Itu tidaklah penting, hanya satu hal yang perlu disadari adalah Tuhan selalu membuka pintu tobat sebelum ajal sampai di tenggorokan.
Hal itu juga yang menjadikan bulan ramadhan menjadi bulan yang istimewa, karena Tuhan juga membuka pintu pengampunan seluas-luasnya. Rahmat pengampunan dosa bisa didapat, tentu dengan jalan ibadah dan berbuat baik.
Bapak yang berusia 60an melakukan puasa, kewajiban muslim yang sama sekali belum pernah dilakukannya, saya yakin jika Tuhan tidak campur tangan untuk mengetuk hati terdalamnya, hal seperti ini akan sulit terjadi. Inilah hikmah ramadhan yang aku dengar dari seseorang di pulau seberang.
Selamat menunaikan ibadah puasa untuk saudara, kawan, kerabat dan semuanya saja. Semoga amal ibadah di bulan yang penuh berkah ini, diterima oleh Allah Yang Maha Kuasa.Â
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H